Sebelum memasuki ruang dimana Jum’atan digelar, aku terlebih dahulu ke kamar mandi (KM) mesjid untuk
pipis dan kemudian ambil wudhu’. Terlihat ada 1 (satu) orang antri di depan pintu
2 (dua) KM sebuah mesjid terkenal yang berlokasi di samping pom bensin Sokaraja ini, aku pun kemudian berinisiatif antri disebelahnya.

Optimismeku terkoreksi, ternyata penguna kamar mandi yang ku tunggu tak
kunjung keluar. Bahkan, penguna kamar mandi sebelah justru keluar lebih
dahulu walau masuknya belakangan. Hmmm.. “inilah
seni antri”, fikirku sambil terus berharap penghuni KM yang kutunggu juga
segera keluar karena aku mulai tak kuat menahan pipis.
Tak di nyana, orang yang datang belakangan dan antri di depan KM sebelah mempersilahkanku masuk ke KM dimana dia antri berdiri. Spontan aku menolak dan mempersilahkannya masuk. Sambil tersenyum walau
menahan rasa ingin pipis, aku mengatakan, “silahkan
bapak..itu rezeki bapak hanya sebentar menunggu..”. Namun, dia malah
mendorongku masuk ke Kamar Mandi yang sudah kosong sambil mengatakan “ kan... bapak duluan yang datang”. Aku pun masuk dengan perasaan senang yang
dibarengi sedikit malu....malu?.
Aku teringat sekitar 4 (empat) Jumatan lalu ditempat serupa dan di waktu
yang hampir bersamaan, yaitu menjelang Jum’atan dan untuk agenda serupa, pipis ke
KM dan kemudian ambil wudhu’. Waktu itu, saat aku datang ada satu
orang yang antri dan posisi kedua kamar mandi sedang terpakai. Melihat antrian disebelahnya kosong, aku pun
langsung berinisiatif berdiri di depan KM satunya. Tiba-tiba, pengguna KM yang
aku tungguin lebih dulu keluar dari sebelahnya. Tanpa basa basi dan tanpa
menoleh sebelahku yang sudah antri lebih dulu di KM sebelah, aku pun langsung masuk, pipis
dan kemudian keluar dan ambil wudhu’. Bahkan, saat itu aku sempet tersenyum dan
meng-claim dalam hati kalau keberuntungan
sedang berpihak karena tidak perlu lama antri seperti orang yang di sebelah.
Dengan kejadian hari ini, aku pun merasa sangat malu pada diri sendiri
atas ketidakpekaanku di 4 (empat) Jum’atan lalu. Aku pun merasa begitu egois
sehingga abai dengan sebelahnya yang pasti juga mengalami hal serupa “ menahan
pipis”. Dalam nalar normal, mungkin persoalan sepele ini selesai dengan
men-simpulkan ini hanyalah tentang sebuah “keberuntungan”.
Toh jumlah kamar mandi ada 2 (dua) dan seperti biasa masing-masing orang boleh
antri di depan pintu yang memang sedang tidak ada yang mengantri. Namun, aku justru
khawatir kalau ini tentang buruknya kualitas akhlakku yang terlalu mementingkan
diri sendiri.
Akh...satu hal yang jelas, kebaikan orang tadi yang memberiku duluan masuk
ke KM adalah sebuah tindakan mulia yang layak ditauladani. Siapapan jama’ah itu
(karena tidak sempet berkenalan), terima kasih sudah mengingatkanku tentang
sebuah kemuliaan sikap.
Andai ini cara Tuhan mengingatku tentang perlunya memperbaiki akhlak,
semoga aku menjadi pribadi yang lebih baik dikemudian hari. Andai ini cara
Tuhan memberi pesan tentang perlunya “bijak
mengisi kemerdekaan”, semoga aku akan lebih mengerti bahwa kemerdekaan itu
harus penuh dengan kebijaksanaan yang dimulai dari hal-hal
sederhana. Aamiinn Ya Robbal ‘Alamin.
Purwokerto,, Jum’at 18 Agustus 2017
Jumat Penuh Hikmah dan Berkah
+ komentar + 1 komentar
Matur nuwun sharenya.....mengingatkanku utk selalu koreksi diri dlm sgl hal...
Posting Komentar
.