PLOTOTAN
SANG PEBISNIS DI LAMPU MERAH
Saat berjarak kurang
lebih 100 meter, traffic Light menunjukkan
warna kuning. Dari kecepatanya, mobil sedan di depanku sepertinya mau
ancang-ancang untuk jalan terus memanfaatkan beberapa detik tersisa. Sesaat
kemudian aku pun berfikir mengikuti jejak kendaraan didepan, sebab prakiraanku trafic light akan merah tepat setelah
aku melewati garis batas pemberhentian pertigaan karang bawang, Jalan HR
Boenyamin.
Sesaat kemudian, tiba-tiba aku terpaksa menginjak rem karena ternyata mobil di depan merubah
rencananya. Untung jarakku masih tergolong aman sehingga terhindar dari
kecelakaan. Dalam debar jantung yang meningkat seketika, aku menyaksikan
seorang lelaki berdiri di tengah zebra cross memplototi mobil didepanku sambil
mengangkat telunjuknya ke arah traffic light yang saat itu sudah merah.
Awalnya aku berfikir
dia bereaksi demikian karena merasa terganggu saat akan menyeberang jalan. Ternyata
aku salah, yang dilakukannya adalah sebuah kemuliaan. Sesaat sesudah kendaraan di depanku berhenti, lelaki kekar itu pun mempersilahkan seorang guru dan beberapa
siswa SD menyeberangi jalan. Sesudah memastikan semua sampai dipenghujung,
lelaki itupun masuk ke toko hand phone
yang berada di pojok perempatan itu. Aku
pun berkesimpulan dengan penuh keyakinan
bahwa lelaki itu merupakan pemilik toko tersebut sebab dia masuk dari pintu sebelah yang bukan pintu biasa pelanggan memasuki toko itu.
Kini aku bisa memahami
mengapa lelaki itu memplototi kendaraan didepanku. Terbangun kekaguman terhadap lelaki yang berinisiatif menyeberangkan guru dan para muridnya di
siang itu. Itu sebuah kemuliaan sederhana yang menyisakan pelajaran luar
biasa. Kepedulian sederhana semacam itu tentu memberikan rasa nyaman bagi
siswa/i yang pasti setiap harinya menyeberangi jalan itu setiap kali berangkat
dan atau pulang sekolah.
Disisi lain, ini
tentang kebijaksanaan dalam berkendaraan dan kemauan berbagi kesempatan dalam
menggunakan jalan raya. “Ketergesa-gesaan
bukan lah alasan untuk kemudian kehilangan kesabaran atau meningkatkan
kecepatan saat melintasi traffic light”, setidaknya itulah pesan minimal dari aksi heroic sang pengusaha
di sore itu. Teringat saat seorang sahabat menghentikan kendaraannya untuk memberi kesempatan tukang becak lebih dulu menyeberang di pertigaan. Saat saya tanya alasannya, beliau memberi alasannya demikian bijaksana dan membuatku selalu ingat khususnyakala berkendara, “untuk
menyeberang tukang becak tua itu pasti mengeluarkan energi besar, sementara
saya cukup menginjak pedal rem saat berhenti dan menekan pedal gas saat melanjutkan
perjalanan, jadi apa salahnya saya biarkan beliau lebih dulu dan tidak perlu
berhenti sehingga energi yang dikeluarkannya lebih sedikit”.
Hal senada juga pernah diperdengarkan
seorang sahabat saat melakoni sebuah perjalanan ke luar kota. Saat itu, tiba-tiba sebuah
mobil memaksakan diri menyalip dalam situasi yang kurang tepat. Akibatnya, sahabat saya harus menginjak pedal rem untuk
menghindari terjadinya tabrakan. Saya fikir beliau akan mengumpat pengendara di depannya, ternyata
beliau hanya senyum dan mengatakan, “mungkin mobil yang didepan sedang berburu
waktu. Jangan-jangan ada keluarganya yang sedang sakit atau keperluan lain yang
men-desak sehingga harus begitu nyetirnya, kita doakan saja semoga beliau
selamat sampai tujuan”.
Posting Komentar
.