testimoni seorang sahabat saat menyambangi kota solo
Tengah asik ngobrol dengan seorang supir becak di pangkalan sebuah ojeg online di sisi kiri Stasiun Solo Balapan, tiba-tiba datang bergabung seorang nenek yang usianya kurang lebih 65 tahunan namun masih terlihat seger, sehat dan lincah. "Ikutan duduk ya mas...", pintanya . "Monggo Mbah....", jawab Andi (sebutan nama lelaki itu dalam tulisan ini) sambil tersenyum dan kemudian fokus kembali pada smartphone-nya. respon senada juga datang dari si Tukang becak. "bade tindak pundi mas..??", tanya sang nenek penuh ramah. "nunggu jemputan mbah...", ujar Andi. "Njenengan bade teng pundi...?", bapak tukang becak pun bertanya pada nenek itu. "kulo bade teng Yogya Pak..", jawab nenek itu. Sesaat perbincangan diantara mereka bertiga pun berlangsung hangat dimana Bapak Tukang Becak memposisikan dirinya sebagai tuan rumah yang ramah.
Tak lama berselang, mendapati handphone di genggaman Andi tesambung kabel roll ke sumber listrik, si nenek pun bilang mau ikutan charger HP saat melihat masih ada satu lobang yang kosong. "kebetulan hp saya juga dah mau low bath", ujarnya sambil memasukkan kepala charger dan dibantu oleh Bapak Tukang Becak. perbincangan ngalor ngidul pun berlangsung. Dari caranya bercerita penuh semangat, tampaknya nenek ini memang sedang butuh seorang pendengar. Awalnya, Bapak Tukang becak yang antusias melayani cerita si nenek, namun beberapa menit kemudian harus undur diri karena dapat penumpang yang harus dibawa. Mendapati situasi itu, Andi yang tadinya mendengar cerita si nenek sambil main HP, kini mencoba menyimak cerita nenek yang sedang membincang keluarganya. Dari penikahan pertamanya, si nenek memiliki 3 (tiga) anak berjenis kelamin laki-laki yang kesemuanya bekerja sebagai satpam di instansi yang berbeda. Dia sendiri berprofesi sebagai ibu rumah tangga yang fokus mendamingi suami dan membesarkan ketiga lelaki buah perkawinan mereka.
tiba-tiba "HP si nenek berdering dan kemudian minta izin menjawab telepon sambil bilang, "telepon dari anak saya...". Karena sang nenek menerima telepon tanpa melepas kabel charger yang masih terhubung dengan sumber listrik, semua pembicaraannya terdengar oleh Andi. Terlihat raut wajah yang agak kecewa ketika anaknya baru bisa menjemputnya sore hari karena harus menyelsaikan shift kerja. Dari teleponan itu pula Andi mengetahui kalau dompet si nenek ketinggalan di rumahnya sehingga bingung mau pulang karena saldo kartu pass KRL nya tak mencukupi. Sementara itu, si nenek ingin cepat kembali ke rumahnya di yogya karena ada hal yang harus diselesaikan.
Usai telepon, si nenek berusaha menutup kekecewaannya dengan mencoba melanjutkan ceritanya, Namunan lajutan ceritanya membuat miris hati dan seolah ingin ikut berontak. Bagaimana tidak, suami dari pernikah keduanya (karena suami pertama meninggal dunia) yang berprofesi arsitek kecanduan game dan judi online. 2 (dua) mobil ludes dan satu rumah bablas. Untungnya si nenek masih sempet menyelamatkan 1 (satu) sertifikat rumah untuk ditinggali. Suaminya pun sudha tak pernah pulang ke rumah sejak 2 (dua) bulan terakhir. Sejak saat itu, si nenek meninggalkan rumah yang di Surabaya dan untuk sementara tinggal bersama salah satu anaknya. Si nenek pun tak mampu menahan bulir air matanya sambil berkata," inilah hidup mas..mungkin banyak kekeliruan yang saya lakukan di waktu lampau dan saat ini saya harus menebusnya dengan kesedihan semacam ini". Mendapati si Nenek tampak begitu bersedih, Andi mencoba menyemangatinya. "Mbah...tak ada yang mau terjebak dalam kesedihan berkepanjangan, namun keikhlasan dan kesabaran akan menjadi penenang hati dan mengundang hadirnya pertolongan Allah.. semua yang mbah alami sebagai penanda dan bukti sayang Allah pada mbah sepanjang seluruh kesusahan hati itu membuat Mbah semakin dekat dengan Allah SWT. sebaliknya, semua itu akan bermakna hukuman ketika kesedihan itu semakin menjauhkan mbah dari Allah...jadi, semua tegantung pada mbah... ". Lama si nenek terdiam mendengar ucapan Andi. "Terima kasih ya mas...kalimat njenengan membuat hati saya adem", ungkap si nenek sambil menyeka air matanya. "sami-sami mbah...kita sama-sama belajar...hidup saya juga sesungguhhnya tak lebih baik dari kondisi mbah dan saya pun sedang belajar ikhlas walau itu sangat tidak mudah".
Mendapati asupan ruhani singkat dari Andi, si nenek seperti ter-energi dan bersemangat kembali. Di sisi lain, Andi sedang berfikir keras memprediksi apakah saldo-nya cukup untuk mengatasi persoalan si mbah. Soalnya, Andi menyambangi kota Solo juga berbekal pas-pasan. Andi pun membuka aplikasi KAI untuk mengintip tarif tiket pulang. Andi mendapati beberapa alternatif jam keberangkatan yang terjangkau oleh saldo nya di rekening. Dia inget kalau dikantongnya masih ada Rp 75.000,oo (tujuh puluh lima ribu). Bismillah...dia rogoh sakunya dan mengambil pecahan Rp 15.000,oo (lima belas ribu) dan kemudian memberikan kepada si Nenek. Sontak si nenek kaget dan matanya berbinar.."beneran nih mas?...ini kebanyakan..tiket KRL ke yogya hanya Rp 10.000 kok....", ucap mbah dengan wajah sumringah. "maaf mbah hanya bisa berbagi ke mbah segitu.....", kata andi. Beberapa detik kemudian, si nenek langsung lari ke alfamart untuk men-top up kartu pass KRL nya. "titip handphone ya mas...", ungkapnya sambil berlari kecil menuju outlet retail berjejaring nasional itu. Tak lama berselang, si nenek dah kembali dan menunjukkan struk top up membuktikan kalau dia bener2 memanfaatkan uang itu sesuai peruntukannya. Mendapati hal itu, Andi hanya tersenyum. "ada kebahagiaan tak terceritakan saat mendapati cerahnya wajah si nenek". Nek...maaf saya pamit dulu karena temen saya baru saja menginformasikan titik pertemuan. hati-hati di jalan ya nek...semoga Allah mempertemukan kita kembali di suatu waktu. akhirnya mereka pun bepisah dan si nenek pun beranjak dari duduknya sambil melepas charger HP dan melangkah menuju stasiun KRL.
Saat mengendarai ojek online menuju titik pertemuan, HP Andi berbunyi menandakan ada notifikasi. Mendadak Andi meneteskan air mata bahagia diatas motor Ojeg yang membawanya. Notifikasi itu berbunyi transfer uang masuk sejumlah Rp xxxx . Belum sempet menyeka air mata bahagianya, ada WA masuk dari adik kandungnya yang mengabarkan sudah transfer untuk keperluan pembayaran uang SPP anak bontotnya. Andi biarkan air matanya mengucur sambil membuka aplikasi transfer untuk membayarkan pelunasan SPP sekolah anaknya. Setelahnya, andi me-WA anak terakhirnya. "adek....alhamdulillah SPP adek udah dibayarkan, segerakan ke sekolah ya ambil raport dan SKL (Surat Keterangan lulus)...banyakin do'a ya Dek agar Allah semakin sayang sama kita"
Kucuran Air mata beriring ucap alhamdulillah menemani perjalanan Andi sampai di titik pertemuan dan mendapati orang yang begitu berpengaruh dalam hidupnya. Tak lupa dia usap wajahnya agar tak tampak kalau baru saja berair mata. Allahu Akbar......
trims sahabat yang sudah berbagi kisah inspiratif
NB. Gambar sebagai illustrasi hasil searching di google
Posting Komentar
.