REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ANTARA PELUANG & ANCAMAN BAGI UMKM | ARSAD CORNER

REVOLUSI INDUSTRI 4.0 ANTARA PELUANG & ANCAMAN BAGI UMKM

Kamis, 27 Desember 20180 komentar


REVOLUSI INDUSTRI 4.0
ANTARA PELUANG & ANCAMAN BAGI UMKM

tulisan ini disampaikan dalam agenda talk show “ tantangan UMKMdi Era Revolusi Industri 4.0 yang dilaksanakan atas kerjasama KPw BI Purwokerto & ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Purwokerto, 
di Hotel Aston Imperium Purwokerto, tanggal 27 Desember 2018 
A. Pengantar
Kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah terhadap produk domestik bruto (PDB) meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen dalam lima tahun terakhir. Serapan tenaga kerja pada sektor ini juga meningkat, dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen pada periode yang sama. Meskipun indikator kontribusi terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) dan serapan tenaga kerja naik, akses sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke rantai pasok produksi global sangat minim. Kontribusi UMKM di Indonesia terhadap rantai pasok global hanya 0,8 persen (sumber data : http://www.kemenperin.go.id/artikel/14200/Kontribusi-UMKM-Naik).

Data tersebut memberikan gambaran bahwa sektor UMKM memiliki peranan penting baik dikaitkan dengan PDB maupun penyerapan tenaga kerja. Realitas ini pun menjadi pembenar untuk meningkatkan apresiasi berbentuk fasilitasi dan pembinaan UMKM yang edukatif & morivasional. Artinya, segala bentuk intervensi hendaklah mengarah pada keterciptaan kemandirian dan akselerasi tumbuhkembang serta tidak menciptakan ketergantungan.


B. Sekilas Potret Pelaku UMKM Banyumas
Secara jumlah, pelaku UMKM di Kab Banyumas berkisar 60.000 dan 99% nya masuk ke dalam golongan mikro dan kecil. Dengan demikian, angka rata-rata permodalan pelaku UMKM di kisaran 200 juta ke bawah.  Dari berbagai diskusi, seminar, lokakarya FGD dan kegiatan sejenis, tersimpulkan beberapa persoalan yang kerap mewarnai perjalanan dan perjuangan UMKM, antara lain: sempitnya visi, manajemen, permodalan, pemasaran, packaging, rendahnya teknologi, dan jejaring kerja (networking) yang sempit.

Atas ragam persoalan yang ada, dinilai perlu melakukan intervensi edukatif dan motivasional sehingga secara bertahap dan berkesinambungan pelaku UMKM  bisa naik kelas. Ragam fasilitasi perlu di tingkatkan sehingga peluang UMKM untuk tumbuhkembang semakin terbuka.   


C. Tahapan Revolusi Industri dan Nasib UMKM
Hari ini sering didengungkan kalimat “revolusi Industri 4.0” yang disimbolkan dengan kemajuan teknologi berbasis itenternet yang terkemas dalam istilah “ekomomi digital”. Kecanggihan dunia virtual ini mulai menggerogoti eksistensi pelaku usaha konvensional, tidak terkecuali pelaku usaha besar.
.   
Kecanggihan dalam men-sinergikan internet, data dan mesin di era revolusi industri 4.0 telah melahirkan berbagai terobosan brilian yang melahirkan efisiensi memudahkan masyarakat dalam mengakses harga yang lebih terjangkau. Sebut saja Go-jek on line yang bisa meluluhlantahkan gojek dan taksi konvensional. Demikian hal nya dengan gerai-gerai supermarket yang eksistensinya terancam oleh dahsyatnya online marketing yang memmberi kesempatan luas bagi semua orang untuk berposisi sebagai penjual. Tak ketinggalan financial technology (fintech) juga berpotensi ikut mengancam eksistensi perbankan. Istilah “desrupsi” pun mendadak populer sebagai penggambaran “perubahan radikal proses bisnis” dan luasnya dampak yang ditimbulkan oleh era revolusi industri 4.0.  Digitalisasi ekonomi yang menjadi simbol revolusi industri 4.0 secara nyata menjadi “ancaman” bagi pelaku usaha yang tetap ngotot menjalankan dan mengelola bisnisnya dengan cara-cara konvensional. Bagaimana dengan nasib pelaku UMKM?.

Mereferensi pada persoalan yang kerap melingkupi keseharian UMKM dan menilik tentang revolusi industri 4.0, dipastikan UMKM dipaksa keadaan melakukan serangkaian perubahan. Jika tidak, kematian hampir bisa dipastikan dan bila ini terjadi berpotensi meningkatkan angka pengangguran dan juga statistik kemiskinan berikut impikasinya yang kompleks.

   TABEL TAHAPAN INDUSTRI
NO
TAHAP
INDIKATOR
1
Revolusi 1.0
Peralatan kerja yang awalnya bergantung pada tenaga manusia dan hewan akhirnya digantikan dengan mesin tersebut. Banyak orang menganggur tapi produksi diyakini berlipat ganda.
2
Revolusi 2.0
produksi massal berdasarkan pembagian kerja
3
Revolusi 3.0
penggunaan elektronik dan teknologi informasi guna otomatisasi produksi. mesin industri tidak lagi dikendalikan manusia. Dampaknya memang biaya produksi menjadi lebih murah
4
Revolusi 4.0
yang ditandai dengan sistem cyber-physical. Saat ini industri mulai menyentuh dunia virtual, berbentuk konektivitas manusia, mesin dan data, semua sudah ada di mana-mana. Istilah ini dikenal dengan nama internet of things.


C. Adaptasi atau mati
Tragedi  krisis 1998 membuktikan bahwa UMKM mampu bertahan ditengah ambruknya pelaku usaha besar, khususnya yang memiliki hutang dalam satuan mata uang USD dan atau memiliki content  bahan baku impor yang juga dibayar dengan satuan mata uang USD.  Namun, satu hal yang menjadi catatan adalah bertahannya UMKM ditengah badai 1998 bisa jadi dikarenakan oleh ketiadaan 2 (dua) faktor yang ada pada perusahaan besar yaitu hutang dalam USD dan kandungan impor dalam proses produksinya.  Disamping itu, hutang dalam negerinya pun tidak dominan karena skala usaha yang dijalankan tergolong mikro dan kecil sehingga tidak terjebak dengan kebijakan bank dalam negeri yang melakukan penyesuaian tingkat bunga pinjaman.   Namun demikian, eksisnya UMKM saat itu merupakan sebuah keadaan yang sangat di syukuri, setidaknya ekonomi makro tidak sampai ke titik nol walau krisis keuangan telah memantik krisis multidimensi. Namun, akankah kejayaan berulang bersamaan di Era Revolusi Industri 4.0?. 

Pilihan yang tersedia hanya “adaptasi atau mati” karena implikasi revolusi industri 4.0 terus melaju dan terbukti mulai menyentuh berbagai sektor yang semakin mengancam eksistensi bisnis konvensional. Kalau kemudian hari ini pelaku UMKM masih eksis dengan metode serupa, perlahan dipastikan akan tereliminasi seiring semakin kencangnya inovasi berbasis optimalisasi peng-integrasian internet, mesin dan teknologi. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi  berbasis  teknologi wajib dilakukan, baik dalam tahapan proses produksi maupun dalam hal pemasaran.  Berbeda dan unik” harus bisa dipertahankan walau dinamika perubahan pun memaksa  untuk terus memproduksi nilai-nilai “perbedaan dan keunikan baru”.  Alasannya sederhana saja, apa yang hari ini “berbeda dan unik” begitu mudah direflikasi lewat implementasi  konsep 3M (melihat, meniru dan menambahkan) berbasis teknologi sehingga menjadi tidak berbeda dan tidak unik lagi.


D. Beberapa Pemantik Aksi perkuatan UMKM di Era Revolusi Industri 4.0
suara merdeka,28/12/18 hal 17
Meningkatkan “daya saing” menjadi penting sebab kompetisi di lingkar  dunia bisnis merupakan sesuatu yang pasti sejak kelahirannya. Pengembangan kreativitas dan serangkaian inovasi harus mampu memproduksi “nilai tambah” yang terus tumbuh sehingga konsumen memiliki alasan cukup untuk loyal dan tidak beralih. Meningkatkan daya saing dalam arti luas perlu terus diupayakan sehingga memperkuat positioning di lingkar bisnis, khususnya pelaku UMKM.

Sebagai pemantik, berikut ini disampaikan beberapa stimulan gagasab aksi kaitannya dengan penguatan UMKM  di era revolusi indutri 4.0, yaitu : 
1.   Penguatan kelembagaan. Penguatan organisasi dan kelembagaan perlu dilakukan, baik dalam hal kejelasan status hukum lembaga dan legalitas aktivitas produktif yang diselenggaraakan. Kelengkapan legalitas juga merupakan alat dalam mengembangan hubungan kepentingan dengan berbagai pihak, khususnya dalam mengembangkan bisnisnya.
2.   Penguatan kapasitas dan kapabilitas manajemen. Kapasitas dan kapabilitas manajemen  menjadi kunci tumbuhkembang sebuah usaha. Pengembangan visi bisnis sangat dimungkinkan bila pada UMKM hadir manajemen solid yang memiliki kemampuan mengelola  faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi keberadaanya. Sebagai catatan, pola pengelolaan tradisional yang cenderung menggantungkan segala sesuatunya pada satu orang (baca: superman) harus ber-transformasi ke basis manajemen (baca: super team).    
3.   Modernisasi proses dan pelibatan IPTEK. Era digital ekonomi menandaskan perlunya sinergitas antara modernitas proses dan pelibatan IPTEK guna menciptakan pengayaan pengembangan gagasan pengembangan dan efisiensi yang berujung pada peningkatan daya saing.
4.   Berjejaring. Hari ini adalah zaman kolaborasi yang ditandai sinergitas yang saling menguatkan. Oleh karena itu, berjejaring merupakan alat efektif dalam menguatkan keberadaan bisnis. Lewat berjejaring dimungkinkan terbangunnya kemitraan berbasis sharing economy. Sejalan dengan itu, berhimpun dalam satu forum atau organisasi merupakan embrio keterbangunan kemitraan. Melalui organisasi, secara otomatis para pelaku usaha akan  tehubung satu sama lain yang berdampak pada terbangunnya komunikasi intensif, saling berbagi informasi, mengembangkan ragam gagasan dan melakukan penjajagan awal kolaborasi yang saling memperkuat seperti perluasan pasar, join buying bahan baku, distribusi, join capital, pengembangan SDM, up date teknologi dan lain sebagainya.
5.  Bapak Asuh. Pengembangan program “Bapak Asuh” perlu dikembangkan sehingga pelaku UMKM terbimbing mentahapi prosesnya hingga naik kelas. Hanya saja, pola ini perlu pengawasan sehingga berjalan dalam spirit memberdayakan dan bukan meng-kooptasi yang mengakibatkan pelaku UMKM kehilangan perannya.
6.   Membangun dan menguatkan ekosistem kewirausahaan. Mengacu pada standar internasional, jumlah wirausahawan sebuah negara idelanya 2% (dua prosen) dari jumlah penduduk. Berdasarkan Data BPS (Badan Pusat Statistik), tahun (2016), rasio wirausaha di Tanah Air baru 1,65%dan hingga penghujung tahun 2017 telah meningkat menjadi 3,1% persen. Capain ini memang sudah melebihi standar International, namun masih kalah dengan capaian negara tetangga di lingkungan asia tenggara yang sudah menyentuh angka 4%. Sejalan dengan itu, perlu upaya yang terkonsep secara komprehensif dan terimplementasi secara sistematis dan terukur dalam meningkatkan kuantitas dan juga kualitas wirausahawan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong dinamika dan laju tumbuh ekonomi. Ekosistem wirausaha perlu ditingkatkan sehingga terbangun apresiasi tinggi dan pada akhirnya mendorong tumbuhkembang jumlah wirausahawan. Keberanian bergagasan perlu dibangun dan pengayaan imajinasi perlu ditingkatkan sehingga budaya kreatif dan inovasi terbangun. Sebagai bagian dari membangun dan menguatkan ekosistem kewirausahaan tersebut, berikut disampaikan beberapa stimulan gagasan :
a.      Apresiasi terhadap keberanian berwirausaha. Berwirausaha memerlukan keberanian sehingga perlu meningkatkan apresiasi terhadap kemauan dan kesadaran untuk menekuni dan memilih wirausaha menjadi jalan hidup. Perlu dibangun paradigma berwirausaha merupakan sebuah kemuliaan sebab disamping membangun kemandirian, juga berpeluang menciptakan lapangan kerja. Dengan kata lain, menjadi wirausaha perlu ditandaskan sebagai tindakan heroik dalam hidup berbangsa dan bernegara.
b.      Bersinergi dengan dunia pendidikan. Hal ini diwujudkan dengan memasukkan “kewirausahaan” menjadi mata pelajaran mulai dari Paud sampai tingkatan Universitas dengan implementasi metodologi yang disesuaikan dengan usia dan tingkatan. Pengembangan metodologi pengajaran perlu terus dikembangka sehingga mencapai titik efektivitasnya. Hal ini tidak saja menjadi bagian dari upaya meningkatkan minat berwirausaha tetapi juga meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap setiap keberanian berwirausaha.  
c.       Bersinergi dengan pemerintah. Sebagai regulator dan pemberdaya, pemerintah dengan segenap infra dan supra strukturnya sangat strategis dalam membangun dan mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Melalui mediasi dan fasilitasi yang edukatif & motivasional, pemerintah berpeluang mendorong pertumbuhan wirausaha secara kuantitas maupun kualitas.   
d.      Bersinergi dengan kampus. Kampus merupakan gudang pengetahuan dan juga pusat pengembangan metodologi. Hal ini sangat penting bagi akselerasi peningkatan kualitas wirausahawan, baik dalam hal tata kelola melalui pelibatan IPTEK maupun dalam meningkatkan dan meluaskan akses. Disisi lain, kampus juga berisi kaum intelektual muda  yang juga potensial di dorong menjadi pelaku wirausaha.
e.      Mendorong Industri kreatif. Industri kreatif dalam hal ini didefenisikan sebagai upaya meningkatkan nilai tambah berbasis pada pengembangan ide, gagasan dan kreativitas. Para pelaku UMKM juga perlu terus melakukan pencarian dan pengayaan cara sehingga terbangun nilai tambah baru dari produk yang sudah ada. Contoh sederhana antara lain treatmen kreatif pada komoditas gula kelapa yang menghasilkan gula kristal sehingga dijual dengan harga yang lebih tinggi; packaging yang terbukti mampu meningkatkan perform produk dan harga jual. Industri kreatif juga melingkupi bisa melingkupi  pengembangan design interior, kuliner, fotografi, seni dan lain sebagainya yang kesemuanya berfokus pada penciptaan “nilai tambah” baru.  
f.        Maintenance berkelanjutan. Ekosistem wirausaha tidak cukup hanya dibangun, tetapi juga memerlukan maintenance sehingga ekosistem itu terus terawat dan terus meluas serta menguat.   
7.   Dan lain sebagainya

E. Penghujung 
suara merdeka,28/12/18 hal 20
Dalam kesehariannya, pelaku usaha terus berjuang untuk bisa eksis, tumbuh dan kembang. Keinginan kuat untuk itu telah menggiring alam bawah sadar pelaku usaha untuk terus melakukan serangkaian pengembangan kreativitas dan inovasi sesuai kemampuannya masing-masing. Dalam perspektif pelaku usaha,  serangkaian “perubahan” dan “sengitnya kompetisi” dimaknai sebagai gejala alamiah yang sudah pasti ada sejak kelahirannya, Bahkan “perubahan dan kompetisi” selalu menjadi pemantik adrenaline kreatif  dalam membarukan atau memperbaharui cara dalam mengelola usahanya. Senada dengan berlangsungnya  revolusi industri 4.0 berikut segala implikasinya, pelaku UMKM akan dipaksa keadaan  untuk berinovasi, entah itu dilakukan sendirian maupun berkolaborasi lewat membangun mutual partnership. Semoga semangat semacam ini efektif menjadi stimulan terbentuknya penyesuaian cerdas sehingga revolusi industri 4.0 bukan sebagai ancaman tetapi justru peluang yang meng-akselerasi tumbuhkembang. Sejalan dengan itu,  pelaku UMKM  tidak boleh berhenti pada satu cara.

Demikian tulisan ini disusun sebagai pemantik dalam agenda talkshow, semoga menginspirasi kebaikan-kebaikan baru, khususnya dalam mensikapi revolusi industri 4.0 secara cerdas. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


tulisan seputar kegiatan..............klik disini
tulisan seputar talk show.............klik disini
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved