Ketika Luni Cs Menampilkan Hospitality Nan Keren
Oleh-oleh dari pegelaran Galaksi (Gelar Aksi Pemuda Koperasi) di Unisla
Lamongan Jawa Timur

Tulisan tentang luni bukanlah persoalan
penulis yang kebetulan lelaki dan luni yang berkelamin perempuan, tetapi
sebentuk apresiasi atas metode hospitality yang disajikannya mulai dari pertama
kali menyampaikan undangan sampai dengan kepulangan penulis dari perhelatan
seminar Galaksi yang mengambil tempat di kampus Universitas Islam Lamongan. Ini
juga bukan tentang fasilitas yang panitia sediakan, tetapi mutlak tentang kekaguman terhadap sikap dan penjiwaan dalam menjalankan sebuah hospitality.
Sekilas ini memang tampak hal
biasa dan hospitality selalu hadir
dalam urusan menyambut dan memperlakukan tamu dan atau setiap customer. Namun yang menarik adalah
ketika hospitality ini dilakukan mahasiswa/i
yang berasal dari generasi milenial. Penulis merasa sedang menjadi tamu istimewa dalam
sebuah perhelatan yang digelar oleh “bukan
mahasiswa”. Dengan kata lain, cara luni meng-hospitality sungguh sangat
berbeda significant dengan orang
se-usia dia pada umumnya, khususnya di kalangan koperasi mahasiswa/i.

Tak lupa Luni pun menyampaikan
permohonan maaf karena tidak bisa menjemput
langsung sebab juga harus fokus pada pengawalan
rangkaian agenda, namun Luni memberikan kontak driver yang akan standby di stasiun Gubeng Surabaya untuk
menjemput dan kemudian membawaku ke
Universitas Islam Lamongan. Sekitar 10 menit sebelum jam ketibaanku di stasiun
Gubeng, Luni pun meng-informasikan kalau sang driver sudah standby. Begitu memastikanku sudah bersama driver dan memulai
perjalanan menunju lamongan, luni kemudian meng-informasikan akan menyambut
kehadiran kami di kampus dan merencanakan sarapan di soto lamongan dan kemudian
akan mengantarkanku ke hotel untuk transit dan istrahat sejenak. 
Satu persatu coba ku jelaskan dengan
sangat hati-hati agar pemahaman Luni komprehensif atas semua hal yang
ditanyakan. Beberapa kali luni “memohonkan
maaf dengan sangat begitu sopan” ketika dia harus merespon beberapa telepon
dan WA yang masuk ke HP nya. Tentu etika yang dijunjung tinggi olehnya
disepanjang komunikasi menjadi satu catatan penting, sebab hal ini hampir mulai
hilang disebagian besar generasi sepelatarannya.
Sesampai di Hotel dan memastikan
di reseptionis kamar tersedia untukku,
luni pun mempersilahkanku istrahat dan kemudian bermohon izin pamit untuk
melanjutkan koordinasi kepanitaan. Tak lupa luni mengucapkan, “selamat istrahat
bapak...” sebelum meninggalkanku bersama sang supir.
Beberapa jam kemudian, Luni
menyapaku dan menyampaikan bahwa session I bersama para Pengurus FKKMI (Forum
Komunkasi Koperasi Mahasiswa Indonesia) Jawa Timur. Atas hal itu, luni
menginformasikan akan menjemputku ke hotel. Padahal, luni sebenarnya bisa saja memerintahkan
sopir kepanitiaan menjemputku, namun luni memilih untuk ikut serta dan
membawaku ke kampus Unisla dimana diskusi akan di gelar. Usai jeda diskusi session
I, aku pun kembali ke hotel. Ditahap ini, akupun mencatat nilai plus terhadap panitia. Karena disaat
yang sama luni harus me-ngecek kesiapan menggelar session berikutnya, seketika
luni pun meminta 2 (dua) pengurus FKKMI untuk mendampingiku ke hotel dan
sekaligus memanfaatkan waktu di jalan untuk berdiskusi alias bertukar fikir.

Aku pun berharap ini me-refresentasikan kopma-kopma di Jawa timur yang katanya saat ini sedang berada dalam semangat berapi-api menumbuhkembangkan kopma di kampus nya masing-masing.
Hospitality memang hanyalah
rutinitas, tetapi ketika tersaji dalam
penjiwaan dan ketulusan yang begitu nyata, hal ini pun menggiring siapa saja
untuk berkesimpulan bahwa hospitality yang
baik adalah cerminan budaya kesehariaan dari sebuah organisasi.
disepanjang perjalanan Kereta Bima
Jurusan Surabaya-Purwokerto
Posting Komentar
.