Mereferensi koperasi sebagai "kumpulan orang yang men-cerdaskan", maka apapun aktivitas yang diselenggarakan di lingkar sebuah koperasi harus berorientasi pada pen-cerdasan para anggotanya, mulai dari aktivitas pendidikan-nya, aktivitas kelembagaan sampai dengan aktivitas perusahaannya. Aktivitas pendidikan berkelanjutan yang diselenggarakan koperasi harus berdampak signifikan pada perubahan perilaku anggota ke arah yang lebih baik. Dengan kata lain, pendidikan tidak saja meningkatkan atau meluaskan pengetahuan anggota-nya, tetapi juga memantik lompatan semangat untuk menjadi manusia yang lebih produktif . Annggotanya menjadi lebih bersemangat menjadi manusia mandiri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Bahkan, anggota juga mengalami lompatan gairah untuk menjadi manusia bermanfaat bagi orang lain, alam dan segenap isinya melalui optimalisasi bakat dan segenap sumber daya.
Sebagaimana terangkum dalam jati diri koperasi, tujuan koperasi adalah untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya dari anggota. menarik mendapati 3 (tiga) kata "ekonomi, sosial dan budaya" sebagai "ruang juang koperasi". 3 (tiga) kata ini merupakan satu kesatuan yang tetap mengarah pada satu tujuan, yaitu "keterbangunan hidup berkualitas" dari para anggota. untuk menguatkan pemahaman atas hal ini, berikut digambarkan ke 3 (tiga) kata itu dalam perspektif kejuangan koperasi.
- Ekonomi. secara garis besar, ada 2 (dua) ouput dari agenda ekonomi koperasi, yaitu : (i) anggota cerdas dalam meningkatkan pendapatan dan; (ii) anggota bijak dalam manggunakan pendapatan. Dalam tujuan anggota mejadi "cerdas dalam meningkatkan pendapatannya", koperasi menyelenggarakan update kapasitas anggota melalui pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan. Dengan demikian, anggota lebih faham potensi dirinya dan lebih tahu mendayagunakannya secara efektif. Sementara itu, dalam tujuan anggota menjadi "bijak menggunakan pendapatan", koperasi mendidik anggotanya agar memahami dan membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Dengan demikian, anggota terhindar dari konsumerisme. Selanjutnya, dalam memenuhi kebutuhannya, anggota menjadi lebih arif dan selektif. Ketika mereka menyadari adanya "kebutuhan yang sama", akan mereka jadikan inspirasi keterbentukan "efisiensi kolektif", seperti menyelenggarakan toko dengan harga murah khusus bagi anggotanya, join buying dan lain sebagainya.
- Sosial. inti dari agenda sosial koperasi adalah membangun interaksi tanpa kelas. koperasi menganut equality (kesetaraan) dimana duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Dalam kesetaraan, si kaya dan si miskin bisa duduk bersama. Dalam semangat persaudaraan yang mempersatukan, mereka saling berbagi pengetahuan dan pengalaman sehingga terbangun penguatan semangat hidup dan peningkatan kapasitas diri secara alamiah. Si miskin tidak akan minder dengan si kaya karena si kaya pun memiliki semangat merangkul dan membangunkan semangat dan percaya diri si miskin untuk mencapai sukses sebagaimana dirinya yang sudah lebih dulu dipernahkan Tuhan sukses.
- Budaya. Budaya dalam hal ini adalah kebiasaan-kebiasaan yang menubuh. keterbentukan budaya-budaya positif nan produktif ini wujud "nilai tambah" dan sekaligus pembeda seseorang sebelum dan sesudah berkoperasi. "ketika "bijak menggunakan pendapatan" telah menjadi kebiasaan anggota, maka dengan sendirinya anggota terhindar dari budaya konsumerisme dan sekaligus potensi keterbentukan akumulasi tabungan terbuka lebar. Kemampuan anggota menabung menandaskan anggota tersebut sudah bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Keterbentukan tabungan itupun memberi anggota tersebut keluasan dalam merencanakan masa depan yang lebih baik. Ketika "cerdas meningkatkan pendapatan" berhasil membentuk pribadi produktif pada diri anggota, maka optimalisasi potensi diri dan sumber daya yang dimiliki secara smart menjadi budaya diri anggota." ketika 2 (dua) budaya diri ini terbangun, maka peningkatan kualitas hidup anggota dipastikan mewujud. Banyak lagi agenda-agenda lain yang bisa di tema-kan oleh koperasi kaitannya dengan membangun budaya positif dalam keseharian hidup anggotanya, seperti membangun budaya "lingkungan bersih" yang tidak saja membuat hidup sehat, tetapi juga berdampak pada ketertiban dalam pengelolaan sampah yang berimplikasi pada penjagaan lingkungan.
Ketika 3 in 1 ini mewujud ke dalam aktivitas produktif berkelanjutan, maka substansi "koperasi sebagai kumpulan orang yang mencerdaskan" sahih. Kehadiran nilai tambah yang dirasakan oleh anggota menguatkan kepercayaan anggota bahwa berkoperasi adalah cara cerdas untuk "menolong diri sendiri" melalui mobilisasi kebersamaan secara kreatif dan progressif.
Posting Komentar
.