TEROBOSAN BRILIAN MELALUI PROGRAM "BUSINESS DAY"
Serunya Proses
Produksi
“ma..besok adek ada acara business day di
sekolah”, ungkap si bontot saat tengah dalam perjalanan pulang menjemput
kakak (sebutan untuk anak kami yang nomor 2) dari SMP Al Irsyad. “Trus adek mau
jualan apa?”, respon ibunya. “ udahlah jual “x” (menyebut nama satu produk) aja.
“Kalau gitu kurang kreatif dek”, kata sang kakak nimpali jawaban adiknya. “trus jual
apa dong?”, tanya si bontot. “kreatif”
sepertinya menjadi “kata kunci” yang memantik pencarian ide
disepanjang pulang sampai rumah.
Membuat "Puding silky karakter”, akhirnya menjadi kesepakatan
diantara si bontot dan kakaknya. Sepertinya ide ini diinspirasi hasil diskusi dan konsultasi via WA dengan sepupu mereka yang tinggal di Jakarta, yaitu Mbak Leni. Sepupu satu ini memang sangat jago dalam urusan produksi anek puding.
Berburu
bahan baku pun dilakukan usai menunaikan sholat maghrib. “Video call” dengan Mbak pun
dilangsungan untuk memperoleh panduan teknis dan sekaligus memastikan proses pembuatan sesuai
seharusnya. “konsultasi jarak jauh” ini berlangsung seru sebab berlangsung online mulai dari satu campuran ke
campuran lainnya. Menyaksikan 2 (dua) adiknya tengah asyik di dapur, si barep
pun terlibat dalam proses produksi. Namun, karena
guru private si bontot datang, proses produksi
pun diambil alih kedua saudaranya hingga tuntas.
Papah dan mamanya hanya bisa tersenyum menyaksikan kehebohan proses produksi yang tengah berlangsung. Ketiga anaknya dibiarkan mengacak-acak
dapur sebagai bagian dari belajar mandiri. Tak lama berselang, puding yang
sudah jadi di masukkan ke dalam wadah
mangkuk kecil yang terbuat dari plastik. Beberapa biji puding itu pun
disajikan pada mamanya dan tidak ketinggalan guru private yang tengah mengajari
si bontot les. Mereka meminta sang ustadzah dan mamanya sebagai tester dan meminta penilaian atas hasil kerja hebat mereka sejak usai maghrib tadi. “mantap dan keren”, menjadi kalimat yang
membuat ketiga wajah lelaki itu menjadi ceria dan tambah percaya diri yang menandaskan kerja keras mereka
tidak sia-sia.
Pagi
hari usai sholat subuh, giliran mamanya yang sibuk mencari sendok plastik. Sementara
di bontot sibuk memasukkan puding ke wadah dibantu sang kakak . Sesudah semua
persiapan kelar, mereka pun berangkat ke sekolah. “Ups..ada yang lupa?..nanti di jualnya
harga berapa per bijinya?”, tiba-tiba si bontot nyeletuk saat kendaraan baru
saja meninggalkan rumah. Setelah melakukan musyawarah dengan kakaknya, akhirnya tersepakati Rp
1.500/biji. Kedua orang tua mereka hanya tersenyum menyaksikan bagaimana per-diskusian seru menentukan harga jual. Kedua
orangtuanya pun membiarkan kala biaya quota dan total biaya produkasi tidak masuk dalam penentuan harga jual.
Tiba-tiba,
tersadar ada hal yang terlupakan, yaitu uang
recehan untuk kembalian. Untungnya, ada recehan di dashboard mobil sehingga sibontot pun langsung menyambar dan
memasukkan semuanya ke dalam tas . Saat
kendaraan sampai di sekolah, si bontot pun turun dan melangkah dengan optimis
lengkap dengan bekal fooding di dalam tasnya. “selamat berjuang dan semoga fooding-nya laku keras ya dek”, kata
mamahnya menyemangati sambil mencium kening si bontot.
Bukan Sekedar Belajar Berjualan

Pengalaman-pengalaman
semacam ini lah yang sesungguhnya akan menjadi pelajaran luar biasa bagi siswa.
Proses berhasil dan gagal yang silih berganti akan memberi pengalaman dan
pemahaman tentang perlunya berjuang dalam hidup. Tidak saja sampai disitu,
setidaknya hal inipun membentuk alam bawah sadar tentang kehebatan orang tuanya
yang sudah berhasil membesarkan dan membiayai hidupnya sampai saat ini. Dengan
demikian, diharapkan akan mendatangkan peningkatan rasa hormat dan sayang pada
kedua orang tua serta lebih bersyukur kepada Allah SWT.lebih jauh dari itu,
para siswa juga akan lebih bisa meresapi bagaimana perjuangan Rasulullah SAW yang
juga dikisahkan sebagai seorang pedagang.
Tentang Hasil
Tentang hasil akhir menjadi sisi lain dari perjuangan di bontot
di sabtu pagi. Dari 15 (lima belas ) buah yang dibawa, si bontot berhasil
menjual 7 (tujuh) dan sisanya di makan gratis bersama teman-temannya. “itu keren dek, laku hampir 50 %”, ungkap
papah menyemangati tanpa menyanyakan uang hasil penjualannya dimana. Hal senada
juga disampaikan oleh Mas, kakaknya dan tidak ketinggalan mamanya. Dalam pandangan papahnya, sukses menjual 7
(tujuh) biji tentu diiringi sederet kisah yang mengandung 2 (dua) hal, behagia dan
tabah. Bahagia saat ada pembeli dan tabah saat terjadi penolakan halus dari
calon pembeli.
Terlalu dini untuk berkesimpulan bahwa si bontot tidak berbakat
dalam urusan berdagang, sebab apa yang berlangsung hari ini lebih pada sebuah
proses pembelajaran dan sekaligus penghayatan bagaimana sebuah“perniagaan” berlangsung. Ini bukan tentang perbandingan antara total
biaya produksi dan hasil penjualan, tetapi lebih pada multiplier effect dari sebuah program sekolah.
Andai saja program semacam ini terus dilaksanakan secara periodik,
maka semangat berwirausaha akan terbentuk sejak dini pada para peserta didik. Setiap
prosesnya tentu akan mendatangkan pengalaman baru yang mempertebal mental sebagai seorang wirausahawan. Dalam dimensi lebih
luas, apa yang dilakukan segenap siswa/i level Vi SD Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto
di Sabtu kemarin, merupakan wujud nyata dalam mentauladani Rasulullah SAW yang
dikenal luas sebagai saudaragar handal.
Posting Komentar
.