Ruang Pengabdian Itu
Bernama “Oemah Sinau”
A. Pembuka
Kulihat
jam kantor menjunjukkan jam 16.00 Wib. Ku coba membuka google map menakar waktu
untuk mencapai sebuah tempat yang beberapa minggu ini mengundang kepenasaranku
dan kudapati sekitar 38 menit. “Kelas
masih berlangsung saat tiba dilokasi”, fikirku dan kemudian bergegas dari
kantor.
Kupacu
kendaraan secepat mungkin agar tidak terlambat sampai di lokasi. Saat terhenti di lampu merah terringat
seorang sahabat yang juga aktivis sosial dan kemudian mencoba menghubungi Handphone-nya. Karena tidak
diangkat, aku pun mencoba berkirim WA
dan merayunya ikut serta denganku. Alhamdulillah, Om herry Kristanto (begitu
biasa aku menyapanya) menyambut baik dan kebetulan sedang dalam perjalanan
pulang dari satu kerjaan. Akhirnya
tersepakati untuk menunggu dan menyampernya di rumah yang kebetulan serah
dengan tujuan.
Kami
pun melintasi jalan Baturraden dan tak lama berselang belok kanan ke arah Kemutug dan lanjut ke Kutayasa
untuk mencapai limpahkuwus. Setelah sempat berhenti dan beberapa kali bertanya
kepada penduduk, akhirnya kami berhasil mendapati tujuan, yaitu “oemah
sinau”. Sayangnya, ternyata yang kami datangi adalah “oemah sinau
”sektor 1 (satu) dan sedang tidak ada aktivitas di sore itu. Namun kami sempatkan
mengambil gambar ruang kelas dan jadual yang tertempel di dinding kaca rumah
itu. Kami pun kemudian berpamitan setelah mendapati peta jalan desa menuju
sektor 4 (empat) yang kebetulan masih dalam satu RW. Tak lama kemudian, setelah
melalui gang kecil, kami pun sampai di sebuah rumah yang masih belum selesai
dibangun. Kami dapati pintu tertutup setengah namun didalamnya terdapat para
siswa/i yang sedang tekun mengikuti pelajaran. Sang Guru pun langsung keluar begitu
tahu kami datang. Singkat cerita, atas permintaan para siswa/i, akhirnya saya
dan om Herry berdiri didepan untuk memperkenalkan diri dihadapan segenap
siswa/i. Sesudahnya, saya memilih duduk dibelakang dan meresapi proses belajar
yang sudah hampir dipenghujung dan Om Herry mendokumentasikan beebrapa moment..
B. Tentang “Oemah
Sinau”
“Oemah
Sinau Lentera Ilmu” begitu perjuangan beliau di simbolkan. Sebuah inisiasi keren dan
karya hebat seorang lelaki bernama Bung Slamet. Satu tahun terakhir ini, Bung
Slamet dengan penuh kesabaran dan ketelatenan merintis satu wadah “belajar
gratis” bagi anak-anak kampung di Desa
Limpah Kuwus, Kec. Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Sungguh
ini sebuah karya amazing. Inisiasi semacam
ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ketulusan, kepedulian, serta
pengabdian tinggi. Bagaimana tidak?. Bung Slamet Riyanto melakukannya tanpa
memungut
bayaran sepeserpun. Hal yang membenak setiap kali melakukannya adalah bagaimana
anak-anak diberi pelajaran tambahan
diluar jam sekolah dengan harapan akan memiliki masa depan yang lebih cerah.
Beliau
selalu memastikan anak-anak itu apakah sudah menyelesaikan PR yang diberikan
guru disekolahnya masing-masing. Disamping itu, Beliau juga selalu memberi
suntikan semangat agar anak-anak itu rajin ber-sekolah dan menuntut ilmu
setinggi-tingginya.
Perintisan “oemah sinau” bukanlah tanpa hambatan. Walau
“gratis”
alias “tanpa dipungut bayaran”, faktanya tidak semua anggota
masyarakat menyambutnya niat baiknya dengan gegap gempita layaknya tawaran
pembagian sembako gratis. Mungkin saja
hal ini dikarenakan Bung Slamet bukanlah berlatarbelakang seorang guru.

Satu
per satu siswa/i mulai bergabung dan mulai merasakan keunikan dan kebaikan
metode pengajaran yang diberikan oleh Bung Slamet. Testimoni dari para siswa/i pun ikut
berpengaruh dalam mendongkrak kepercayaan masyarakat dan juga mempercepat
tumbuhnya minat para siswa/i untuk bergabung.
Berkat ketekunan dan kesabarannya, Bung Slamet pun berhasil membangun 4 (empat) titik sector
untuk kurun waktu 1 (satu) tahun. Sampai
saat ini, Oemah Sinau sudah diikuti
lebih kurang 200 siswa/i yang duduk di bangku SD dan SMP.
Setiap
harinya, Program belajar “Oemah Sinau” digelar sore hari ba’da ashar sesudah para
siswa/i pulang dari sekolah dan istrahat yang cukup. Setiap pertemuan
berlangsung lebih kurang 1,5 jam atau paling lama sampai menjelang maghrib. Khusus
di Hari Minggu, program sengaja digelar pagi
hari jam 09.00 Wib, sehingga segenap siswa/I
memiliki waktu cukup menikmati
liburan.
Pendidikan
karakter adalah focus utama yang diajarkan oleh
Bung Slamet. Hormat dan bakti terhadap orang tua, hormat dan berlaku sopan
terhadap guru, ramah terhadap masyarakat dan lingkungan, selalu hangat terhadap
temen, adalah asupan-asupan yang selalu diajarkan oleh Bung Slamet kepada para
siswa/i-nya, Disamping itu, Bung Slamet juga mendampingi siswa/I dalam beberapa
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, antara lain PPKN, Matematika, IPS dan
Bahasa Indonesia.
Ketika
kami mengunjungi Oemah Sinau di sektor empat, kebetulan Bung Slamet sedang memberikan pelajaran PKN kepada
sekitar 25 siswa/I yang hadir di sore itu. Beliau memantik para
siswa/i dengan 5 (lima) hal, yaitu : (i) Apa yang dimaksud dengan hukum
religius?; (ii) Syarat-syarat untuk menjadi negara hukum?; (iii) Dimanakah
tenggangrasa untuk saling menghargai dengan sesama?; (iv) Masalah hak setiap
warga Negara diatur oleh hukum dan; (v) Sebutkan 2 (dua) contoh konstitusi
Negara?
Waktu
menunjukkan Jam 17.30 Wib dan kelaspun ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu siswa. Menggucapkan lafal “hamdalah”, dilanjutkan “Istighfar” dan
diakhiri dengan membaca surat al’ashri secara berjama’ah. Salam berjamaah
sebagai penutup pertanda pamitnya para siwa/i. Ada sedikit haru mendapati
seorang siswa pulang membawa gulungan tikar yang digunakan alas saat kelas
berlangsung.
C. Keunikan Kelas “Oemah
Sinau”

D. Sekilas tentang Profile Sang Guru, Bung
Slamet
Kami
melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana anak-anak itu begitu riang
mengikuti kelas yang diampuh langsung oleh Bung Slamet Riyanto. Kami mendapati ketulusan, kekihklasan dan
penjiwaan yang dalam dari Bung Slamet dalam membimbing para siswa/i. “Saya
bukan seorang guru, tetapi mereka-lah sesungguhnya guru besar saya. sampai
saat ini saya masih sendirian dan masih menunggu para voulenteer yang berkenan
bergabung dan ikhlas membimbing peserta mengikuti program ini”, ungkap
Bung Slamet dalam nada rendah saat kami meng-ekespresikan kekaguman kami atas karya
luar biasanya itu,
Disempitnya
waktu menjelang maghrib sesudah seluruh siswa/I pulang, kami sempat menanyakan
apa yang menjadi motif Bung Slamet melakukan semua ini. Pertanyaan ini mewakili
kepenasaran yang amat sangat dari hal hebat yang sudah dilakukannya. Menurut
subyektivitas kami, hal semacam ini terhitung sudah langka di zaman modern ini
dimana sebagian besar orang selalu berhitungan atas setiap hal yang dilakukan.
Namun tidak demikian pada Bung Slamet. Beliau memilih jalan sunyi dan
melakukannya dengan sepenuh hati.”Saya hanya ingin membentuk wadah bagi
anak-anak untuk belajar yang asik dan sekaligus membangun semangat mereka untuk
menuntut ilmu. Setiap kehadiran mereka adalah kesempatan baik untuk
menanamkan nilai-nilai moral dan etika
sehingga terbangun karakter yang menjadi bekal mereka menjadi insa-insan luar
biasa”.
Alasan
sederhana itu sungguh membuat kami berdua terhenyak dan berinding. Kami
mendapati mimpi dan harapan besar Bung Slamet tentang anak-anak itu di masa
depan. Tentang apa yang beliau dapat
dari aktivitas yang menyita waktu dan energi ini, beliau menandaskan hanya
berharap ridho Allah SWT.
Dikesehariannya,
Bung Slamet Riyanto adalah seorang PNS di BBPTU (Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak) Kab,
Banyumas. Beliau sudah berkeluarga dan dikaruniai 2 (dua) anak.
Bung
Slamet adalah contoh jarang yang sangat
inspiratif. Beliau telah memilih jalan sunyi dan berjuang membangun karakter
dan semangat anak-anak di desa Limpakuwus dalam menuntut ilmu dan menjadi
pribadi luar biasa. Beliau telah menjadi bagian penting dari masa depan
anak-anak itu.
D. Penghujung
Apa
yang kami saksikan di sore itu sungguh fenomenal
dan inspiratif. Inisiasi dan karya
keren ini sangat layak diapresiasi walau Bung Slamet melakukan semua ini bukan
untuk sebuah pujian. Andai saja ada satu orang saja di setiap desa melakukan
hal serupa, bisa dipastikan terbangun kecerdasan anak-anak bangsa dalam men-sikapi kemajuan dan kecanggihan zaman
yang tidak sepenuhnya berdampak baik. Akan tumbuh subur karakter sebuah
generasi yang percaya diri dan bangga tampil dengan ke-Indonesia-annya.
Mungkin
diluar sana masih banyak karya-karya inspiratif dengan semangat serupa, namun
apa yang dilakukan bung Slamet sejak beberapa tahun lalu dan sampai hari ini
merupakan contoh nyata yang sangat layak ditauladani siapapun. Semoga akan
muncul dan tertemukan lagi insan-insan yang memiliki spirit serupa dengan Bung
Slamet sehingga kita layak percaya dan berharap bahwa generasi yang akan melanjutkan pembangunan
bangsa ini adalah generasi hebat yang tidak saja focus pada penumpukan
materialitas, tetapi lebih mengedepankan kebermaknaan diri dan pengabdian bagi
kemaslahatan manusia. Aaamiin.
Jum’at Sore Yang Inspiratif
di ketersajian aksi suci“ Oemah Sinau”
Gallery Dokumentasi
+ komentar + 1 komentar
Mantap pak... Baru tahu ada volunteer seperti ini di banyumas, semoga tumbuh yang yang
Posting Komentar
.