ANAKMU BUKAN MILIKMU | ARSAD CORNER

ANAKMU BUKAN MILIKMU

Jumat, 17 November 20171komentar

PROLOG
 

Hari ini, Sabtu , 18 November 2017, SD Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto menggelar Seminar Parenting ber-thema " ANAKMU bukan MILIKMU". Seminar ini tergelar dalam nuansa "belajar bersama"   dimana segenap peserta didorong untuk saling menyemangati, meng-inspirasi dan saling meng-energi satu sama lain. Kali ini, manajemen Sekolah menghadirkan  nara sumber yang juga merupakan salah satu orang tua siswa/i SD Al Irsyad Al-Islamiyyah 02 Purwokerto. 

Disamping ratusan orang tua/wali murid murid siswa/i SD Al Irsyad Al Islamiyyah,  juga hadir tamu undangan para kepala sekolah TK di lingkungan Purwokerto. Tidak ketinggalan juga Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan para Ustadz/Ustadah serta para pengurus Komite Sekolah SD Al Irsyad Al Islamiyyah 02 Purwokerto.  


MATERI
Saling meng-inspirasi dan saling meng-energi dalam hal sederhana  merupakan sebuah kebaikan dan juga komitmen awal keterlahiran blog ini. Atas dasar itu pula materi ini pun disajikan.  

Materi yang disampaikan dalam seminar parenting tadi juga disajikan dalam blog ini dengan harapan bisa memberi manfaat atau inspirasi bagi segenap pembaca atau pemerhati blog ini. Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh hikmah yang lebih luas.
  


"ANAKMU BUKAN MILIKMU"

A. Pembuka
Anak adalah titipan Allah SWT kepada sebuah keluarga. Anak juga merupakan cobaan yang bisa membahagiakan dan tidak jarang menguji kesabaran  luar biasa. Anak juga merupakan ruang ibadah yang luas bagi kedua orang tuanya, mulai dari melahirkan, membesarkan, merawat, mendidik dan seterusnya. Semuanya menjadi ruang ibadah kala dilakukan semata-mata atas dasar keinginan lebih mulia dipandangan-Nya.  

Oleh karena itu, Sebagai titipan/amanah, maka anak harus dijaga sebaik mungkin sehingga tumbuh menjadi anak yang soleh/solehah dan berkemampuan mengemban tugas sebagai khalifah dimuka bumi.   

Satu hal yang perlu menjadi perhatian, disatu sisi banyak orang yang membatasi jumlah anaknya dan sebagian lainnya belum berkesempatan memiliki anak . Demikianlah kebesaran Allah SWT berlaku sehingga manusia bisa mengambil hikmah dan pelajaran.  Bahkan mereka yang belum berkesempatan punya anak, tidak jarang rela mengorbankan apa saja agar bisa dikaruniai anak.  Oleh karena itu, hadirnya seorang anak ditengah sebuah keluarga sangat patut untuk disyukuri.

B. Mendeteksi Makna Hadirnya Anak Dalam Keluarga
Sebagai pengingat dan juga inspirasi agar senantiasa bersyukur, berikut disampaikan beberapa makna seorang anak, yang antara lain:  
1.   Anak adalah penghangat dan sumber kebahagiaan. Anak dengan segala tingkah lakunya adalah penghangat dalam sebuah keluarga. Saat pulang kerumah dan mendengar anak memanggil ayah/ibu lelah pun seolah sirna, saat anak bertingkah lucu maka tawa riang bahagia  seisi rumah pun hadir, saat melihat anak tersenyum maka energi pun terbangun untuk terus berjuang demi kebahagiaannya, saat mendapatinya anak sedang tertidur lelap muncul perasaan damai yang tidak bisa diungkapkan dengan ribuan kalimat. Demikianlah anak selalu menjadi inspirasi kebahagiaan dan sekaligus penghangat dalam sebuah keluarga.   
2.   Anak adalah sumber energi. Cinta dan kasih sayang terhadap anak selalu meng-energi setiap orang tua untuk berusaha semaksimal mungkin guna memastikan semua kebutuhan anak-anak nya terpenuhi. 
3.   Anak adalah sumber rezeki. Setiap kelahiran pasti membawa rezeki. Oleh karena itu, kelahiran seorang anak juga merupakan pertanda bahwa akan ada rezeki yang mengikutinya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi siapapun untuk khawatir tidak bisa membesarkan anaknya, sebab kuasa Allah SWT akan selalu hadir.   
4.   Anak adalah perekat.. Tidak jarang, kala sepasang suami-istri berselisih faham, keberdaan anak selalu menjadi faktor pertimbangan penting dalam mengambil langkah dan atau berkeputusan.  Disamping itu, anak juga adalah penyambung silaturrahmi dengan keluarga, teman dan juga para sahabat.
5.   Anak adalah keturunan yang akan melanjutkan garis keluarga dan juga generasi Secara mikro, anak adalah penerus garis keturunan. Sementara itu, secara makro anak adalah pemegang estafet generasi. 
6.   Anak adalah teman dan juga sahabat. Disamping sebagai teman yang bisa menghilangkan rasa sepi, anak juga adalah sahabat yang bila sudah besar bisa menjadi teman untuk berbagi cerita dan juga berbagi energi menyelesaikan ragam permasalahan hidup. 
7.   Anak adalah penolong. Anak yang soleh/solekhah merupakan 1 (satu) dari 3 (tiga) yang bisa menolong saat orang tuanya sudah meninggal dunia. Dengan kata lain, memiliki anak yang soleh/solehah adalah kebutuhan setiap orang tua.  
8.   Dan lain sebagainya

C.  Membentuk Anak Soleh/Solehah
Memiliki anak soleh/solehah merupakan idaman setiap orang tua. Hal ini bisa difahami karena beberapa alasan yang antara lain; (i) anak soleh/solehah senantiasa menentramkan hati dan jiwa; (ii) anak soleh selalu menyejukkan pandangan; (iii) anak soleh/solehah selalu menjadi sumber kebahagiaan, ketenangan dan ketentram hidup ; (iv) anak soleh/solehah selalu memberikan cahaya bagi sekitarnya ; (v) anak soleh/solehah merupakan bahan pertanggungjawaban dihadapan Sang Pemberi amanah; (vi) dan lain sebagainya.

Namun demikian, anak soleh/solehah tidak terbentuk begitu saja, tetapi melalui proses panjang, bertahap dan berkelanjutan. Artinya, diperlukan upaya sengaja dan tidak boleh berhenti di satu cara sampai bertemu titik efektivitasnya. 

Sebagai stimulan, berikut disampaikan beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam proses pembentukan anak soleh/solehah, yaitu :
a.   Asupan makanan. Kualitas asupan makanan sangat memperngaruhi perkembangan fisik dan kejiwaan seorang anak. Kecukupan gizi (walau tidak harus mewah) yang dipenuhi dari sumber halalan thoyyibah akan sangat berpengaruh.  
b.   Asupan rohani. Seorang anak tidak saja memerlukan asupan makanan yang mendukung pertumbuhan fisiknya, tetapi juga memerlukan asupan rohani yang membentuk kualitas spiritualitas seorang anak. Untuk itu, anak perlu diberi ilmu pengetahuan yang membimbingnya menjadi insan yang taqwa dan berkemampuan menterjemahkan ke-Imanan dan ke-Islamannya  kedalam keseharian hidup yang bijaksana dan mendatangkan manfaat bagi dirinya, lingkungan sekitar, negara dan agama. 
c. Ketauladanan dikeseharian hidup.Ketauladanan adalah cara paling efektif dalam megajarkan sesuatu, sebab ketauladanan merupakan perpaduan ilmu dan tindakan. Semua ketauladanan yang baik akan terekam dalam memori anak dan ikut memperngaruhi perkembangannya.
d.   Lingkungan. Lingkungan ikut mempengaruhi perkembangan seorang anak. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan baik akan ikut membentuk pribadi yang baik pula dan demikian sebaliknya.  Oleh karena itu, membesarkan anak di lingkungan yang mendukung tumbuhkembangnya menjadi anak yang soleh/solehah merupakan  sesuatu yang wajib..
e.   Dan lain sebagainya.

D. Sekilas tentang ketauladanan

Islam berkembang pesat karena ketauladanan ucapan, sikap dan tindakan Rasulullah SAW yang selalu mendatangkan rasa tenang, nyaman dan mendamaikan. Bahkan, Baginda Rasulullah SAW sebagai pembawa ajaran Islam, sudah digelar al’amin (baca: dipercaya) oleh kaum kafir quroisy sejak saat masih kecil. Gelar ini merupakan buah dari keistimewaan sikap dan perilaku Beliau yang senantiasa mengedepankan kejujuran dan ketulusan.

Mereferensi pada hal tersebut, dalam rangka upaya membentuk anak sholeh/solehah, orang tua juga perlu  membangun ketauladanan yang meng-inspirasi putera/i nya untuk menirukan dan menjadikannya  referensi  dalam berperilaku dikeseharian hidupnya. Berkaitan dengan pembangunan ketauladanan tersebut, berikut ini disajikan bahan perenungan untuk membangun ketauladanan terhadap anak:
1.   Merespon anak dengan tulus. Seirang dengan pertumbuhan dan pertambahan usianya, lambat laun anak akan bisa membedakan mana respon yang tulus dan mana kepura-puraan.Untuk itu, responlah anak dengan tulus dan penuh kasih sayang sehingga anakpun terdorong untuk senantiasa tulus dalam melakukan segala sesuatu. 
2.   Bertutur kata yang halus dan lembut. Kalau anak terbiasa mendengar kata kasar, maka anak pun akan kasar. Demikian pula berlaku sebaliknya. Oleh karena itu, budayakanlah ber-bahasa yang persuasif dan hindarkan kalimat-kalimat instruktif atau koreksi yang bernada sarkasme. Anak akan sering meng-kritik atau bahkan mencela bila dia menyaksikan orang tuanya suka mencibir atau men-cela. 
3.   Meng-apresiasi setiap inisiasi, kreasi dan inovasi. Setiap anak terlahir dengan bakat yang unik. Mereka akan tumbuh dengan keunikannya masing-masing yang kemudian menjadi ciri khas-nya. Untuk itu,  budayakanlah memberi apresiasi atas setiap inisiasi, kreasi dan inovasi yang dilakukan anak, sesederhana apapun itu. Berilah ruang luas bagi anak untuk meng-ekspresikan apa yang ada dibenaknya sehingga terbangun percaya diri untuk ber-ide atau bergagasab. Dengan demikian, anak akan selalu termotivasi mengembangkan kreativitas nan produktif. Upayakan untuk tidak membandingkan dengan lainnya, sebab tidak satupun manusia di dunia ini mau diperbandingkan dengan lainnya.  Sebagai satu catatan, anak bukan-lah tempat mewujudkan obsesi orang tua. Bila hal ini yang terjadi, maka anak berpotensi berada dalam tekanan dan tidak memiliki percaya diri menjadi dirinya sendiri. Biarkan anak tumbuh dengan bakat dan potensinya, sebab tidak ada lagi yang lebih berbahagia kecuali bisa menjadi diri sendiri.
4.   Men-contohkan  dikeseharian hidup kepada anak tentang:
a.   Senantiasa Bersyukur
b.   Sabar, tidak pendendam dan memaafkan.
c.   Ikhlas dalam melakukan sesuatu
d.   Membudayakan hidup sederhana
e.   Berkepedulian terhadap keluarga dan juga lingkungan,.
f.    Belajar berbagi walau hanya sebatas berbagi senyum.
5.   Membudayakan berjama’ah. Sholat berjama’ah dan makan berjama’ah adalah media edukasi yang baik terhadap anak sehingga mengerti indahnya ke-kita-an. Hal ini juga sebagai upaya agar anak belajar dengan keberagaman karakter. Ke-berjama’ah-an perlu terus dibudayakan agar anak mengerti betapa kebersamaan itu menghindarkan diri dari perasaan sepi, menghindarkan diri menjadi pribadi yang tertutup (baca: introvet) dan egois.      
6.   Anak adalah media belajar yang terus ter-update. Setiap dari kita sesungguhnya pembelajar yang prosesnya hanya berhenti bila Allah SWT mencukupkan masa edar di dunia. Oleh karena itu, prinsip “lebih baik dari kemarin dan menjadikan  esok lebih baik dari hari ini”  perlu terus dijadikan pedoman sehingga ada semangat untuk terus belajar dan berjuang memperbaiki kualitas diri. Perkembangan dan dinamika keseharian anak adalah salah satu media belajar yang terus ter-update seiring perkembangan dirinya dan juga lingkungannya. Oleh karena itu, setiap orang tua sebaiknya berkomitmen untuk menjadi pribadi pembelajar
7.   Rajin berdo’a. Berdo’a tidaklah sebatas melantunkan permohonan pada Allajh SWT tentang hal-hal yang diinginkan, tetapi juga bentuk kejujuran seorang hamba tentang keberadaan dan kekuasaan Allah SWT pada diri dan juga hidupnya. Oleh karena itu, anak perlu dibiasakan untuk berdo’a bersama dalam melakukan segala hal, termasuk mendo’akan kedua orang tua, keluarga besar, teman dan sahabat, sesamakaum muslimin;  dan bahkan mendo’akan orang-orang yang menyakiti atau berbuat kurang baik agar diberikan ampunan dan juga hidayah

E. Beberapa Warning (Peringatan).
Ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian serius dari para orang tua bila menginginkan anaknya memiliki pribadi atau karakter yang soleh/solehah, antara lain :
1.   Tidak terjebak pada kasih sayang yang membunuh. Tidak dapat dipungkiri rasa sayang terhadap anak terkadang menjebakkan diri pada kekeliruan yang baru disadari beberapa waktu kemudian. Sebagai contoh; (i) ketika selalu memenuhi keinginan anak setiap menginginkan sesuatu membuatnya tidak belajar tentang  kesabaran; (ii) membela perilaku salah anak membuatnya tidak mengerti arti tanggungjawab dan berjiwa besar; (iii) dan lain sebagainya.     
2.   Tidak terjebak pada konsumerisme. Hari ini gaya hidup konsumtif begitu menggejala dikalangan masyarakat. Akibatnya, banyak masyarakat yang gaya hidupnya lebih besar pasak daripada tiang. Oleh karena itu, seoang anak perlu dibudayakan hidup sederhana dan jauh dari kemewahan yang justru merusak kejiwaannya. Anak perlu diajari memahami betapa bahwa rejeki adalah titipan Allah SWT yang harus dimanfaatkan dengan bijak. Dengan demikian, anak akan belajar senantiasa bersyukur. Demikian juga ketika anak sering dilibatkan dalam aksi berbagi akan membentuknya menjadi pribadi yang memiliki kesalehan sosial. 
3.   Membangun ke-dirian bukan dari ke-benda-an. Anak perlu diajarkan bahwa kediri-an bukan dibangun dari kebendaan, tetapi dari penguasaan ilmu pengetahuan dan kemuliaan akhlak. Untuk itu, anak perlu didorong untuk mencintai ilmu pengetahuan dan menjadikannya pedoman dalam berperilaku dikeseharian hidup.   
4.   Rajin menuntut ilmu. “Amal tanpa ilmu bagaikan jalan dikegelapan dan ilmu tanpa amal bagai pohin tak berbuah”. Pepatah bijak ini menegaskan betapa perlunya ilmu sehingga memiliki dasar cukup dalam memandang dan men-sikapi segala sesuatunya.  Oleh karena itu, seorang anak perlu disekolahkan ditempat tepat yang bisa mendorongnya tumbuh menjadi insan ber-pengetahuan dan memiliki akhlakul karimah. Sebagai satu catatan, mewariskan ilmu pengetahuan jauh lebih mulia ketimbang mewariskan segudang harta, sebab Allah SWT hanya meninggikan derajat orang-orang berilmu dan beramal sholeh. 
5.   Anak adalah indikator keberhasilan keluarga. Baik buruknya kualitas anak mencerminkan kualitas sebuah keluarga, sebab anak tumbuhkembang dari lingkungan keluarga.  Secara logika, anak yang baik lahir dari keluarga yang baik, walau ada beberapa fakta unik dimana berkat hidayah Allah SWT ada anak yang luar biasa lahir dari keluarga yang berantakan.  Oleh karena itu, membentuk anak yang soleh/solehah adalah tiket untuk membentuk anak yang memiliki pribadi yang baik dan prestasi yang membahagiakan.
6.   Terkadang anak adalah penghalang. Anak yang terlalu dimanja terkadang tidak mau mengerti keadaan dan sering memaksa orang tua untuk mengabulkan keinginannya disaat orang tua sedang akan menunaikan hal baik seperti sedang menerima tamu, sedang bergotong-royong, sedang bersialturrahmi, sedang  bertauziyah atau ragam ibadah lainnya. 
7.   Dan lain sebagainya. 


F. Penutup
“Anakmu memang bukan milikmu, tetapi sebagai orang tua yang diamanahi Allah SWT, kualitas kesolehan/kesoleha-an seorang anak sepenuhnya menjadi tanggungjawabmu”. Untuk itu, saatnya menjadikan anak sebagai media memperluas ibadah dihadapan Allah SWT sebagai wujud rasa syukur yang nyata. 

Sebagai catatan akhir, Indikator leberhasilan seorang anak tergantung seberapa bisa sang anak membuat ayah/ibunya menangis bahagia. Untuk mendukung hal tersebut, berikut disajikan 2 (dua) tanya bernada kontemplasi: (i) seberapa bahagiakah orang tua memiliki anak seperti kita dan; (ii) seberapa bahagiakah anak memiliki orang tua seperti kita.


Demikian tulisan sederhana ini disajikan, semoga meng-inspirasi semangat dan energi bersama untuk terus belajar menjadi orang tua keren yang sukses melahirkan putera/i  soleh/solehah yang tidak saja menjadi sumber kebahagiaan keluarga, tetapi juga sebagai bahan pertanggungjawaban dihadapan Sang Pemberi Amanah, yaitu Allah SWT. 

Semoga kita menjadi orang tua yang senantiasa dirahmati, diberi taufik dan hidayah oleh Allah SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Alamin



Lampiran Slide Presentasi






Keterangan :
fhoto-fhoto  dalam slide presentasi ini diambil dari hasil google searching 
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

18 November 2017 pukul 03.23

Thanks bang, atas pencerahannya.
Sangat bermanfaat

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved