KETIKA HAMIL TAK MENGHALANGI BU AZMA
MENYUARAKAN UNTUK
“ME-MANUSIAKAN HUBUNGAN”
Ada
yang menarik dari perhelatan workshop jilid 02 yang digelar oleh Komunitas Guru
Belajar Purwokerto yang terhelat pada 02 September 2018 lalu, dimana salah satu nara sumbernya adalah Ibu Azma yang
tengah hamil, seorang guru bagi puluhan murid berkebutuhan khusus. Kali ini,
Azma mengangkat thema “me-manusiakan hubungan”, sebuah
pemilihan thema unik yang mengundang kepenasaran. Sekilas, thema ini tampaknya
semacam gugatan atas berlangsungnya dehumanisasi
dalam proses belajar mengajar sehingga merusak kemerdekaan belajar yang dirasakan peserta didik. Namun, tak bijak
berkesimpulan hanya berlandaskan judul, walau bisa saja praduga tak salah
sepenuhnya.

Di
tengah presentasi keren Ibu Azma, Bung Daru, Sang Komandan Komunitas Guru
Belajar Purwokerto, tiba-tiba mengambilkan kursi dan menempatkan di tengah. Hal ini tampaknya
sebagai respon melihat beberapa kali Ibu Azma terkesan menahan sakit karena
gerakan sang jabang bayi dalam kandungan
yang sepertinya juga ingin ikut presentasi bersama ibunya. Kehadiran kursi ini pun memberi opsi tambahan selain berdiri bagi
Ibu Azma agar tetap merasa nyaman menyampaikan materi presentasinya.
Dalam
lanjutan presentasinya tentang memanusiakan
hubungan, Bu Azma menyampaikan beberapa type guru dalam memerankan profesi
mulia-nya. Setidaknya ada 5 (lima) yang te-record
redaksi, yaitu; (i) guru sebagai penghukum; (ii) guru sebagai pembuat rasa bersalah
di diri peserta didik; (iii) guru sebagai pembuat ketergantungan yang
menegasikan kemandirian dan percaya diri peserta didik; (iv) guru sebagai
pemantau dan; (v) guru sebagai seorang manager. 3 (tiga) peran pertama sangat
tidak direkomendasikan, karena jauh dari semangat “merdeka dalam belajar”. 3
(tiga) type pertama ditandaskan akan membuat peserta didik tidak menemukan
efektivitas pengajaran dan bahkan membahayakan bagi masa depan mereka.
Penandasan ini menjadi semacam pesan kuat agar segera dilakukan koreksi apabila
hal ini masih sering berlangsung di beberapa sekolah dan tempat pendidikan.
Hari
ini memang berbeda dengan zaman dahulu dimana guru diposisikan sebagai figur
yang sangat diseganin, ditakutin dan juga di hormatin. Kekinian zaman yang
secara jahat mengikis nilai-nilai kearifan telah memaksa para guru untuk
memiliki kesabaran yang lebih dan kebijaksanaan yang lebih luas. Artinya, setiap
guru harus melakukan pengayaan metode dan pensikapan smart atas dinamika budaya peserta didik yang terus bergerak dan dipengaruhi perkembangan lingkungan.
Ini
memang pasti sangat tidak mudah dan menguras energi, namun kemuliaan profesi dan
moralitas juang guru mengharuskan untuk bisa
melakukannya. Pada titik efektivitas cara inilah tertemukan berlangsungnya aksi
“memanusiakan manusia” dalam proses pemelajaran dimana guru dan peserta didik
ber-interaksi dalam pola yang edukatif,motivasional, inpsirastif dan meng-energi.
Sebagai
catatan penghujung, semangat yang ditunjukkan oleh Ibu Azma yang tengah hamil dan sering merasa sakit saat presentasi, layak menjadi simbol ketauladanan inspiratif yang menandaskan untuk tidak pernah
menyerah dalam mengajarkan kebaikan-kebaikan, apapun keadaannya.
Posting Komentar
.