PENERBANGAN PERDANA YANG RUMIT
Ini perjalanan yang
rumit. Bagaimana tidak?. Cerita ini berawal dari habisnya tiket
kereta menuju Ibu Kota, Jakarta. Alasan
logisnya mungkin karena week end.
Alasan lainnya adalah perencanaan yang kurang antisipatif. Putar otak, Opsi
yang memungkinkan untuk mencapai tempat meeting adalah bawa kendaraan, naik
travel atau naik pesawat melalui bandara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Setelah
men-sikronkan waktu dan mepertimbangkan segala sesuatunya, tersepakati untuk
naik pesawat. Order tiket pun dilakukan via on line dan diperoleh tiket 14
Januari 2018 jam 23.00 Wib.
Minggu sore tapatnya
Jam 16.00 Wib Om Budi dan Om Angjar sudah kumpul di pole
salah satu bis patas andalan rute Purwokerto-Yogya. Sementara sampai pul 15.38 Wib, aku masih di parkiran salah satu mall di kota Mendoan dan baru saja selesai nemenin anak-anak nonton film horor. Ku injak pedal gas kenceng sebab takut terlambat sampai di pole. Alhamdulillah, keberangkatan bis agak terlambat sehingga aku tak ketinggalan. Sampai ambar
ketawang, kami turun dan melanjutkan
perjalanan dengan mobil shuttle menuju bandara.

Jam 22.00 Shuttle Bus sampai dibandara. Artinya,
masih ada waktu 1 (satu) jam-an dan cukup untuk memesan makan malam untuk mendamaikan
perut yang sudah keroncongan. Ternyata yang pesan hanya saya, sementara Om Budi
dan Om Angjar masih belom lapar. Tiba-tiba, dengan wajah memelas dan Om Budi
menyambangiku dan menyampaikan permohonan maaf karena telah salah memilih “bulan” saat memesan tiket kemarin malam.
Sejenak aku terdiam dan kemudian bertanya apa ada ide men-solusikan persoalan
ini?. ‘Saya akan coba pesan langsung di ticketting bandara dan dan juga ciba
menghubungi temen saya siapa tahu bisa membantu”, ucap Om Budi. Akhirnya
mereka berdua menuju bandara yang berjarak 200 meter dari bakul sate dimana
saya memesan satu porsi.

Tadinya sempet terfikir untuk ikut penerbangan paling pagi walau harus nginep di Yogya dan hal itu berakibat pesenan hotel di Jakarta menjadi mubah. Dengan semangat 45, kami bertiga pun menaiki pesawat setelah melalui proses standar body checking yang tak mungkin terlewatkan walau panggilan terakhir untuk penumpang pesawat garuda berkumandang. Hmmm..."akhirnya kita terbang juga” sehingga dipastikan tidak terlambat sampai di tempat rapat besok pagi.
Ini menjadi penerbangan penuh hikmah bagi kami bertiga dan pastti sangat berkesan bagi om angjar khususnya dimana beliau harus mengalami penerbangan perdana yang rumit. Drama perjalanan belom berakhir, pertolongan berikutnya muncul saat taksi on-line berkenan menjemput kami di parkiran bandara Soetta. Hal itu tidak seperti biasanya karena larangan zonasi. Kami pun baru tahu hal ini sesudah menaiki mobil yang membawa menuju hotel.
"Perjalanan rumit ini adalah bukti adanya pertolongan Tuhan", ungkapku saat kami akan memasuki kamar masing-masing pasca check-in.
Posting Komentar
.