FGD “PERENCANAAN PENGEMBAGAN PEMBIBITAN SAPI
PERAH”
A. Polog

FGD ini dihadiri oleh
beberapa pejabat dinas terkait, para penyuluh peternakan, para kelompok
praktisi serta organisasi-organisasi terkait, termasuk Kadin
Banyumas. Delegasi
Kadin Banyumas kali ini adalah Muhammad
Arsad Dalmunte.
FGD ini dipimpin
langsung Bapak Eko selaku Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Banyumas. Pak Sugiyatno dari Dinas Peternakan dan
Perikanan, Pak Refi dari FEB Unsoed dan Pak Yusuf Subagyo seorang Dosen Fakultas
Peternakan Unsoed juga dihadirkan sebagai nara sumber.
Dalam sambutan dan
arahannya, Bapak Eko menyampaikan bahwa FGD juga sebagai bagian dari mewujudkan
visi terwujudnya pemerintahan kabupaten Banyumas yang bersih dan adil menuju
masyarakat yang sejahtera dan berdaya saing.
Data menunjukkan bahwa
target kinerja terkait peternakan sudah tercapai sebagaimana data berikut ini:
ITEM PRODUKSI
|
TARGET
|
REALISASI
|
Produksi Daging
|
51,9 juta Ton
|
16,6 juta Ton
|
Produksi telor
|
17,1 juta Ton
|
17,6 juta Ton
|
Prosuksi Susu
|
2,6 juta liter
|
4,6 Juta Liter
|
Secara target sudah
terpenuhi, namun demikian upaya yang dilakukan oleh Pemkab tidak sebatas
ketercapaian target, tetapi juga berupaya maksimal bagaimana mendorong
pemberdayaan, penyediaan kesempatan kerja, daya saing umkm, kemandirian,
penurunan angka kemiskinan, pertumbuhan ekonomi.
B. Presentasi Bapak Sugiyatno (Kepala Dinas
Peternakan)
Dalam presentasinya
Bapak Sugiyatno, menyampaikan tentang rencana
pembentukan UPT Peternakan. Program ini dilatarbelakangi oleh semangat
untuk mengurangi ketergantungan impor produk susu maupun impor bibi sapi perah.
Hal ini diperkuat dalam pasal 13 Undang-undang no.41 Tahun 2014 tentang
perubahan atas UU No 18 Tahun 2009 tentang pertenakan dn kesehatan hewan “ Pemerintah dan/atau Pemda sesuai dengan
kewenangannya berkewajiban untuk melakukan pemuliaan, pengembangan usaha
pembenihan dan/atau pembibitan dngan menibatkan peran serta msyarakat untuk
menjamin ketersediaan benih dan/atau bibit”. 
- Menyediakan
bibit sapi perah sesuai SNI;
- Menyediakan
bibit hijauan pakan ternak unggul;
- Mendukung
penyediaan kebutuhan susu di kabupaten Banyumas
- Menyelenggarakan
pembinaan dan pelayanan teknis perbibitan dan hijauan pakan ternak
Sekilas tentang perkembangan populasi dan pemasaran produksi sapi
dijelaskan berikut ini:
- Potensi usaha ternak sapi
perah sangat besar (kebutuhan dalam negeri yang baru tercukupi sekitar 20
% oleh peternak domestik)
- Perkembangan di tingkat peternak
masih menemui berbagai kendala yang cukup kompleks diantaranya :
produktivitas & kualitas bibit masih rendah, skala usaha kecil, dan
terbatasnya sumberdaya yang dikuasai peternak.
- Hal tersebut menggambarkan
bahwa usaha sapi perah rakyat tidak memberikan daya tarik bagi masyarakat
sebagai usaha yang menjanjikan.
- Pembentukan koperasi PESAT
agar peternak mempunyai posisi tawar yang lebih baik.
Sementara itu, tentang
kelayakan lokasi pembangunan Instalasi Pembibitan Sapi Perah dengan menacu pada
Instalasi Pembibitan Sapi Perah sesuai dengan ermentan :
100/Permentan/OT.140/7/2014) dijelaskan sebagai berikut
a. Lokasi : sesuai RTRW, topografi dan fungsi lingkungan
diperhatikan agar limbah tidak mencemari
lingkungan, bebas penyakit menular, mempunyai potensi sumber bibit, UKL /UPL
dan mudah diakses alat transportasi.
b. Tersedianya sumber
air dan sumber energi
Tentang gambaran calon
lokasi pembibitan dijelaskan berikut ini:
a. Lokasi
sudah terakses jalan beraspal
b. Lokasi
calon Instalasi Perbibitan :
- Sebelah Utara
: Lahan
BBPTU – HPT Baturaden
- Sebelah Timur :
Lahan BBPTU – HPT Baturaden
- Sebelah Selatan : Lahan BBPTU – HPT Baturaden
- Sebelah Barat :
Ladang
c. Luas lahan 20,786 Ha, yang berada di area Manggala Desa Karang Tengah
,
Kec. Cilongok.
d. Bentuk lokasi lahan adalah berbentuk persegi panjang
e. Morfologi Manggala ketinggian 600-700 meter diatas
permukaan air laut.
Berkaitan dengan
rencana ini, terdapat beberapa permasalahan yang timbul sebagaimana dijelaskan
berikut ini:
Permasalahan
|
Antisipasi
|
a.
Hilangnya
lahan garapan penyewa lahan
b.
Kekhawatiran
polusi bau dari kandang
c. Hilangnya lahan
sumber HPT masyarakat sekitar
|
Komunikasi persuasif dan diskusi kelompok terfokus
harus dilakukan sebelum operasional instalasi dimulai
|
C. Apresiasi dan Opini Peserta
Bapak Yusuf Subagyo, dosen peternakan Unsoed
menyampaikan tanggapannya yang antara lain:
a. Berkaitan dengan pembibitan terjadi kesenjangan demand dan
suply. Hal ini sebenarnya disebabkan peternakan tidak mendapatkan keuntungan
yang layak.
b. Potensi pembibitan
peternakan sapi perah sangat potensial.
c. Banyumas dikenal
sebagai sentra pembibitan sapi perah dan rencananya Dinas Peternakan Prop Jawa
Tengah juga sedang merancang pusta pembibitan di wilah Banyumas. Hal ini
semakin menegaskan Kabupaten Banyumas sebagai sentral pembibitan sapi perah.
d. UPT ini harus memiliki
fokus yang jelas apakah pada pembibitan, budidaya dan atau lainnya.
Sementara itu, Bapak
Refius dari FEB Unsoed menyampaikan pendapatnya sebagai berikut :
a. Perlu analisis lebih
mendalam berkaitan dengan stake holder dikaitkan dengan sustainabilitas program
ini. Nilai-nilai kepentingan masyarakat perlu terdefenisi sehingga mendapat
daya dukung masyarakat.
b. Mayoritas Investor
memiliki motif ekonomi atau pertumbuhan uang alam hal berinvestasi. Untuk itu,
perlu digali lebih dalam lagi kelayakan dari program ini.
c. Perlu dianalisis
tingkat sensisitivitas program ini seperti bagaimana bila output atau input
berubah terhadap dinamika produktivitasnya (NPV=Net Present Value)
d. Mengingat ini sesuatu
yang baru, maka perlu dilakukan simulasi atau trial dalam skala kecil dan terus
memperluas skala sampai ke titik idealnya.
e. Perlu memikirkan
keterlibatan masyarakat dalam siklus proses bisnis ini yang terkonsep dalam skenario
komprehensif.
Pada kesempatan ini,
delegasi Kadin juga menyampaikan tanggapannya sebagai berikut :
a. Secara umum, Kadin
mendukung rencana pembentukan UPT ini sepanjang spirit yang mendasarinya adalah
mensejahterakan masyarakat Banyumas dan pengelolaannya harus profesional
melalui pelibatan para expertis dalam bidangnya.
b. Spirit atau animo rendah
masyarakat terhadap peternakan karena profit yang kurang menjanjikan, merupakan
pesoalan krusial yang perlu dicarikan akar persoalan dan solusi
komprehensifnya. Sebab urusan ketersediaan daging juga berkaitan dengan
ketahanan dan kedaulatan pangan.
c. Konsep pemberdayaan
yang direncanakan dalam program ini harus memberdayakan sehingga pada titik
tertentu bertemu titik ekonomisnya. Pemberdayaan idealnya di drive sedemikian rupa sehingga tidak
menjadi cost centre. Artinya,
pemberdayaan bukanlah semata-mata aktivitas non-produktif, tetapi harus bisa
mewujud dalam satu karya produktif dan
men-sejahterakan.
d. Kreativitas permodalan
untuk mendukung project ini bisa berbasis kerjasama seperti pelibatan
masyarakat. Dalam hal ini, perlu penegasan mulai kapan dan sampai tahap kapan pemerintah masuk dan mulai kapan pemkab bermitra dengan pihak eksternal.
e. Susu. Susu yang dihasilkan oleh Koperasi Pesat perlu didukung
sehingga menjadi kebanggaan masyarakat Banyumas. Fakta menunjukkan bahwa pemasaran susu lokal masih lemah di
tingkat lokal, sehingga Banyumas hanya
menyiapkan bahan baku untuk industri susu.
f.
Hari Raya
Qurban sebagai salah satu inspirasi mengakselerasi laju tumbuh
peternakan. Hari raya Qurban merupakan inspirasi optimalisasi market internal
(Kabupaten Banyumas). Fakta menunjukkan
bahwa untuk pemenuhan kebutuhan sapi
qurban sering harus meng-impor dari daerah lain. Tentang hal ini, ada
satu tanya yang sekiranya menjadi inspirasi, “bagaimana memformula satu kali investasi bisa berqurban seumur hidup?”.
Semoga pertanyaan ini menginsipirasi lahinya “perusahaan peternakan besar
berbasis rakyat”.
Posting Komentar
.