CELOTEH RINGAN TENTANG SEBENTUK
PILKADA
A. Muasal
Inspirasi

Tulisan ini bukan ekspresi kekecewaan karena tidak
tercatat sebagai salah satu nama paslon yang bertarung di Pilkada. Itu sungguh
jauh dari kemampuan, angan dan tidak pernah terimajinasi. Aku hanya ingin
sekedar meng-ekspresikan perspektif
ku tentang Pilkada sambil mengenang sepenggal masa lalu yang unik dan penuh drama. Saat itu
aku melibat aktif di sebuah tim Sukses. Walau berstatus sebagai pembelajar
dalam urusan politik, tetapi aku berada dibagian strategis dan bergabung denan
orang-ornag pinter nan hebat dalam urusan strategi politik. Alhamdulillah, walau
peranku hanya sebutir pasir, kecerdasan konseptor dan totalitas kawan-kawan
relawan berujung indah. Yang jelas, kemenangan itu karena keberpihakan Tuhan.
Uniknya, 6 (enam) bulan nimbrung ke dalam gegap
gempita dari sebuah perhelatan sebuah pesta demokrasi, aku pun tergiring berkesimpulan bahwa , “aku tak memiliki bakat dalam wilayah politik”.
Disisi lain, secara sadar terbangun kekagumanku kepada para politisi, khususnya
tentang keyakinan dan mentalitas dalam bertarung dan memenangkan sebuah
permainan rumit dan begitu melelahkan. Sungguh memainkan ruang semacam itu tak
mudah dan seolah membenarkan kalimat “kepastian terletak pada ketidakpastian itu
sendiri”.
Sekali lagi kutandaskan, tulisan ini juga bukan bentuk
lamaran untuk menjadi bagian dari tim sukses pada salah satu paslon, sebab berkecimpung
sekali merupakan bekal dan
pengetahun yang cukup untuk berkesimpulan tentang apa dan bagaimana itu politik
dan bagaimana hiruk pikuk sebuah pilkada. Aku tidak mengatakan politik itu
kotor, tetapi aku yang harus berbesar jiwa memang tak memiliki nyali cukup
berada di lingkaran bernama politik.
Insha Allah tulisan ini tidak dimaksudkan
untuk memihak pada paslon manapun, sebab ini hanyalah celotehan ringan dari
orang yang kebetulan sempat berkecimpung walau sesaat. Kalau kemudian ada yang
merasa diuntungkan dengan tulisan ini, itu hanya kebetulan semata. Jadi, tidak ada maksud lain kecuali berceloteh dengan harapan bisa
menghibur dan atau bahkan meng-inspirasi kebaikan.
Kembali ke labtop, pesta demokrasi bernama pilkada
hampir tak mungkin diselesaikan lewat musyawarah untuk mencapai mufakat.
Andai itu terjadi, pasti akan masuk ke dalam rekor dunia. Semua orang dari
segala penjuru pasti akan datang dan bertanya dengan penuh keheranan, “bagaimana
bisa hal semacam itu mewujud?”.
Atas dasar itu pula, setiap paslon beserta timsesnya
masing-masing harus berjuang menyusun dan meng-implementasikan strategi yang
sekiranya bisa meraup simpati dan loyalitas para pemilk suara. Disana pasti hadir gembling, pertarungan keberanian dan rasa takut, kecamuk bayang
kemenangan dan atau kekalahan. Di sepanjang prosesnya selalu hadir keyakinan
yang tak boleh dipercaya 100 % sampai kemenangan itu benar-benar nyata.
Alasannya sederhana, politik bisa berubah setiap detik sehingga perlu daya
tahan jantung yang tak biasa.
Satu hal yang menjadi catatan, kunci kemenangan ada di
dalam “bilik suara” dan semarak-mya
kampanye bukan ukuran pasti tentang peta
suara. Dalam bilik suara, rakyat berdiri bebas dalam menentukan pilihan pemimpinnya.
B. Tentang
Tim Sukses
Sebenarnya, Tim Sukses itu jauh lebih ampuh ketimbang paslonnya sendiri sebab apapun hasil akhir sebutannya
tetep tim sukses. Hal ini sangat berbeda dengan paslon yang bertaruh langsung antara
menang atau kalah, sebab seimbang alias draw
itu belum pernah terjadi kecuali dalam sebuah pertandingan olah raga.
Untuk itu, sebagian paslon memilih mem-pasrahkan dan mempercayakan urusan
pememnangan kepada Tim Sukses, namun sebagian paslon lainnya membentuk double gardan dalam menghimpun suara. Pada
pilihan cara manapun yang dipilih seorang paslon, selalu begitu banyak orang merasa berperan bila kemenangan datang. Hebatnya
lagi, sang Paslon pemenang pun tak pernah mempermasalahkan kondisi semacam itu,
sebab sukses melenggang adalah target finalnya. Disamping itu,
semakin banyak yang meng-claim ikut
berjasa semakin besar potensi daya dukung saat sang paslon menjalani masa kepemimpinannya.
“tak ada kawan atau lawan abadi, Yang ada hanyalah
kepentingan abadi”, demikian pandangan politik ber-ujar. Hal ini pula
yang membuat politisi terbimbing untuk tidak boleh percaya sepenuhnya pada
siapapun, termasuk dengan orang yang duduk disebelahnya. Pada titik ini “kesetiaan”
menjadi begitu sulit didapati sebab saling men-curigai menjadi bentuk
kewaspadaan terbaik untuk tidak terjebak. Kalau begitu, apakah akan ada tim sukses yang solid dalam arti luar dalam?.
Ada tidkanya bongkar pasang timses menjadi pemandu
untuk bertemu jawabnya. Yang jelas, merasa nyaman
diperbedaan dan akrab dengan ragam intrik menjadi kunci eksis di lingkungan timses. Tak
boleh baper karena para adventourir
politik akan memainkan kepentingan pragmatisnya dengan ragam cara dan kadang
memang tidak terfikirkan sebelumnya. Untuk itu, defenisi tentang
kenyamanan sementara harus direvisi,
sebab perhelatan Pilkada adalah ajang menguntai kelihaian ber-strategi. Kehadiran
para oppourtunist harus difahami
sebagai bumbu penyedap ragam kegalauan sehingga tidak terpancing pada emosi
berlebihan.
C. Tentang
Konflik di Masyarakat
Menarik untuk mengamati perilaku para simpatisan yang seolah
tak pernah kehabisan energi menyuarakan paslonnya. Bahkan tak jarang mengungkap
keburukan paslon lainnya dijadikan
strategi demi mendapatkan tambahan suara dukungan. Mungkin hal semacam ini
tidak terjadi di lingkungan orang-orang berpengetahuan cukup tentang politik.
Namun, di arus bawah tak jarang perseteruan sengit terjadi sampai tak bertegur
sapa. Hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan, militansi buta dan
terlalu berhasrat keluar sebagai
pemenang. Lagi-lagi hal ini menjadi bagian dari dinamika sebuah pesta demokrasi bernama Pilkada. Bahayanya,
bila hal ini dimanfaatkan pihak-pihak tertentu yang senang pertikaian
mengedepan, sebab mungkin saja mereka mendapat keuntungan dari situasi rumit itu.
D. Mendeteksi
Motif Melibat
Menarik juga untuk mendeteksi motif setiap orang yang melibat secara aktif dalam arti lebih dari sekedar datang men-coblos di
bilik suara. Apalagi ada pemahaman bahwa setiap orang di muka bumi ini pasti memiliki motif ketika melakukan sesuatu, entah itu motif vertikal maupun motif horizonal.
Kalau motif vertikal tentu mengarah pada kemuliaan diri dihadapan Sang Pencipta. Sementara itu, dalam perspektif horizontal bisa diklasifikasi motif jangka pendek dan motif jangka panjang. Sisi harga diri juga menjadi sebuah motif yang mungkin, sebab bagaimanapun juga menjadi tim sukses dari paslon bisa menjadi status sosial sementara dan bahkan berpeluang permanen bila berujung dengan sebuah kemenangan.
Ragam motif ini kemudian berbaur dan saling berseliweran satu sama lain. Pergesekan kepentingan yang terkomunikasikan dengan baik berujung saling faham. Sementara itu, persinggungan kepentingan yang tidak menemukan jalan tengah berpotensi berujung dengan menang-kalah. Bahkan, tak jarang mereka rela berkorban materi dalam menunjukkan keberpihakannya pada salah satu paslon, walau tak pernah ada kepastian manfaat yang akan didapatnya. Demikianlah kepentingan-kepentingan itu menjadi sumbu semangat dan pemantik adrenaline untuk melibat dan berkontribusi secara maksimal demi pemenangan.
Kalau motif vertikal tentu mengarah pada kemuliaan diri dihadapan Sang Pencipta. Sementara itu, dalam perspektif horizontal bisa diklasifikasi motif jangka pendek dan motif jangka panjang. Sisi harga diri juga menjadi sebuah motif yang mungkin, sebab bagaimanapun juga menjadi tim sukses dari paslon bisa menjadi status sosial sementara dan bahkan berpeluang permanen bila berujung dengan sebuah kemenangan.
Ragam motif ini kemudian berbaur dan saling berseliweran satu sama lain. Pergesekan kepentingan yang terkomunikasikan dengan baik berujung saling faham. Sementara itu, persinggungan kepentingan yang tidak menemukan jalan tengah berpotensi berujung dengan menang-kalah. Bahkan, tak jarang mereka rela berkorban materi dalam menunjukkan keberpihakannya pada salah satu paslon, walau tak pernah ada kepastian manfaat yang akan didapatnya. Demikianlah kepentingan-kepentingan itu menjadi sumbu semangat dan pemantik adrenaline untuk melibat dan berkontribusi secara maksimal demi pemenangan.
E. Mendeteksi
Keberadaan Tuhan
“Tuhan lebih dekat dari urat lehermu”,
demikian para pemuka salah stau agama sering menjelaskan keberadaan Tuhan.
Persoalannya adalah tentang efektivitas kalimat ini dalam keseharian hidup
orang-orang yang meng-imaninya. Menjadi menarik melihat seberapa besar ajaran
agama berfungsi sebagai penuntun langkah pemenangan. Adakah rasa takut terhadap
dosa dan salah akan efektif menjadi pengingat manjur untuk menghasilkan kemenangan
yang fair?.
Andai saja ada tergoda meng-kodifikasi “Ini
hanya permainan dunia”, mungkin menanti sebuah petarungan yang santun di
Pilkada kali ini hanya sebatas mimpi belaka. Namun, Hal berbeda akan diperoleh ketika
memandang dunia dan akhirat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Pemaknaan semacam ini membuat setiap orang menjaga ucapan, sikap dan
tindakannya dalam koridor yang di sukai oleh Tuhan.
F. Penghujung

Pilkada memang hanya tentang persoalan memilih A atau B, tetapi proses penggiringan ke-A atau ke-B yang kemudian menjadi inspirasi kelahiran ragam cerita, drama dan kisah seputar Pilkada.
Yang jelas, apapun keadaannya dan bagaimanapun situasinya, pesta demokrasi akan berujung pada terdefenisinya paslon pemenang. Semoga iklim kondusif senantiasa terjaga dan pesta demokrasi kali ini tidak mempertontonkan trik kotor hanya demi kemenangan. Adu kreatif mencari dukungan lebih elegan untuk dipilih dan hal itu menandaskan sebagai seorang kesatria.
Semoga pegelaran pesta demokrasi kali ini tidak
sekedar siapa yang menang dan siapa yang kalah, tetapi juga mampu meng-edukasi
dan men-cerdaskan masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya. Apakah harapan itu
terlalu utopis?.
pilkada kal ini.
keterangan :
sumber gambar : hasil googling
Posting Komentar
.