Tentang
Mimpi Seorang Ibu Memiliki Anak Sarjana
Hari
ini seorang ibu hadir untuk mengatakan pada dunia bahwa dia belum menyerah tentang mimpi besarnya. Dia
tidak mau anak kedua-nya mengalami hal serupa
dengan putera pertamanya. Saat itu, anak sulungnya terpaksa mengubur mimpinya bisa mengenyam pendidikan di perguruan
tinggi, walau namanya tercantum di
daftar pengumuman kelulusan UMPTN. Sebagai seorang ibu, dia ingin tetap melihat
anaknya yang kedua bisa menuntaskan menjadi seorang sarjana. Untuk mimpi itu,
apapun rela dia lakukan.
Melihat
dari kampus dan jurusan puterinya kuliah, acungan jempol layak disematkan
kepada keluarga ini. Bagaimana tidak, anak sulungnya dulu diterima UMPTN walau
terpaksa tidak dimasukin karena keadaan ekonomi tidak memungkinkan, anak bungsunya
pun saat ini tercatat duduk di kelas 3 di sebuah SMP pavorite di Kabupaten
Banyumas. Artinya, ketiga anaknya memang dikaruniai Tuhan kecerdasan diatas rata-rata. Saat ditanya
tentang IP (Indeks Prestasi) puterinya, beliau mengatakan sekitar 3,26. Capaian
ini tergolong keren apalagi untuk jurusan exact yang dikenal sebagai jurusan
berkategori level atas di ajang UMPTN.
“Saya
nekad walau harus hutang kesana kemari.
Satu tahun terakhir, saya sudah menawarkan rumah agar bisa mendukung sekolah puteri saya,
tetapi tak kunjung laku. Mungkin karena posisinya di dalam sehingga tidak ada area
untuk parkir mobil. Terkadang anak saya hanya minum air putih diperantauan
karena saya belum bisa mengirim uang”, demikian ibu tersebut meng-kisahkan
tentang perjuangan hebatnya demi seorang anak yang dia cintai.
Ibu
ini sudah hutang ke bos tenpat dia kerja sebagai penjaga kantin di salah satu
kampus terkenal di kota Purwokerto. Ibu
ini juga sudah meminjam uang kepada beberapa teman yang bersimpati atas semangatnya
dalam menyekolahkan anak. Dia juga bergandeng tangan dengan anak pertamanya
yang saat ini bekerja disalah satu
stasiun kereta sebagai tukang langsir. Suaminya sudah tua namun masih bekerja
sebagai supir bis. Penghasilannya hanya
cukup buat makan dan sisanya mencicil pinjaman bank yang terpaksa dilakukan
demi membayar SPP pada semester lalu
yang besarnya lebih kurang Rp 2.000.000 per semester.
Namun,
kali ini semuanya seperti sedang buntu. Anak pertamanya pun tidak mungkin hutang lagi karena hampir semua
gajinya sudah dipotong mencicil pinjaman yang juga untuk mendukung kuliah
adiknya. Sementara itu, saat ini puterinya harus membayar uang kos, biaya hidup
diperantauan dan juga keperluan kuliah. Anaknya pun terpaksa sudah pinjam uang
ke beberapa teman kos untuk sekedar menyambung hidup diperantauan.
Pagi
ini, sang ibu nekat mengetuk pintu rumah tetangganya. Lagi-lagi dia lakukan
demi mimpi mendapati anaknya berhasil menuntaskan
kuliahnya menjadi seorang sarjana. Perjalanan memang masih panjang, sebab
puterinya baru di semester 3 (tiga). Namun, keyakinan bahwa Tuhan akan
menolongnya begitu kuat. Setelah menceritakan singkat tentang perjuangannya
dalam mendukung pendidikan anaknya, dengan penuh harap beliau pun nekat menyampaikan
niatnya untuk meminjam uang Rp 1.000.000,00. Kepda tuan rumah.
“Apakah
ibu sedang ditagih teman yang sudah minjemin uang?”, tanya sang tuan
rumah. “Tidak Pak, mereka bilang bayarnya
kalau rumah saya sudah laku. Satu juta yang saya mohonkan ke bapak semuanya
untuk menutupi kebutuhan anak saya kuliah ”, jawab sang ibu dengan mata
berkaca-kaca. Mendapati ketulusan dan kesungguhan ibu ini dalam mengkisahkan
perjuangannya, Sang tuan rumah pun tergerak hatinya untuk berbuat sesuatu.
“Puteri
Ibu punya rekening bank?”, tanya sang tuan rumah, sesaat setelah mengambil
token internet banking dari tas nya.
“Ada Pak”, sambil membuka HP nya dan kemudian menunjukan dengan tangan bergetar. Sang tuan rumah pun kemudian
membuka HP nya dan langsyng men-transfer Rp 1 juta ke rekening puterinya.
Mengetahui hal ini si ibu pun mengucapkan alhamdulillah disertai derai air mata
sambil berucap “terima kasih pak atas
pinjamannya dan insha Allah saya akan berusaha untuk segera mengembalikannya”.
Sang
tuan rumah pun langsung bilang,” Ibu...ibu
tidak perlu mengembalikannya karena satu juta itu bukan pinjaman. Kebetulan
temen saya ada yang titip sedekah yang peruntukannya membiayai sekolah
anak-anak yang orang tuanya kurang mampu. Jadi, saya pun hanya menyalurkan
saja. Saya hanya berpesan agar ibu lebih rajin beribadah dan kalau berkenan
mendo’akan orang yang sudah membantu puteri ibu hari ini” Mendengar hal ini, si ibu pun kaget bukan
main, air matanya pun semakin deras dan mengucapkan terima kasih berkali-kali
kepada tuan rumah yang sudah menjadi jalan/perantara menyelesaikan persoalan rumit yang menguras
fikiran dan membuatnya susah tidur beberapa hari terakhir ini .
Sang
Tuan rumah pun menyempatkan bertelepon beberapa menit dengan puteri ibu
tersebut untuk mengabarkan kalau uang sejumlah Rp 1 juta sudah ditransfer ke rekeningnya dan sekaligus berpesan agar semakin giat belajar dan semakin rajin ber-ibadah agar apa yang
dicita-citakan berhasil. Tak lama
berselang, Ibu tersebut pun berpamitan karena juga harus berangkat kerja
sebagai penjaga kantin.
Sesaat
sesudah melepas si ibu, istri tuan
rumah, yang sejak awal mendampingi suaminya menemui ibu ini, ikut berdoa semoga
ke depan selalu ada jalan untuk memuluskan mimpi besar ibu tersebut. Diskusi
ringanpun berlanjut sambil sarapan pagi. Sepasang suami istri itu pun saling
mengingatkan dan meyakini bahwa selalu ada jalan atas niat baik yang
diperjuangkan dengan sungguh-sungguh, entah dari sisi manapun jalan rejeki itu
datangnya. Diujung perbincangan di meja makan itu, sepasang suami istri inipun
menjadikan ibu ini sebagai referensi tentang semangat hidup dan sekaligus ingin
melihat keajaiban-keajaiban berikutnya yang akan menyertai perjuangan ibu hebat
ini dalam men-sekolah kan puterinya.
Purwokerto, 08 Nop
2017.
Pagi Yang
Inspiratif...
sumber gambar : hasil google searching
Posting Komentar
.