01 May diperingati sebagai hari buruh. Sampai hari ini kata "buruh" identik dengan pekerja. Ironisnya lagi, pekerja yang dimaksud lebih sering di assosiasikan dengan kelompok pekerja kelas bawah. Dalam stratifikasi manajemen, kelompok ini sering di klasifikasikan sebagai low management. Bagaimana dengan sebutan manager, supervisor, CEO atau istilah-istilah keren lainnya, apakah mereka juga buruh?. Bukankah mereka juga masuk kelompok "penerima kerja". Mengapa pula tidak disebut dengan hari "karyawan"?. Apakah penyematan karyawan hanya untuk mereka yang bekerja di ruang-ruang berkelas walau mereka juga adalah bagian dari barisan "penerima kerja"?.
kalau pembedaan sebutan itu sekedar untuk memudahkan dalam pemisahan luas tugas dan tanggungjawab, mungkin masih bisa diterima. Tetapi kalau perbedaan istilah itu kemudian menjadikan seseorang merasa menjadi rendah diri dan atau meninggikan diri, maka ini kesalahkaprahan besar. Apalagi hal ini sering menjadi referensi dalam mendefenisikan level diri dan status sosial serta berpengaruh pada interaksi dan pergaulan.
Menarik untuk menegaskan semua "penerima gaji/salary" adalah kelompok pekerja, sehingga 01 may atau may day adalah milik semua mereka yang menerima gaji, entah itu pengawai swatsa, pegawai negeri dan siapapun yang menerima gaji. Sepertinya "penyadaran" akan hal ini perlu dilakukan secara massif agar terbangun rasa persamaan yang mendorong ke-kita-an yang lebih kuat. Ini tak di maksudkan untuk membangun sentimentil yang kemudian membangun kebencian terhadap "pemberi kerja". Bagaimanapun juga, kelompok "pemberi kerja" merupakan orang atau pihak yang layak dihormati dan diapresiasi, kecuali mereka melakukan eksploitasi minus apresiasi yang berkeadilan. Mereka juga bertaruh banyak hal sejak pertama kali mulai mempekerjakan. Uniknya lagi, mereka berani menjaminkan sesuatu yang pasti (sebut saja seperti gaji pekerja) dengan sesuatu yang tidak pasti (sebut saja penjualan atau omzet).
May day layak dijadikan pengingat pada semua pihak tentang perlunya hubungan industrialis yang sehat antara pemberi kerja dan penerima kerja. Efektivitas kehadiran pemerintah sebagai pihak yang berdiri ditengah menjadi demikian penting agar iklim komunikasi dan ikatan kekerabatan antara "penerima kerja" dan "pemberi kerja" terbangun dalam semangat kekeluargaan. Apalagi saat ini kondisi ekonomi global sedang tidak baik-baik saja. Badai PHK demikian sering terdengar akhir-akhir ini sebagai dampak yang tidak terhindarkan. Hari ini ekonomi tidak sedang baik-baik saja....!!!!
Dalam tinjauan vertikal, pemberi kerja dan penerima kerja sesungguhnya adalah sama-sama ber-status ciptaan dihadapan pen-cipta-Nya. Mengingat Dia-lah Maha Pemberi Rezeki, maka sesungguhnya Para "Penerima Kerja" dan para "Pemberi Kerja" sama-sama berstatus penghamba ridho Tuhan untuk sebuah kehidupan yang aman, tentram dan penuh keberkahan. Inilah hasil ber-buru di hari buruh kali ini. Semoga meng-inspirasi dan meng-energi kebaikan. Aamiin...
NB: gambar hasil searching di google
Posting Komentar
.