BI PURWOKERTO & ISEI MENGGELAR TALK SHOW EKONOMI
“TANTANGAN
UMKM di ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0”
BI
(Bank Indonesia) Perwakilan Purwokerto bekerjasama dengan ISEI (Ikatan Sarjana
Ekonomi Indonesia) Purwokerto menggelar talk
show ekonomi di hotel Aston Imperium Purwokerto di Hari Kamis, 27 Desember
2018. Acara ini menjadi bagian dari Agenda Pertemua Tahunan Bank Indonesia 2018.
Dalam
agenda talk show ini, panitia menghadirkan 4 (empat) narasumber , yaitu; (i) Bapak Dr. Faisal Basri yang kesehariannya Dosen
dan juga pengamat Ekonomi yang dikenal kritis; (ii) Ibu Chatarina
BadraNawangpalupi, Dosen di Universitas Parahiyangan Bandung yang juga Global
Entrepreneurship Moditor dan International Council For Small Business; (iii)
Bapak Eko Prijanto, Kepala Bappedalitbang Kab. Banyumas dan; (iv) Muhammad
Arsad Dalimunte, Wakil Ketua Kadin Banyumas. Forum ini dikemas dalam format talk
show yang di moderatori oleh anak muda multi talent, Firdaus Putra,S,Sos, Co
Founder Kopkun Institute. 
“Pemkab
Banyumas berkomitmen tinggi terhadap pengembangan UMKM dan bahkan sudah menjadi
salah satu dari visi Bupati Banyumas. Disamping kedaulatan pangan dengan target
500.000 ton/tahun, Pemkab Banyumas juga men-targetkan pertumbuhan 3000
entrepreneur dan menciptakan lapangan kerja bagi 20.000 orang. Pemkab Banyumas
juga akan mendorong tumbuhkembangnya desa kreatif, ekonomi kreatif dan memberi
ruang luas vagi pengembangan start up.Terkait dengan Revolusi Industri 4.0,
persoalan kepemimpinan menjadi sangat penting dalam men-sosialisasikan dan
sekaligus menyemangati perubahan minset dan juga tata kelola usaha. Hal ini
mereferensi pada pengalaman empiris dimana desa-desa yang memiliki pempin yang
maju linier dengan kemajuan masyarakatnya, termasuk pelaku UMKM”, demikian disampaikan Oleh Bapak Eko Prijanto selaku Kepala Bappedalitbang Kabupaten
Banyumas saat ditanya oleh Bung Firdaus tentang sikap Pemkab dalam mendorong
kesiapan pelaku UMKM di era revolusi Industri 4.0
Ketika
ditanya tentang potret realitas UMKM dan kesiapan hidup di era Revolusi
Industri 4.0, Bung Arsad, Wakil Ketua Kadin Banyumas mengawali hjawabannya
dengan memaparkan jumlah UMKM di lingkungan Kab. Banyumas mencapai angka
kisaran 60.000 dan setiap pelaku UMKM mempekerjakan karyawan antara 2 sampai 3
orang. Bung Arsad juga menjelaskan bahwa 99% dari total jumlah pelaku UMKM
adalah masuk dalam skala mikro dan kecil sehingga bisa disimpulkan bahwa modalnya
maksimal di kisaran Rp 200 juta. Bung
Arsad juga menegaskan tentang berjaraknya antara kapasitas SDM dan
tata kelola usaha UMKM dengan pra-syarat untuk bisa eksis di era Industri 4.0.
Bung Arsad menjabarkan beberapa persoalan menahun yang kerab menjadi keluhan
para pelaku UMKM, antara lain persoalan pemasaran & permodalan. Oleh karena
itu, Kadin Banyumas selaku induk organisasi pelaku usaha mencoba untuk
melakukan serangkaian terobosan sehingga UMKM tetap eksis di era Revolusi
Industri 4.0. Ada 2 (dua) hal yang menjadi catatan penting; (i) berdasarkan
pengamatan dan juga komunikasi dengan organisasi sejenis disimpukan bahwa
mayoritas seseorang menjadi entrepreneur itu by tragedy and not
by design dan; (ii) Entrepreneur
itu terbiasa dengan perubahan dan juga kompetisi, Bahkan, kedua hal itu melekat
sejak pertama kali terjun ke dunia usaha. Atas hal itu, terlepas dari kelemahan
dan kekurangan saat ini, pelaku UMKM punya modal yang kuat untuk melakukan
penyesuaian sehingga tetap survive
dan bahkan tumbuhkembang. Peningkatan daya saing tentu akan terus dilakukan
melalui pengembangan kapasitas SDM dan perbaikan tata kelola usahanya (detail
materi Bung arsad..klik disini)

Dari data yang beliau sajikan terungkap bahwa ternyata UMKM hanya 1,7 yang kelahirannya karena peluang dan selebihnya dimotivasi oleh kebutuhan hidup yang harus terpenuhi. Hal ini juga menguatkan pendapat bahwa mayoritas pelaku UMKM terlahir dari satu tragedy dan bukan hasil sebuah perencanaan (not by design). Sementara itu, konsumen luar negeri dari UMKM kurang dari 1% dan sisanya masih fokus pada pangsa pasar lokal. Ini bisa difahami mengingat Indonesia merupakan market size yang luas. Ironisnya, pada bisnis yang menggunakan e-commerce, produk-produk yang diperdagangkan mayoritas impor. Beliau juga menandaskan perlunya UMKM membangun linkage rantai produksi, pendampinganm inkubator dan agregator serta meningkatkan kemampuan meng-adobsi teknologi secara tepat.
Bapak
Faisal Basri, sang akademisi dan juga pengamat ekonomi yang dikenal dengan
statemen-statemen kritisnya, menyampaikan perlunya membahasakan revolusi
industri 4.0 dalam nuansa optimistik dan bukan menakut-nakutin. Hal ini bukan
bentuk penghiburan, tetapi nalarnya dalam revolusi industri 4.0 memang
terkandung banyak peluang yang antara lain semua orang bisa berperan sebagai
pebisnis. Masa depan ekonomi juga semakin cerah dengan digital paymen yang hari
ini semakin meluas Catatan lainnya, revolusi
industri 4.0 juga memberdayakan stake holder dan juga ramah lingkungan. Hanya
saja, memang diperlukan kesiapan komprehensif agar peluang-peluang di era
revolusi industri 4.0 bisa diraih. Sebagai satu catatan, data menunjukkan bahwa
masyarakat indonesia masuk dalam kategori terendah dalam hal penggunaan
internet untuk kepentingan bisnis. Hal ini menunjukkan perlunya pemanfaatan
internet untuk kepentingan yang lebih produktif. Beliau juga berpesan bahwa fintech (finansial technologi) akan
bermakna kalau sektor produksinya beres.
Tulisan terkait kegiatan serupa klik disini
Posting Komentar
.