Ruang Pengabdian Itu Bernama “Oemah Sinau” | ARSAD CORNER

Ruang Pengabdian Itu Bernama “Oemah Sinau”

Jumat, 13 Oktober 20171komentar

Ruang Pengabdian Itu Bernama “Oemah Sinau”

A.  Pembuka
 
Kulihat jam kantor menjunjukkan jam 16.00 Wib. Ku coba membuka google map menakar waktu untuk mencapai sebuah tempat yang beberapa minggu ini mengundang kepenasaranku dan kudapati sekitar 38 menit. “Kelas masih berlangsung saat tiba dilokasi”, fikirku dan kemudian bergegas dari kantor.

Kupacu kendaraan secepat mungkin agar tidak terlambat sampai di lokasi.  Saat terhenti di lampu merah terringat seorang sahabat yang juga aktivis sosial dan kemudian mencoba menghubungi Handphone-nya. Karena tidak diangkat,  aku pun mencoba berkirim WA dan merayunya ikut serta denganku. Alhamdulillah, Om herry Kristanto (begitu biasa aku menyapanya) menyambut baik dan kebetulan sedang dalam perjalanan pulang dari satu kerjaan. Akhirnya tersepakati untuk menunggu dan menyampernya di rumah yang kebetulan serah dengan tujuan.

Kami pun melintasi jalan Baturraden dan tak lama berselang  belok kanan ke arah Kemutug dan lanjut ke Kutayasa untuk mencapai limpahkuwus. Setelah sempat berhenti dan beberapa kali bertanya kepada penduduk, akhirnya kami berhasil mendapati tujuan, yaitu “oemah sinau”. Sayangnya, ternyata yang kami datangi adalah “oemah sinau ”sektor 1 (satu) dan sedang tidak ada aktivitas di sore itu. Namun kami sempatkan mengambil gambar ruang kelas dan jadual yang tertempel di dinding kaca rumah itu. Kami pun kemudian berpamitan setelah mendapati peta jalan desa menuju sektor 4 (empat) yang kebetulan masih dalam satu RW. Tak lama kemudian, setelah melalui gang kecil, kami pun sampai di sebuah rumah yang masih belum selesai dibangun. Kami dapati pintu tertutup setengah namun didalamnya terdapat para siswa/i yang sedang tekun mengikuti pelajaran. Sang Guru pun langsung keluar begitu tahu kami datang. Singkat cerita, atas permintaan para siswa/i, akhirnya saya dan om Herry berdiri didepan untuk memperkenalkan diri dihadapan segenap siswa/i. Sesudahnya, saya memilih duduk dibelakang dan meresapi proses belajar yang sudah hampir dipenghujung dan Om Herry mendokumentasikan beebrapa moment..     

B.  Tentang “Oemah Sinau
Oemah Sinau Lentera Ilmu” begitu perjuangan beliau di simbolkan. Sebuah inisiasi keren dan karya hebat seorang lelaki bernama Bung Slamet. Satu tahun terakhir ini, Bung Slamet dengan penuh kesabaran dan ketelatenan merintis satu wadah “belajar gratis” bagi anak-anak kampung di Desa  Limpah Kuwus, Kec. Sumbang, Kabupaten Banyumas. 

Sungguh ini sebuah karya amazing. Inisiasi semacam ini hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ketulusan, kepedulian, serta pengabdian tinggi. Bagaimana tidak?. Bung Slamet Riyanto melakukannya tanpa
memungut bayaran sepeserpun. Hal yang membenak setiap kali melakukannya adalah bagaimana anak-anak diberi pelajaran tambahan diluar jam sekolah dengan harapan akan memiliki masa depan yang lebih cerah.
Beliau selalu memastikan anak-anak itu apakah sudah menyelesaikan PR yang diberikan guru disekolahnya masing-masing. Disamping itu, Beliau juga selalu memberi suntikan semangat agar anak-anak itu rajin ber-sekolah dan menuntut ilmu setinggi-tingginya.

Perintisan  “oemah sinau” bukanlah tanpa hambatan. Walau “gratis” alias “tanpa dipungut bayaran”, faktanya tidak semua anggota masyarakat menyambutnya niat baiknya dengan gegap gempita layaknya tawaran pembagian sembako gratis.  Mungkin saja hal ini dikarenakan Bung Slamet bukanlah berlatarbelakang seorang guru.

Beliau memulai  merintis program ini pertama kali di Desa Kemutug lor.   Kurangnya respon dari para orang tua dan juga siswa/i membuat Bung Slamet Riyanto harus memutar otak demi menunaikan niat dan mimpinya.  Setelah ragam upaya dan pendekatan dilakukan, situasi yang kurang berpihak mendorong beliau melakukan hijrah ke beberapa Desa untuk melakukan hal serupa, antara lain Desa Ciberem, Kedung Banteng dan pada akhirnya bertemu chemistry terbaik di Desa limpahkuwus, Kec. Sumbang. Berbeda dengan animo desa lainnya, tawaran program yang disajikan Bung Slamet mendapat sambutan hangat dari para orang tua dan juga para siswa/i di sekitar Limpahkuwus.  Bahkan, beberapa warga mempersilahkan rumahnya  dijadikan  tempat pelaksanaan program ini. 

Satu per satu siswa/i mulai bergabung dan mulai merasakan keunikan dan kebaikan metode pengajaran yang diberikan oleh Bung Slamet.  Testimoni dari para siswa/i pun ikut berpengaruh dalam mendongkrak kepercayaan masyarakat dan juga mempercepat tumbuhnya minat para siswa/i untuk bergabung.  Berkat ketekunan dan kesabarannya, Bung Slamet  pun berhasil membangun 4 (empat) titik sector untuk kurun waktu 1 (satu) tahun.  Sampai saat ini, Oemah Sinau sudah diikuti lebih kurang 200 siswa/i yang duduk di bangku SD dan SMP.

Setiap harinya, Program belajar “Oemah Sinau”  digelar sore hari ba’da ashar sesudah para siswa/i pulang dari sekolah dan istrahat yang cukup. Setiap pertemuan berlangsung lebih kurang 1,5 jam atau paling lama sampai menjelang maghrib. Khusus di Hari Minggu, program  sengaja digelar pagi hari jam 09.00 Wib, sehingga segenap siswa/I  memiliki waktu cukup   menikmati liburan. 

Pendidikan karakter adalah focus utama yang diajarkan oleh  Bung Slamet. Hormat dan bakti terhadap orang tua, hormat dan berlaku sopan terhadap guru, ramah terhadap masyarakat dan lingkungan, selalu hangat terhadap temen, adalah asupan-asupan yang selalu diajarkan oleh Bung Slamet kepada para siswa/i-nya, Disamping itu, Bung Slamet juga mendampingi siswa/I dalam beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, antara lain PPKN, Matematika, IPS dan Bahasa Indonesia.

Ketika kami mengunjungi Oemah Sinau di sektor empat, kebetulan Bung Slamet  sedang memberikan pelajaran PKN kepada sekitar 25  siswa/I  yang hadir di sore itu. Beliau memantik para siswa/i dengan 5 (lima) hal, yaitu : (i) Apa yang dimaksud dengan hukum religius?; (ii) Syarat-syarat untuk menjadi negara hukum?; (iii) Dimanakah tenggangrasa untuk saling menghargai dengan sesama?; (iv) Masalah hak setiap warga Negara diatur oleh hukum dan; (v) Sebutkan 2 (dua) contoh konstitusi Negara? 

Waktu menunjukkan Jam 17.30 Wib dan kelaspun ditutup dengan do’a yang dipimpin oleh salah satu siswa. Menggucapkan lafal “hamdalah”, dilanjutkan “Istighfar” dan diakhiri dengan membaca surat al’ashri secara berjama’ah. Salam berjamaah sebagai penutup pertanda pamitnya para siwa/i. Ada sedikit haru mendapati seorang siswa pulang membawa gulungan tikar yang digunakan alas saat kelas berlangsung.  

C.  Keunikan Kelas “Oemah Sinau
Salah satu keunikan program Oemah Sinau adalah berpenghuni siswa/i berbeda level. Sebagai gambaran saja, sore itu siswa/i yang hadir ada yang masih duduk di bangku SD dan adapula yang di bangku SLTP.. Namun, kelas tetap berlangsung asik dan tertib. Tidak sampai disitu saja, kelas ini juga boleh dihuni siswa/i berlatarbelakang apapun, tak penting itu kaya atau miskin Dengan sabar Bung Slamet merespon setiap pertanyaan siswa/I,  dengan Bijak beliau memberikan arahan dan bahkan tak bosan mengingatkan bila ada siswa/i yang menggangu temennya yang sedang focus memperhatikan pelajaran yang disajikan. 

D.  Sekilas tentang Profile Sang Guru, Bung Slamet
Kami melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana anak-anak itu begitu riang mengikuti kelas yang diampuh langsung oleh Bung Slamet Riyanto.  Kami mendapati ketulusan, kekihklasan dan penjiwaan yang dalam dari Bung Slamet dalam membimbing para siswa/i. “Saya bukan seorang guru, tetapi mereka-lah sesungguhnya guru besar saya. sampai saat ini saya masih sendirian dan masih menunggu para voulenteer yang berkenan bergabung dan ikhlas membimbing peserta mengikuti program ini”, ungkap Bung Slamet dalam nada rendah saat kami meng-ekespresikan kekaguman kami atas karya luar biasanya itu,

Disempitnya waktu menjelang maghrib sesudah seluruh siswa/I pulang, kami sempat menanyakan apa yang menjadi motif Bung Slamet melakukan semua ini. Pertanyaan ini mewakili kepenasaran yang amat sangat dari hal hebat yang sudah dilakukannya. Menurut subyektivitas kami, hal semacam ini terhitung sudah langka di zaman modern ini dimana sebagian besar orang selalu berhitungan atas setiap hal yang dilakukan. Namun tidak demikian pada Bung Slamet. Beliau memilih jalan sunyi dan melakukannya dengan sepenuh hati.”Saya hanya ingin membentuk wadah bagi anak-anak untuk belajar yang asik dan sekaligus membangun semangat mereka untuk menuntut ilmu. Setiap kehadiran mereka adalah kesempatan baik untuk menanamkan  nilai-nilai moral dan etika sehingga terbangun karakter yang menjadi bekal mereka menjadi insa-insan luar biasa”.

Alasan sederhana itu sungguh membuat kami berdua terhenyak dan berinding. Kami mendapati mimpi dan harapan besar Bung Slamet tentang anak-anak itu di masa depan.  Tentang apa yang beliau dapat dari aktivitas yang menyita waktu dan energi ini, beliau menandaskan hanya berharap ridho Allah SWT.

Dikesehariannya, Bung Slamet Riyanto adalah seorang PNS di BBPTU (Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak) Kab, Banyumas. Beliau sudah berkeluarga dan dikaruniai 2 (dua) anak.

Bung Slamet adalah  contoh jarang yang sangat inspiratif. Beliau telah memilih jalan sunyi dan berjuang membangun karakter dan semangat anak-anak di desa Limpakuwus dalam menuntut ilmu dan menjadi pribadi luar biasa. Beliau telah menjadi bagian penting dari masa depan anak-anak itu.  


D. Penghujung
Apa yang kami saksikan di sore itu sungguh fenomenal dan inspiratif. Inisiasi dan karya keren ini sangat layak diapresiasi walau Bung Slamet melakukan semua ini bukan untuk sebuah pujian. Andai saja ada satu orang saja di setiap desa melakukan hal serupa, bisa dipastikan terbangun kecerdasan anak-anak bangsa dalam men-sikapi kemajuan dan kecanggihan zaman yang tidak sepenuhnya berdampak baik. Akan tumbuh subur karakter sebuah generasi yang percaya diri dan bangga tampil dengan ke-Indonesia-annya.

Mungkin diluar sana masih banyak karya-karya inspiratif dengan semangat serupa, namun apa yang dilakukan bung Slamet sejak beberapa tahun lalu dan sampai hari ini merupakan contoh nyata yang sangat layak ditauladani siapapun. Semoga akan muncul dan tertemukan lagi insan-insan yang memiliki spirit serupa dengan Bung Slamet sehingga kita layak percaya dan berharap bahwa  generasi yang akan melanjutkan pembangunan bangsa ini adalah generasi hebat yang tidak saja focus pada penumpukan materialitas, tetapi lebih mengedepankan kebermaknaan diri dan pengabdian bagi kemaslahatan manusia. Aaamiin.


Jum’at Sore Yang Inspiratif
di ketersajian aksi suci“ Oemah Sinau”



Gallery Dokumentasi




Share this article :

+ komentar + 1 komentar

13 Oktober 2017 pukul 23.43

Mantap pak... Baru tahu ada volunteer seperti ini di banyumas, semoga tumbuh yang yang

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved