Hari ini, aku berkeputusan untuk hadir mewakilimu. Sengaja meng-iyakan untuk hadir karena sampai detik ini aku tak kunjung bisa move on atas kepergianmu. Dengan berada diantara mereka, mungkin aku bisa mengurangi rinduku yang teramat sangat padamu. Kubayangkan senyummu atas setiap -celotehan mereka yang selalu mengundang tawa sebagaimana engkau sering ceritakan di malam harinya menjelang tidur setiap kali kamu ikut arisan bandrol.
Sebagaimana niatku untuk megobati rindu yang teramat sangat, aku tak peduli menjadi satu-satunya berkelamin pria ditengah 8 (delapan) anggota geng-mu berstatus ibu-ibu. Ini menjadi pertama kali aku hadir sesudah beberapa kali mereka mengajakku bergabung diacara geng bandrol. Beberapa kali aku menolak dengan berbagai alasan yang sekiranya masuk akal, seperti tak mungkin keluar saat jam kerja, meeting atau memang sedang dinas luar kota. Alasan sesungguhnya adalah karena dukaku kian mendalam tiap kali bertemu dengan kawan dan sahabat karibmu. Dalam perbincangan pasti akan ada cerita ringan waktu lampu dimana kamu ada dalam kisah itu. Aku malu kalau kemudian berairmata ditengah riang gembira suasana pertemuan.Aku tak mau merusak suasana hangat tiap kali pertemuan bulanan itu digelar. Kali ini, dengan hadir ku ujikan daya tahanku untuk tak berairmata.
Alhamdulillah aku berhasil. Tapi apakah hatiku setenang wajahku?.Sama sekali tidak. “mengapa kamu tak ada dan tak ikut serta tertawa?”, tanya itu selalu hadir tiap kali kelucuan sedang berlangsung. Sajian berselera itupun hanya kulahap sedikit, karena sesungguhnya perih dan sedih ini teramat sangat. Rasa kehilangan dan rindu demikian menguat. Harapku bertemu para sahabatmu akan mengurangi kesedihanku atas kepergianmu, tetapi faktanya aku baru bisa dipermukaan saja. Hatiku tetap sedih, namun serasa kamu ada sejak pertemuan hari ini mulai di gelar.
Sayang, kamu tahu ndak kalau tadi sempet membincang seseorang yang sedang mereka gadang-gadang sebagai suksesor peranmu?. Aku hanya tersenyum dan sesekali aku tegaskan masih belum bisa "move on". Kalaupun aku bersapa dengan insan Tuhan yang mereka kenalkan, hanya sebatas berkenalan aja dan belom terfikir untuk kearah yang lebih jauh. Aku pun masih fokus menata bathin anak-anak kita. Aku pun masih dalam proses membentuk ritme hidup gaya baru selepas kepulangamu. Aku tak mau mereka terluka dengan hadirnya figur lain di rumah kita. Untungnya para sohibmu bijak dan memahami situasiku yang masih membutuhkan waktu untuk bisa membuka lembaran baru.
Aku senang saat berada diantara para sahabat gengmu itu. Mereka betul-betul seperti saudara dan memperlakukanku layaknya kamu diperlakukan saat masih ada. Mereka hangat dan selalu berkomunikasi penuh kejujuran dan apa adanya. Instingku berkesimpulan kamu pinter berteman dan mereka benar-benar begitu baik, hangat dan sangat menyenangkan. Lucunya itu yang buat suasana selalu hangat, penuh kegembiraan dan tak jarang buat perut berguncang. Aku harus berterima kasih yang luar biasa pada mereka di hari ini, sebab telah mebuatku tersenyum walah hatiku kian merindu padamu.
I love u my wife…semoga kamu tersenyum menyaksikan air mata yang terus mengalir saat jemariku menari di papan keybord labtop menuliskan semua kalimat dalam cerita singkat ini. Semoga Allah SWT selalu meng-istimewakanmu di alam sana…papa rindu ma…..papa kesepian yang teramat sangat…
+ komentar + 3 komentar
Yang sabar, Pak.
Semoga Almarhumah istri bapak berkumpul kembali dg bapak di surga... Alfatihah
Semoga Almarhumah istri bapak berkumpul kembali dg bapak di surga... Alfatihah
Posting Komentar
.