BERANGKAT DARI NILAI BEDA BERNAMA “JATI DIRI” | ARSAD CORNER

BERANGKAT DARI NILAI BEDA BERNAMA “JATI DIRI”

Selasa, 17 Juli 20180 komentar


BERANGKAT DARI  NILAI BEDA BERNAMA “JATI DIRI”
disampaikan pada kegiatan GALAKSI (Gelar Kreasi Pemuda Koperasi) yang diselenggarakan oleh Panitia Hari Koperasi ke 71 Jawa Timur tahun 2018, pada Hari Selasa, Tanggal 17 Juli 2018, di Aula Pondok Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Lamongan, jalan Veteran No. 53A-Lamongan, Propinsi Jawa timur.


A.   Koperasi Itu Tentang Ke-Kita-an 
Koperasi adalah tentang ke-kita-an yang didorong pada aksi-aksi produktif yang berpotensi men-sejahteraan bagi segenap unsur organisasinya. Sebagai kumpulan orang yang berasal dari berbagai latar belakang, status sosial dan keberagaman karakter, maka koperasi perlu mencerdaskan anggotanya guna  membangun kesamaan persepsi dan pengetahuan serupa tentang apa dan bagaimana kesejahteraan sebagai tujuan berkoperasi bisa dicapai. Untuk mencapai cita-cita besar itu, setiap unsur harus  bergerak bersama secara proporsional dimana peran satu dengan lainnya bersifat saling menguatkan & mengarah pada satu tujuan yang didefenisikan sebagai cita-cita bersama. Agar terbangun kesadaran dan kemauan bergerak, maka koperasi harus mendidik anggotanya sehingga terbangun kapasitas dan karakter yang berpengaruh pada kualitas aspirasi, demokasi dan partisipasi dalam koperasi.

Koperasi harus mencerdaskan anggotanya melalui pendidikan sehingga terbentuk keyakinan kuat dan kesadaran penuh bahwa bersama-sama dan saling bahu membahu merupakan cara terbaik membentuk kehidupan yang lebih berpengharapan dan berkualitas. Oleh karena itu, keterbangunan orang menjadi kunci membangun sebuah koperasi. Bahkan, Ke-Kita-an yang terbangun dalam koperasi sesungguhnya imbas dari efektivitas pendidikan yang diselenggarakan koperasi kepada segenap anggotanya secara bertahap dan berkesinambungan. Ke-kita-an  yang dimaksudkan tidak sebatas tergiring masuk ke dalam barisan koperasi sebagai anggota, tetapi juga mendorong kesadaran melakukan tindakan-tindakan produktif, baik dalam tujuan mendatangkan kemanfaatan bagi diri anggota itu sendiri (self help) maupun dalam membesarkan perusahaan koperasi yang menjadi alat strategis menjawab kebutuhan mayoritas anggota. 

B.   Nilai Beda Sebagai Inspirasi
Sekilas, rancang bangun perusahaan bernama koperasi tampak sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya. Hal ini bisa difahami karena dalam kesehariannya koperasi juga diisi dengan aktivitas sebagaimana perusahaan-perusahaan lainnya,  yaitu transaksi  barang dan atau jasa.

Namun demikian, perusahaan koperasi sesungguhnya memiliki sisi-sisi lain yang tidak mungkin didapati pada perusahaan lainnya.Transaksi didalam koperasi tidak sekedar persoalan putaran uang, tetapi didalamnya terdapat semangat menolong diri sendiri saat ini (baca: keterpenuhan kebutuhan) maupun di masa mendatang  (baca: terbangunnya perusahaan yang kokoh, melindungi dan senantiasa mencerdaskan anggotanya). Transaksi di koperasi idealnya juga diinspirasi oleh semangat kepemilikan (sense of ownership) dan rasa kebersamaan (kolektivitas) yang kuat serta semangat menolong diri sendiri (self help). Intinya, perusahaan dalam koperasi hanyalah alat/media yang besar kecilnya sangat tergantung pada luasnya kebutuhan anggota  yang diikuti komitmen untuk ikut membesarkan dan menjaga bersama-sama.

Oleh karena itu, koperasi menempatlkan uang sebagai alat bantu (Just servant) dan memposisikan orang sebagai penentu. Atas dasar itu pula, orang-orang di koperasi perlu dididik sedemikian rupa sehingga terbangun kapasitas yang membimbing mereka dalam menyampaikan aspirasi dan juga bertindak, baik dalam meningkatkan pendapatannya maupun dalam menggunakan pendapatannya dengan bijak. Dalam tinjauan yang lebih visioner, koperasi merupakan media strategis pemberdayaan dalam menumbuhkembangkan semangat dan bakat kewirausahawan. Sementara itu, kebersamaan (baca: ke-kita-an) yang terbangun menjadi media pemersatu yang membuat ragam perbedaan menjadi inspirasi melipatgandakan manfaat melalui penyatuan potensi dan energi. Inilah yang disebut ikatan sosial yang membentuk budaya produktif. Hal ini pula yang menjadi alasan mengapa koperasi bukan saja tentang pemenuhan aspirasi & kebutuhan ekonomi semata, tetapi juga melingkupi sosial dan budaya yang membuat hidup anggotanya lebih berkualitas.     

Paragraf diatas adalah penjelas sebagian dari nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membedakan koperasi dengan perusahaan lainnya.  Perbedaan-perbedaan itu lah yang selanjutnya menjadi Jati Diri yang tidak boleh ditinggalkan apalagi ditanggalkan . Jati Diri koperasi harus dijadikan pembeda dan sekaligus inspirasi untuk menemukan dan sekaligus mengembangkan “kreativitas cara” guna mencapa efektivitas pencapaian cita-cita bersama. Hal ini perlu ditandaskan mengingat operasionalisasi mayoritas organisasi dan perusahaan koperasi lemah secara filosopis. Mayoritas pelaku/praktisi koperasi masih terjebak pada pemaknaan koperasi semata-mata sebagai perusahaan yang hanya fokus pada pertumbuhan modal dan laba (baca: SHU), sehingga lupa membangun orang-orang didalamnya melalui pendidikan berkelanjutan. Ironisnya, laju kreativitas perusahan koperasi sering tertinggal jauh sehingga menyebabkan koperasi tidak menarik dijadikan sebagai tempat men-transaksikan kebutuhan masyarakat, khususnya para anggota yang notabene adalah pemilik koperasi itu sendiri.

Untuk itu, pemaknaan koperasi sebagai  kumpulan orang yang berposisi tidak saja sebagai pemilik tetapi juga sekaligus sebagai pengguna jasa, harus dijadikan dasar keberadaan setiap orang yang masuk dalam barisan koperasi. Dalam semangat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, orang-orang di koperasi  seharusnya menyelenggarakan agenda duduk bersama minimal untuk: (i) merumuskan “cita-cita bersama” dan kemudian; (ii) “berbagi peran efektif” dalam mencapainya. 2 (dua) tahap kebersamaan produktif inilah letak titik  krusial dan muasal eksis, tumbuh dan kembangnya sebuah koperasi. Untuk itu, koperasi harus didorong pada nalar ke-kita-an yang melahirkan semangat penyatuan potensi dan sumberdaya sehingga terbentuk akumulasi yang menjadi modal penting dalam memproduksi makna dan manfaat dari berkoperasi. Sementara itu “trust” yang terbangun dan tumbuh dari interaksi yang tulus satu sama lainnya menjadi penjaga efektif kebersamaan dalam koperasi.

C.   Membangun Koperasi berawal Dari Kemauan
Concern koperasi membangun orang-orang didalamnya melalui pendidikan yang di aplikasikan lewat ragam metode sesuai dengan karakter dan kebutuhan. Keterbangunan ragam unit layanan (baca: perusahaan) adalah imbas dari efektivitas pendidikan yang berbuah kesadaran. Sebagai contoh; (i)  kala pendidikan berhasil menyadarkan betapa penting menabung akan melahirkan akumulasi uang yang bisa di manfaatkan untuk membiayai jalannya organisasi dan juga perusahaan yang menyelenggarakan kebutuhan anggota; (ii) saat anggota menyadari bahwa perlu adanya pemberian pinjaman dengan tingkat jasa/margin rendah pasca keterkumpulan akumulasi simpanan anggota, maka hal ini akan mendorong lahirnya unit layanan simpan pinjam; (iii) Pada saat mayoritas asprasi anggota menginginkan bisa memperoleh barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih efisien, maka hal itu menjadi inspirasi kelahiran unit layanan toko koperasi; (iv) Kala anggota melihat ada potensi lokal yang mungkin dikerjakan koperasi bersama anggotnya, maka hal ini bisa mendorong koperasi mem-produksi sesuatu yang mungkin saja marketnya juga non-anggota. Demikian seterusnya sehingga perusahaan koperasi tumbuhkembang seiring dengan dinamika aspirasi dan kebutuhan anggotanya dengan tetap berpegang teguh pada azas subsidiary. Azas subsisdiary yang dimaksud adalah “apa-apa yang bisa dikerjakan anggota sebaiknya tidak dikerjakan koperasi dan apa-apa yang tidak bisa dikerjakan anggota, itulah sebaiknya yang dikerjakan koperasi”.    

Kecerdasan aspirasi semacam itu adalah buah dari pendidikan. Atas dasar itu pula , bila koperasi ingin menjadi perusahaan besar dan berpengaruh pada percaturan ekonomi, maka koperasi harus terus menerus mencerdaskan anggotanya sehingga melahirkan “kemauan” untuk terus mengembangkan makna-makna kebersamaan. 

D. Pertumbuhan Anggota Sebagai Sumber “Efisiensi Kolektif “ 
Salah satu prinsip koperasi adalah “keanggotaan sukarela dan terbuka”. Pada koperasi-koperasi yang concern aktivitas perusahaannya berbasis konsumsi, maka pertumbuhan jumlah anggota merupakan sumber efisiensi sebab akan semakin besar  angka pembagi  dari total biaya operasional organisasi dan perusahaan. Hal ini yang disebut dengan efisiensi kolektif, yaitu efisiensi yang disebabkan oleh semakin banyaknya orang yang menanggung pembiayaan. Demikian juga pada koperasi yang beranggotakan para pengrajin, melalui “join buying” dalam pengadaan bahan baku akan didapati harga lebih murah sehingga usaha anggota semakin mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis. Pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari juga demikian, dimana semakin banyak kuantitas yang dibeli kepada suplier akan membuat semakin murah harga perolehannya. Beberapa contoh tersebut yang kemudian wujud nyata dari makna kebersamaan produktif dalam koperasi. Untuk itu, pertumbuhan anggota seharusnya dimaknai sebagai potensi perluasan kebermaknaan berkoperasi yang bisa dirasakan setiap orang dan disisi lain juga berpotensi membesarkan perusahaan koperasi.

Kesadaran akan hal ini pun perlu diedukasikan kepada segenap anggota. Dengan demikian, setiap anggota akan berpartisipasi aktif menumbuhkan kuantitas keanggotaan koperasi. Disanping itu, tumbuhkembangnya manfaat akan menjadikan setiap anggota akan saling menjaga agar semua tetap dalam lingkar koperasi. Hal ini disebabkan adanya kesadaran kuat dimana kehilangan satu anggota bermakna pelemahan kekuatan koperasi.  

E.   Hakekat Posisi Perusahaan Koperasi 
Secara filosopi, koperasi merupakan kumpulan orang yang memiliki pandangan dan keyakinan serupa bahwa kebersamaan mendatangkan manfaat bagi dirinya, segenap anggotanya dan juga masyarakat. Sebagai kumpulan orang, fokus utama koperasi adalah  membangun orang” melalui pendidikan berkelanjutan yang ter-aplikasi dalam ragam metode yang efektif bagi keterbangunan pencerdasan anggota. Untuk mendukung hal itu, koperasi idealnya selalu mengembangkan variasi pola pendidikan sehingga tebangun akselerasi pertumbuhan kapasitas anggota. Pada satu titik tertentu, kapasitas akan mendorong peningkatan kualitas aspirasi yang  meng-inspirasi  kelahiran ide-ide  pengembangan perusahaan koperasi.

Ragam ide atau gagasan itu idealnya berbasis kebutuhan anggota, baik dalam konteks memenuhi kebutuhan anggota secara bijak maupun dalam konteks meningkatkan pendapatan anggota secara cerdas.  Pada titik inilah berkoperasi sesungguhnya menolong diri sendiri (self help). Artinya, lewat ragam akitivitas produktif koperasi, setiap orang merasa terbantu.

Sementara itu perusahan dalam koperasi merupakan wadah ragam aktivitas produktif yang diselenggarakan koperasi.  Perusahaan itu  mereka miliki bersama , mereka kendalikan secara demokratis dan mereka besarkan bersama-sama. Hal ini pula yang kemudian menyebabkan jenis aktivitas yang dijalankan perusahaan koperasi kental berbasis kebutuhan mayoritas anggotanya. Kalaupun kemudian perusahaan Koperasi bergerak berbasis peluang, ujungnya tetap harus memiliki relevansi bagi pertumbuhan  kesejahteraan anggota. Singkatnya, perusahaan dalam koperasi berposisi sebagai alat/media yang fungsi utamanya adalah men-sejahterakan para anggotanya. 

F.  2 (dua) Agenda Besar Setiap Koperasi
Setiap kelahiran koperasi pasti membawa agenda besar yaitu men-sejahterakan anggotanya dalam arti luas, baik secara materil maupun im-materil. Uniknya, upaya mewujudkan kesejahteraan itu dilakukan melalui mobilisasi kebersamaan yang didalamnya terdapat penyatuan energi dan sumberdaya. Distribusi peran pun dilakukan sebagai senjata terbaik  dalam mencapai  cita-cita bersama. Distribusi peran semacam ini juga merupakan wujud gotong royong dan praktek saling bahu membahu diantara segenap unsur organisasi.  Satu hal yang menjadi catatan penting, setiap inisiatif peran dari anggota didasarkan pada kesadaran bahwa apa yang dilakukannya bukanlah hanya membesarkan perusahaan koperasi, tetapi juga membesarkan/menolong dirinya sendiri.

Mereferensi alinie diatas, maka disimpulan ada 2 (dua) agenda besar setiap koperasi, yaitu :
1.   Bagaimana membangun kapasitas anggotanya melalui pendidikan sehingga menjadi insan cerdas dan lebih produktif dalam arti luas.  
2.   Bagaimana membesarkan perusahan koperasi yang fokusnya  juga men-sejahterakan anggota dalam arti luas (materil & immateril)

2 (dua) agenda besar ini tidak bersifat opsional karena agenda tersebut melekat sejak kelahiran koperasi itu sendiri. 2 (dua) agenda ini juga menegaskan bahwa kesejahteraan tidak semata-mata bersumber dari aktivitas kolektif/unit layanan yang diselenggarakan koperasi, tetapi juga oleh diri anggota itu sendiri melalui perubahan tata cara hidup yang lebih men-sejahterakan dirinya secara ekonomi,sosial dan budaya. Inilah gambaran bagaimana distribusi peran dalam koperasi itu menjadi begitu penting. Hal ini juga menegaskan bahwa berkoperasi itu tidak sama dengan ber-investasi pada satu perusahaan non-koperasi dimana cukup menyetorkan sejumlah modal dan kemudian duduk manis menunggu hasil. Pada koperasi, status keanggotaan tidak semata-mata sebagai simbol kepemilikan, tetapi juga simbol komitmen untuk  mengambil tanggungjawab dalam membesarkan dirinya dan juga perusahaan koperasi. Singkat kata, hubungan antara dirinya sebagai anggota dengan koperasi adalah mutual partnership  (kerjasama yang saling menguntungkan).

Untuk 2 (dua) agenda ini, koperasi bersama anggotanya perlu terus meng-intensifkan pendidikan dalam tujuan membangun kapasitas. Disampin itu, segenap unsur organisasi juga perlu meng-intensifkan komunikasi produktif guna terbangunnya ikatan emosional yang kuat, terbentuknya kesadaran bagaimana kesejahteraan dicapai dan terbangunnya kesadaran perlunya sinergitas peran diantara segenap unsur organisasi. Dengan demikian, koperasi akan hadir disetiap keresahan yang membelit anggotanya dan juga selalu merespon  setiap ide atau gagasan yang berkembang di kalangan anggota. Kalau kondisi demikian terbentuk dan menjadi budaya keseharian koperasi, maka  anggota akan bisa mendefenisikan kepentingannya terhadap atas segala aktivitas yang dijalankan oleh koperasinya.


G.  Penghujung  Bernada Kesimpulan
Men-sejahterakan anggota adalah tujuan utama berkoperasi yang perwujudannya melalui penggabungan potensi dan optimalisasi peran sinergis diantara segenap organisasi. Untuk tujuan besar itu, koperasi harus membangun kapasitas anggotanya melalui pendidikan dan selanjutnya memobilisasi kapasitas itu untuk melahirkan berbagai ragam aktivitas produktif yang men-sejahterakan. Aktivitas produktif yang dimaksud bisa mewujud dalam bentuk kegiatan-kegiatan kolektif (seperti simpan pinjam, toko dan lain sebagainya) dan bisa juga mewujud dalam aktivitas pribadi anggota yang didukung oleh koperasi untuk tumbuh dan berkembang.

Demikian, tulisan sederhana ini disajikan sebagai pemantik dalam diskusi seputar koperasi.Semoga menginspirasi kebaikan-kebaikan khususnya bagi perkembangan koperasi di bumi pertiwi Indonesia. Amin.

Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved