Sebentuk Pengantar
Kunjungan pun dimulai pasca
sarapan pagi berselera di restorasi hotel Anvaya dengan menggunakan 3 (tiga) Bus
Pariwisata “Mai Bus is My Bus”
berukuran ¾. Perjalanan ini terasa lebih ber-aura dengan kehadiran foreder polisi
yang bertindak sebagai pengawal, pemandu jalan dan pemecah kemacetan jalan
tentunya. Tidak sampai disitu saja, setiap bus dilengkapi dengan seorang pemandu
wisata, sehingga peserta benar-benar merasa nyaman mentahapi satu obyek ke
obyek berikutnya.
Bapak I
Gde sebagai salah satu pemandu di bus yang
disupiri oleh Bapak kadek Karyase menjalankan tugasnya penuh dedikasi. Beliau
memulai kepiawaiannya dalam memandu perjalanan dengan menjelaskan obyek-obyek
yang akan dikunjungi. Beliau memprolog tentang Bali yang terdiri dari 8
kabupaten dan 1 kota madya. Nama seorang artis, Happy Salma pun sempet
mengemuka karena menikah dengan salah satu anak raja di Bali.
Bandara I
Gusti Ngurah Rai adalah obyek pertama yang dijelaskan oleh I Gde. “Ini Bandara Internasional kebanggaan Bali
yang selesai dibangun tahun 2013 yang menggunakan kombinasi aristektur Bali dan modern”. Bandara ini akan
menjadi pintu kedatangan tamu-tamu istimewa dari 189 negara yang akan hadir di
IMF-WBG annual meeting 2018. Tak jauh dari bandara, kami melalui jalan tol yang
juga dibangun 2013. Terlihat sedikit kemacetan disisi sisi seberang jalan yang
kami lalui di karenakan sedang ada pembangunan underpass yang ditargetkan selesai pada agustus 2018 saat pegelaran
AM IMF-WBG
Menyambangi GWK (Garuda Wisnu Kencana)
Kawasan Garuda wisnu kencana (GWK) berposisi
di selatan Kota Bali. Obyek wisata ini awalnya hanyalah kawasan tanah tandus, tidak
bernilai ekonomis dan hanya dimanfaatkan rakyat untuk tambang kapur. Namun, pembuatan
patung GWK di kawasan ini sukses merubah persepsi dan apresiasi atas kawasan
ini. Saat ini, GWK menjadi salah satu obyek wisata pavorite di Bali dengan luasan
60 Ha dengan ribuan guide dan 2000
diantaranya berasal dari Riau, Pekan Baru.
Penamaan GWK ini memilik makna : Garuda itu berasal dari nama burung; Wisnu dari nama Dewa pemelihara dan
penjaga kedamaian dan; Kencono yang merupakan lambang kemegahan. Pembangunan
kawasan ini awalnya tidak luput dari pro-kontra. Sebagian LSM menyebut project
ini destroying hill atau penghancuran
bukit, namun para penggagas menyebutnya sebagai
program “Land art”.
Tahun 1990 adalah awal pembangunan patung
GWK dan sempet tertunda karena persoalan keterbatasan dana. Bahkan, karena tak
kunjung selesai, wisatawan domestik yang melakukan kunjungan ke area ini
berkali-kali kemudian sempat membuat plesetan GWK dengan “Galian Watu Kapur”. Namun,
diperjalanan berikutnya, PT
Alam sutra Tbk
kemudian mengambil posisi terdepat untuk melanjutkan realisasi mimpi besar ini.
Hasilnya pun fantastic, saat ini pembangunan patung GWK ini sudah
mencapai 89% dan dipastikan selesai pada
saat pegelaran IMF-WBG nanti digelar.
Tinggi
patung GWK awalnya di gagas 145 meter, tetapi pasca berdiskusi panjang dengan para seniman Bali, tingginya menjadi
121 dengan Lebar 64 meter. Faktor
kekuatan dan safety sangat menjadi perhatian dalam proses pembangunannya. Ini
adalah maha karya seni yang monumental dari Sang Maestro Nyoman Muarta.
Pembangunan
Festival park
akan menambah lengkapnya kawasan ini. Saat ini Festival Park sudah terbangun 95%.
Suasana artistik penuh cahaya dipastikan akan hadir kala para mentri keuangan dan gubernur bank sentral menggelar gala
dinner disini. Dalam konsep perencanaannya, hotel dan villa
juga akan dibangun sehingga GWK menjadi destinasi wisata yang complete. Kalau saat ini GWK baru
menjadi obyek Half day tour ( 6 sampai 8 jam),maka ke depannya ditargetkan
menjadi full day tour dengan target
pengunjung 10 ribu orang per hari. “Kami sangat optimis dengan angka itu karena
segala sesuatunya sudah tersedia disini. Apalagi, disetiap jamnya sejak jam 10.00 sampai 18.00
akan selalu ada pertunjukan budaya. Juga akan ada mini sinema yang akan memutar
film tentang kisah bagaimana Dewa Eisnu sampai memilih burung Garuda sebagai
tunggangannya. Untuk kenyamanan wisatawan, kami juga melengkapi parkiran seluas 3 ha dan 4 ha, Bahkan kami juga akan membuat jalur khusus menuju GWK
sebagai cara menghindari kemacetan panjang saat menuju kawan ini. ”, ungkap Bapak Wayan Sugiantara, salah satu persnil
manajemen GWK dalam presentasinya.
Secara
prinsip, manajemen GWK sangat siap dan begitu bahagia menjadi salah satu venue
dari rangkaian agenda IMF-WGB annual meeting. “saya membayangkan posting-an para
mentri keuangan dan gubernur bank sentral dari 189 negara di berbagai medsos dipastikan
akan menjadi moment promosi strategis mengingat beliau-beliau adalah tokoh
dengan follower ratusan ribu orang. Ini momentum GWK terkabarkan pada dunia”,
ungkap Bapak Wayan di closing statemennya.
Meng-Inspeksi Kesiapan Hotel Nusa
Dua
Hotel
Nusa Dua adalah tempat pegelaran IMF-WBG annual meeting 2018 di Oktober nanti.
Dsini peserta Diseminasi menilik Convention
Centre Hall dan beberapa room yang akan menggelar 2000 rapat lainnya,
seperti rapat billateral atau regional. Dari
apa yang disajikan oleh manajemen Hotel Nusa Dua, sepertinya mereka sudah
sangat berpengalaman menggelar event level international. APEC dan pemilihan
Miss World adalah 2 (dua) event akbar dari
sederatan lainnya yang pernah tergelar sukses di sini.

Selanjutnya
peserta diseminasi yang beragama islam mengikuti jumatan di hotel yang sama.
Sesudahnya, seluruh peserta Diseminasi makan diang ditempat serupa.
Berkunjung Ke Obyek Wisata Huluwatu
Di obyek ini,
tersaji laut dengan view yag begitu indah, Juga ada pura tempat ibadah pemeluk agama Hindu. Lucunya, disini juga ada
monyet yang memeiliki karakter sedikit
nakal, monyet ini suka mengambil topi dan kacamata para wisatawan. Bila sang
wisatawan ingin barang miliknya dikembalikan monyet, maka sang wisatawan harus
memberi
makan sebagai imbalan.ternyata monyet disini memiliki naluri
entretpreneur yang tinggi.Sayangnya sang monyet tidak termasuk dalam hitungan angka
statistik jumlah entrepreneur.
Penyajian “tari kecak” melengkapi
kegembiraan sambil menikmati sunset. Tari kacak ini begitu unik dan di tonton
ribuan orang sehingga terpaksa banyak yang duduk dilantai. Tari ini menjadi
idola para tourist yang berkunjung.
Ke Pusat Kuliner dan Oleh-Oleh Bali "KRISNA"
Dilokasi ini, tersaji kuliner dan juga oleh-oleh khas Bali. Kawasan ini mencoba memberikan gambaran tentang bali dalam format kuliner dan oleh-oleh yang menjadi ciri khas Bali melalui ragam menu makanan dan juga aksesoris Bali, mulai gantungan kunci, patug miniatur, bahan baju , kaos bertuliskan bali, jepit rambut, pulpen dan lain sebagainya.
Di lokasi ini, satu jam seluruh peserta Diseminasi menghabisakan uangnya untuk membeli oleh-oleh dan sebagian lagi memilih menikmati makanan khas bali di puar kulinernya.
Malam di Jimbaran Sebagai Agenda
Pemanungka
Setelah
seharian mengnunjungi titik-titik yang menjadi rangkaian pegelaran IMF-WBG 2018
di Oktober nanti, tibalah di agenda penghujung, yatu mengunjungi Pantai
Jimbaran. Angin malam dan pukulan ombak pantai menemani agenda makan malam yang
tergelar dipinggir pantai ini. Segenap peserta diseminasi juga disuguhkan
tarian khas bali sebagai menu pembuka. Ini
menjadi agenda terakhir sebelum seluruh peserta diseminasi kembali ke hotel
Anvaya untuk, istrahat dan kemudia kembali ke kotanya masing-masing pada esok
harinya.
Overall, pegelaran agenda diseminasi ini sangat
keren dan mendatangkan pengalaman yang penuh kesan. Kekayaan bali dengan segela
obyek wisata nya dan keramahan bali dengan masyarakatnya yang "sadar wisata"
menjadi alasan yang lebih dari layak untuk ditetapkan sebagai venue pegelaran
event internasional selevel IMF-World Bank Group.
Sebagai
catatan akhir dari tulisan ini, Bali dengan segala kehebatan yang melekat pada
wilayahnya menjadi bukti betapa luas,
hebat dan fantastic nya ciptaan Tuhan. Atas semua kehebatan dan potensi yang menempel
pada pulau dewata ini, Sejuta alasan untuk menandaskan Bali untuk menjadi tuan rumah. Indonesia layak
bangga dan masyarakat Bali sangat layak bersyukur. Tuhan begitu baik untuk Bali...
Posting Komentar
.