Kopkun Institute Menggugat Pola Pendidikan Koperasi
A.  Menilik Posisi Pendidikan 
Malam ini, Rabu 09 Juni
2017, perdebatan sengit berlangsung di Kantor Pusat Kopkun yang beralamat
dijalan HR Boenyamin, Purwokerto.  Tema
yang diperdebatkan oleh insan-insan koperasi yang tergabung dalam Kopkun Institute adalah tentang “kurikulum
pendidikan”. Materi kurikulum hasil penyusunan Balatkop Dinkop Prop
Jawa Tengah dijadikan sebagai pemantik. 
Alih-alih mau mewarnai
detail silabus agar lebih variatif dan efektif, namun peserta rapat menilai
harus lebih dahulu menilik kebijakan (policy)
pemerintah (dalam hal ini dinkop). Dalam tinjaun ini, metode pendidikan atau
kurikulum  dipandang sebagai “tool” dari skenario besar yang disusun.
Artinya, relevansi renstra dengan realitas lapangan harus tegas sehingga
mempermudah meng-efektifkan pendidikan sebagai alat efektif mendorong koperasi
naik kelas dari pra koperasi-mikro-kecil-menengah-besar. 
B.  Sekilas
Menilik Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan Yang Sudah Tergelar
Dari sisi keterselenggaraan,
ragam pendidikan dan  pelatihan telah
diberikan pemerintah kepada koperasi secara terus menerus dengan ragam materi
sebagaimana tertera dalam silabus. Namun demikian, dari sisi efektivitas masih
dalam tanda tanya besar ketika melihat realitas atau kondisi mayoritas koperasi
hari ini.  Artinya, potret suram
mayoritas koperasi  sampai hari ini
meng-indikasikan lemahnya peran pendidikan dalam mendorong akselerasi pertumbuhan
dan perkembangan koperasi.  Dalam situasi
semacam ini, maka review terhadap
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan menjadi sebuah kebutuhan. 
C.  Titik
Lemah Pegelaran Pendidikan dan Pelatihan
Ada beberapa titik
lemah dari beberapa pagelaran pendidikan dan pelatihan selama ini, antara lain
:
- Sisi kepesertaan.  Ada beberapa persoalan dari sisi tidak
     men-syaratkan kapasitas tertentu, tetapi lebih pada pertimbangan jabatan
     dan atau ketersediaan waktu. Hal ini menjadi bagian dari sisi buruk dimana
     pegelaran pendidikan diinisiasi oleh negara dan bukan karena perasaan butuh dari peserta. Hal
     ini pun berpengaruh pada keseriusan peserta dalam mengikuti pendidikan dan
     pelatihan.    
 - Sisi Materi. Sisi materi
     tidak berbasis kebutuhan lapangan, tetapi lebih pada paket pendidikan dan
     pelatihan yang sudah disiapkan oleh pemerintah. Akibatnya, tingkat
     efektivitasnya rendah dalam arti kurang memberikan pengruh signifikan
     terhadap tumbuhkembangnya koperasi
 - Transfer of knowledge. Kebiasaan buruk dari insan koperasi yang mengikuti pendidikan dan
     pelatihan adalah tidak melakukan transfer of knowledge
 - Tindak lanjut hasil pendidikan
     dan pelatihan. Tindaklanjut  pendidikan dan pelatihan sangat
     tergantung integritas dan semangat juang peserta tanpa diikuti penilaian
     dengan menggunakan alat ukur  yang
     tersistematis . 
 - Kontinuitas. Keberlanjutan
     keberadaan peserta diklat dalam sebuah koperasi. Kepengurusan dan
     kepengawasan koperasi lahir dari proses demokrasi di internal koperasi
     masing-masing dan ironisnya proses pemilihan sangat jarang
     mempertimbangkan kapasitas yang diukur secara serius.  Hal sedikit berbeda ketika peserta
     pendidikan dan pelatihan adalah karyawan/manajemen dimana keberadaan
     mereka lebih stabil di koperasi. Hanya saja, pengaruh kepengurusan dan
     kepengawasan yang berganti-ganti berpotensi memperlambat proses aplikasi
     imu pengetahuan dan kapasitas yang ada pada barisan karyawan dan
     manajemen. 
 
D.  Penghujung
Apa yang tersaji dalam tulisan kali Ini adalah bagian dari gambaran processing dari proses diskusi. Tulisan ini sementara disudahkan saat diskusi sedang
memasuki sesi krusial, yaitu men-sistematisir sistem pendidikan berbasis
kebutuhan dengan output terjadinya pertumbuhan yang bertahap dan
berkesinambungan. 
untuk itu, redaksi mohon maaf kalau pembaca tidak ikut serta dalam klimaks
diskusi sengit nan produktif ini.  




Posting Komentar
.