MUDIK-NYA “KOMUNITAS
GURU BELAJAR” PURWOKERTO
A. Paparan Para Pemantik
Diskusi
Ini
sore yang sangat inspiratif dimana para aktivis sosial berkumpul di satu ruang.
Kumpulan kali ini bertajuk “MUDIK”, yang
merupakan singkatan dari “Temu Pendidik”.
Agenda ini tergelar di Markas TBM PUSTAKA WARGA yang pendiriannya diprakarsai oleh Om Heri Kristanto, beralamat di Jl. Gunung Kelud, no 19, RT 01 RW 03, Pabuwaran, Purwokerto Utara.
Agenda ini tergelar di Markas TBM PUSTAKA WARGA yang pendiriannya diprakarsai oleh Om Heri Kristanto, beralamat di Jl. Gunung Kelud, no 19, RT 01 RW 03, Pabuwaran, Purwokerto Utara.
Sebagai pemantik, agenda
“MUDIK” kali ini menghadirkan 4 (empat) aktivis sosial nan inspiratif, yaitu;
(i) Mas Daru Kuswanto (guru SMK2,
Purwokerto);
(ii) Heri Kristanto (pemrakarsa TBM PUSTAKA WARGA, Purwokerto;
(iii) Mbak Cici Suwandi (Komunitas Kelas
Inspirasi, Purwokerto) dan ;
(iv) Mbak Ayu Puji (Kampung Literasi Wadas Kelir,
Purwokerto)
Komunitas Guru Belajar Purwokerto dalam aksinya senantiasa menyebar virus “Merdeka Belajar", sebuah istilah yang menekankan perlunya cara-cara terbarukan dalam mengajar tanpa merubah substansi belajar itu sendiri ”.
Perspektif yang dikembangkan, siapa saja yang mau berbagi ilmu adalah guru. Hari ini, begitu banyak guru begitu susah diajak untuk berbagi pengalaman karena terjebak pada spirit kompetisi antar individu. “Guru itu paling susah mau belajar dan senangnya hanya mengajar”, canda Mas Daru Kuswanto dipenghujung paparannya. Mungkin kalimat terakhir itu menjadi penjelas tambahan penamaan “Komunitas Guru Belajar”.
“Pegelaran agenda “mudik” ini diinspirasi oleh beberapa hal, antara lain : (i) kita masih meyakini begitu banyak warga yang baik, masih banyak praktek sukses yang meng-energi, begitu banyak inisiasi yang begitu inspiratif.
Hebatnya lagi, semua itu berlangsung tanpa perintah siapapun kecuali didorong oleh keinginan kuat melakukan kebaikan yang mendatangkan dampak positif bagi sekitarnya.
Inspirasi selanjutnya adalah pasca megikuti pertemuan 1000 orang para pendidik inspiratif di Ibu Kota Jakarta. Mereka datang dan berkumpul ke Jakarta atas kesadaran dan keinginan untuk saling menyemangati. Mereka hadir tanpa SPJ alias biaya sendiri. Hal ini menandakan bahwa ternyata masih banyak yang berfikir dan mengambil inisatif sadar untuk merawat Indonesia. Mereka melakukannya di tempatnya masing-masing, seperti di pedalaman, di tengah perkotaan, di pelosok desa, di komplek elit, di tengah kampung, di perumahan dan di tempat-tempat lainnya. Hari ini, terfikir untuk menyatukan energi dari semangat orang-orang baik yang sudah berkenan hadir disini. Kolaborasi menjadi kunci memperluas pengaruh positif atas segala hal yang selama ini diperjuangkan oleh masing-masing orang. Saling mengenal merupakan awal untuk saling melengkapi dan kemudian berujung dengan pembangunan kolaborasi strategis .”, Ungkap Om Herry Kristanto
Selanjutnya, Mbak Ayu menyampakan testimoni-nya
seputar perjuangan Kampung Literasi Wadas Kelir, “Berlandas sebuah keprihatinan kepada anak-anak sekitar. Saya bersama
teman-teman diajak oleh guru kami, bapak Heru Kurniawan, untuk belajar,
berkarya, dan mengabdi membaur bersama anak-anak. Awalnya hanya berupa kegiatan
permainan-permainan sore di halaman depan rumah seperti bermain alat musik,
bermain kata, berpantomim, bermain drama, dan mendongeng. Namun, berkat usah pengabdian
dan keyakinan kami para relawan bersama Pak Guru. Kami mampu membangun pendidikan
masyarakat yang terdidik dan literatur bagi masyarakat sekitar dan sekitarnya. Saat
ini kami bahkan sudah membangun beberapa sekolah non formal yang menunjang
pendidikan berupa PAUD, Bimbingan Belajar, TPQ, Sekolah Kreatif, hingga Sekolah
Paket A dan Paket B. Hingga sekarang jumlah peserta didik berserta masyarakat
belajar berjumlah kuran lebih berjumlah 180”
Hebatnya lagi, semua itu berlangsung tanpa perintah siapapun kecuali didorong oleh keinginan kuat melakukan kebaikan yang mendatangkan dampak positif bagi sekitarnya.
Inspirasi selanjutnya adalah pasca megikuti pertemuan 1000 orang para pendidik inspiratif di Ibu Kota Jakarta. Mereka datang dan berkumpul ke Jakarta atas kesadaran dan keinginan untuk saling menyemangati. Mereka hadir tanpa SPJ alias biaya sendiri. Hal ini menandakan bahwa ternyata masih banyak yang berfikir dan mengambil inisatif sadar untuk merawat Indonesia. Mereka melakukannya di tempatnya masing-masing, seperti di pedalaman, di tengah perkotaan, di pelosok desa, di komplek elit, di tengah kampung, di perumahan dan di tempat-tempat lainnya. Hari ini, terfikir untuk menyatukan energi dari semangat orang-orang baik yang sudah berkenan hadir disini. Kolaborasi menjadi kunci memperluas pengaruh positif atas segala hal yang selama ini diperjuangkan oleh masing-masing orang. Saling mengenal merupakan awal untuk saling melengkapi dan kemudian berujung dengan pembangunan kolaborasi strategis .”, Ungkap Om Herry Kristanto
B. Ragam tetimoni Yang Meng-Insipirasi
Pasca
para pemantik menyampaikan paparan dan testimoni seputar aksi dan juga harapannya
pada pertemuan ini, kemudian segenap peserta juga diminta kesediaannya untuk ber-testimoni.
Hal ini bukan dalam konteks berkeluh kesah atas segala kendala dilapangan yang pasti ada, tetapi untuk saling menguatkan niat, menyemangati dan saling menginspirasi satu sama lain. Semangat berbagi pengalaman pun mengalir yang antara lain disajikan berikut ini:
Hal ini bukan dalam konteks berkeluh kesah atas segala kendala dilapangan yang pasti ada, tetapi untuk saling menguatkan niat, menyemangati dan saling menginspirasi satu sama lain. Semangat berbagi pengalaman pun mengalir yang antara lain disajikan berikut ini:
B.1. Komunitas Binneka Ceria.
Mbak
Nissa menyampaikan bahwa Bhinneka Ceria adalah sebuah
komunitas yang dihuni oleh para mahasiswa/i. “Memanfaatkan waktu luang” adalah
muasal ide ini dijalankan. Memanfaatkan week-end
untuk belajar bersama dengan adek-adek pelajar adalah aktivitas yang rutin digelar
setiap hari minggu. Mereka mengajarkan pada para pelajar tentang lingkungan sekitar
dan juga wawasan nusantara. Secara pola
non-formal, para siswa/i diajak mengenal lingkungan sekitarnya, mulai hewan,
tumbuhan dan masyarakat. Mereka juga ikut membantu adek-adek dalam menyelesaikan
PR dari sekolah masing-masing.
B.2. LBS (lelang Brownis
Sodaqoh).
“Mbak
Umi dan bala tentara berusaha menjerumuskan diri dikumpulan ini untuk ikut belajar”,
kalimat ini mengalir sebagai pembuka dalam testimoninya tentang LBS. Kami
bergerak dibidang sosial dan beberapa bulan terakhir ini sangat prihatin dengan
keadaan beberapa dhuafa yang kami kunjungi. Mereka selalu didera tanya “bagaimana
bisa makan hari ini dan bisa tidur dengan nyenyak pada malamnya”.
Kami berusaha merubah mindset mereka agar berkeberanian membangun mimpi, memiliki cita-cita dan kemudian memperjuangkannya. Kami kumpulkan mereka disatu tempat untuk diajari lebih bersemangat dan serius bersekolah.
Kaum dhuafa dewasa juga begitu banyak yang belum bisa sholat dan hal ini pun menjadi bagian yang sudah dirpogramkan. Sekilas tentang penamaan LBS menarik untuk diungkap. Awalnya Mbak Umi men-jual juss berkeliling untuk bisa memberikan makan kaum dhuafa. Beberapa kali beliau harus menggalang dana untuk bisa mengobatkan dhuafa yang jatu sakit.
Ditengah perjalanan perjuangannya, di suatu saat terbersit satu tanya dalam hatinya“mengapa harus mengemis setiap kali akan membantu orang?”. Hal ini pun menjadi inspirasi untuk men-sedekahkan seluruh keuntungan penjual brownis-nya setiap hari Jum’at. Namun, semakin banyaknya jumlah dhuafa yang perlu dibantu, membuat keuntungan setiap hari kamis pun ikut disedekahkan seluruhnya. Namun, dia semakin yakin dengan langkah ini, karena pada faktanya omzet dan keuntungan berjualan brownis tetap tumbuh.
Kami berusaha merubah mindset mereka agar berkeberanian membangun mimpi, memiliki cita-cita dan kemudian memperjuangkannya. Kami kumpulkan mereka disatu tempat untuk diajari lebih bersemangat dan serius bersekolah.
Kaum dhuafa dewasa juga begitu banyak yang belum bisa sholat dan hal ini pun menjadi bagian yang sudah dirpogramkan. Sekilas tentang penamaan LBS menarik untuk diungkap. Awalnya Mbak Umi men-jual juss berkeliling untuk bisa memberikan makan kaum dhuafa. Beberapa kali beliau harus menggalang dana untuk bisa mengobatkan dhuafa yang jatu sakit.
Ditengah perjalanan perjuangannya, di suatu saat terbersit satu tanya dalam hatinya“mengapa harus mengemis setiap kali akan membantu orang?”. Hal ini pun menjadi inspirasi untuk men-sedekahkan seluruh keuntungan penjual brownis-nya setiap hari Jum’at. Namun, semakin banyaknya jumlah dhuafa yang perlu dibantu, membuat keuntungan setiap hari kamis pun ikut disedekahkan seluruhnya. Namun, dia semakin yakin dengan langkah ini, karena pada faktanya omzet dan keuntungan berjualan brownis tetap tumbuh.
B.3. Mbak Lia, Sang Pengajar di Pondok Pesantren.
Tinggal dipondok pesantren adalah salah satu syarat yang diberikan oleh orang tuanya jika ingin kuliah. Serelah melakukan pencarian dibeberapa pesantrean, Lia menemukan krenteknya pada salah satu pesantren di sekitar gunung tugel yang sebagian santrinya adalah anak gelandangan. 4 (empat) tahun mengajar dan hidup bersama santri telah meng-energi saya untuk terus terlibat dalam mencetak anak-anak sholeh/ah tanpa memperhatikan jumlah bayaran yang sangat jauh dari layak. Perjalanan waktu kemudian membawanya berkenalan dengan penggagas LBS dan kemudian melibatkan diri menjadi relawan
B.4. Komunitas Pakis, Gunung Lurah, Cilongok.
Banyaknya anak-anak yang tidak
memperhatikan perlunya sekolah di sekitar gunung lurah menjadi inspirasi awal
dari gerakan ini. Background mereka bukan seorang pengajar, namun semangat membangun
satu generasi berpendidikan telah menjadi inspirasi untuk terus bergerak.
B.5. Lingkar Kajian banyumas (LKB) Fisip dan Rizhome
Basic
kami adalah research dan kajian. Secara organisasi LKB dan Rizom seperti
kembas hanya berbeda dalam fokus. Kalau Rizom fokus di lingkungan kampus,
sedangkan LKB diluar kampus. Kami juga sudah membuat buku yang terdiri dari
kumpulan essai. Dalam buku itu kami menyajikan ragam masalah pendidikan dari
pusat sampai daerah.
Dalam membuat buku tersebut, kami melakukan research antara lain di Purwokerto dan Purbalingga. Di Purwokerto kami melakukan research tentang sekolah brilian dan juga sekolah inklusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Kalau di Kota Purbalingga, kami meneliti banyaknya anak putus sekolah dan lebih memilih kerja di pabrik bulu mata. “Fokus kami adalah tentang pendidikan”, pungkasnya.
Dalam membuat buku tersebut, kami melakukan research antara lain di Purwokerto dan Purbalingga. Di Purwokerto kami melakukan research tentang sekolah brilian dan juga sekolah inklusi untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Kalau di Kota Purbalingga, kami meneliti banyaknya anak putus sekolah dan lebih memilih kerja di pabrik bulu mata. “Fokus kami adalah tentang pendidikan”, pungkasnya.
B.6. Oemah Sinau Lentera Ilmu, Limpakuwus
Berawal
dari hobby mengajar, suka dengan dunia anak-anak dan memanfaatkan waktu yang
ada menjadi inspirasi lahirnya wadah belajar sore bagi para siswa/i yang
kemudian diberi naman “Oemah Sinau Lentera Ilmu” yang
berpusat di Desa Limpakuwus.
Kami bukan berasal dari kalangan guru atau pengajar, namun mencerdaskan anak-anak disekitar merupakan visi besar yang coba kami rangkai dari langkah-langkah kecil berkelanjutan. Berkat ketekunannya, 216 orang tercatat sebagai ssiwa di Oemah Sianu. Membangun karakter adalah fokus utama dari aktivitas Omah sinau Lentera Ilmu ini.
Kami bukan berasal dari kalangan guru atau pengajar, namun mencerdaskan anak-anak disekitar merupakan visi besar yang coba kami rangkai dari langkah-langkah kecil berkelanjutan. Berkat ketekunannya, 216 orang tercatat sebagai ssiwa di Oemah Sianu. Membangun karakter adalah fokus utama dari aktivitas Omah sinau Lentera Ilmu ini.
B.7. Kelas Inspirasi
Mbak
Cici menjelaskan
bahwa komutas ini sebetulnya turunan dan Gerakan Indonesia Mengajar. Kelas Inspirasi mewadahi para
profesional yang punyai keinginan untuk menjadi relawan pengajar di
sekolah-sekolah yg kami tunjuk.
Para profesional itu berbagi inspirasi kepada anak-anak tentang profesi mereka dengan harapan menumbuhkan semangat anak2 untuk meraih cita-cita seperti para inspirator
Sekolah yang kami tunjuk biasanya sekolah-sekolah berposisi di daerah pinggiran. Perjalanan perjuangan membawa saya bertemu dengan orang2 “Gila” nan inspiratif. Hal inipun mendorong saya untuk “gila bersama” dan kemudian menjadi salah satu relawan pengajar lepas di berbagai tempat, antara lain di PAKIS dengan membantu relawan mengajar anak kebutuhan kusus di wilayah Ajibarang,Ggumelar dan sekitarnya
Para profesional itu berbagi inspirasi kepada anak-anak tentang profesi mereka dengan harapan menumbuhkan semangat anak2 untuk meraih cita-cita seperti para inspirator
Sekolah yang kami tunjuk biasanya sekolah-sekolah berposisi di daerah pinggiran. Perjalanan perjuangan membawa saya bertemu dengan orang2 “Gila” nan inspiratif. Hal inipun mendorong saya untuk “gila bersama” dan kemudian menjadi salah satu relawan pengajar lepas di berbagai tempat, antara lain di PAKIS dengan membantu relawan mengajar anak kebutuhan kusus di wilayah Ajibarang,Ggumelar dan sekitarnya
.B.8. Testimoni Mas Fajar
salah
satu peserta yang kesehariannya berprofesi sebagai guru di SMK2, menyampaikan
bahwa kehadirannya di ajang ini ingin belajar memperkaya metode mengajar sehingga
para siswa/i tidak jenuh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. “Bagaimana
anak-anak asik, terhibur, tetapi ruh nya dapat?”, menjadi pertanyaan yang terus hadir di kepala
saya setiap hari, demikian pungkasnya.
C. PENGHUJUNG
Pertemuan semacam ini sungguh meng-energi dan menyemangati. Kolaborasi semacam ini perlu dirawat
keberlanjutannya. Untuk itu, perlu dilakukan pencarian titik temu yang men-sinergikan
karya-karya inspiratif yang sudah teruji dan terbukti eksis. Untuk itu, perlu
meng-agendakan banyak hal yang berorientasi terbangunnya komunikasi antar
komunitas dan tertemukannya solusi atas setiap persoalan dan kendala yang
dihadapi oleh masing-masing komunitas.
Dalam sesi diskusi, tersepakati beberapa agenda yang akan diselesaikan secara
bersama-sama, yaitu;
(i) “Metode menggerakan dan mengelola para relawan sehingga terbangun militansi,
konsistensi spirit dan kontinuitas partisipasi;
(ii) Manajemen yang meliputi manajemen siswa, manajemen belajar dan manajemen
kepengurusan;
(iii) methode belajar termasuk tentang kurikulum.
(i) “Metode menggerakan dan mengelola para relawan sehingga terbangun militansi,
konsistensi spirit dan kontinuitas partisipasi;
(ii) Manajemen yang meliputi manajemen siswa, manajemen belajar dan manajemen
kepengurusan;
(iii) methode belajar termasuk tentang kurikulum.
Ini
baru awalan, diluar sana masih begitu banyak karya-karya inspiratif yang perlu
diajak untuk bergabung sehingga terbangun “rumah besar” tempat untuk saling
berinteraksi, bertukar pengalaman, saling menguatkan niat dan saling
meng-inspirasi untuk memperluas karya sehingga semakin banyak masyarakat
Indonesia yang tersenyum dan berkeyakinan bahwa masa depan itu dan harapan “hidup
bermartabat” itu senantiasa terbuka.
Posting Komentar
.