SISI MELO SEORANG LELAKI DI KEHADIRAN MENTRI KOPERASI & UMKM RI DI PURWOKERTO | ARSAD CORNER

SISI MELO SEORANG LELAKI DI KEHADIRAN MENTRI KOPERASI & UMKM RI DI PURWOKERTO

Senin, 05 Desember 20160 komentar

Semua serba mendadak..tapi bukan blusukan namanya kalau tidak mendadak. Sang Mentri tentu ingin mendapati kondisi senyatanya, tanpa setting. Dengan demikian, akan didapat fakta dan data yang cukup untuk mengambil sebuah kebijakan yang tepat. Minggu, 04 Desember 2016, Bapak Mentri Koperasi & UMKM RI, AA Puspayoga, hadir di Purwokerto dengan 2 (dua) titik kunjungan, yaitu KBUMP (Koperasi Bina Usaha Mandiri Profesional)/Boersa Kampus di Jalan HR Boenyamin dan KUD Aris di Banyumas. 

Kunjungan ini berkaitan dengan rencana Banyumas menjadi salah satu pilot project pengembangan BUMR (Badan Usaha Milik Rakyat) di Indonesia. Alhamdulillah, kunjungan berjalan lancar dan hasil akhir positif bahwa Banyumas layak dijadikan pilot project. “KEREN”, itu kata terakhir Sang Mentri Koperasi usai kunjungan terakhirnya nya di KUD Aris dan kemudian beranjak pulang menuju Yogyakarta.  


Namun, tulisan kali ini bukan membahas detail BUMR atau rumitnya persiapan di waktu yang sangat singkat, tetapi sisi lain dari kehadiran Sang Mentri Koperasi, khususnya di titik pertama tujuan kunjungan, yaitu KBUMP/Boersa Kampus. Sekilas tentang sejarah, KBUMP ini didirikan oleh beberapa para mantan aktivits kampus Unsoed di era 1997-an. Bermodalkan semangat dan gagasan yang terjabarkan dalam 2 (dua) lembar kertas, swalayan Boersa Kampus ini pun berdiri dan sampai detik ini memiliki
sekitar 30-an karyawan/ti. Saya harus katakan bahwa KBUMP ini didirikan oleh orang-orang gila bin nekat. Hal serupa pun disampaikan oleh Profesor Rubijanto Misman dalam sambutannya saat mewakili tuan rumah. Apalagi, 17 (tujuh belas) tahun lalu kawan-kawan masih fresh graduate dan bahkan sebagian belum lulus serta belum menikah tentunya. Saat ini, para anggota/pendirinya pun sudah menyebar, sebagian ada yang masih menjaga gawang dan markas perjuangan di Purwokerto, sebagian ada di Jakarta, Yogyakarta  dan kota lain lainnya. Namun demikian, kemajuan zaman dan teknologi membuat jarak tak menjadi soal dan komunikasi berlangsung intensif serta soliditas tetap terjaga layaknya sebagai satu keluarga.

Semangat kekeluarga ini pun telah meng-inspirasi satu ide ketika mendapat kabar Bapak Mentri Koperasi & UMKM akan berkunjung. Idenya memang sederhana namun mengandung special massage, yaitu memposisikan para istri dan putera/i pendiri KBUMP sebagai penerima
tamu. Imajinasi atas ide ini sederhana saja, momentum jarang ini akan menjadi bagian dari sejarah yang tidak akan dilupakan oleh para istri dan putera/i dari kawan-kawan seperjuangan. Bagaimanapun juga, tidak mudah bisa bertemu atau bersalaman langsung dengan seorang mentri yang kemana-mana pasti didampingi pengawal dan juga protokoler yang begitu ketat. Jadi, disamping hal ini sesuatu yang sangat amazing dan kebanggan luar biasa bagi mereka, “Bertemu atau bersalaman dengan mentri”  ku yakini akan men-memantik perluasan mimpi anak-anak itu tentang hari esok. Sementara itu, bagi para istri diyakini akan meningkatkan support  terhadap suami mereka yang tidak jarang harus pulang pagi karena harus meeting atau mendiskusikan banyak hal tentang cita-cita merubah dunia lewat ide-ide gila nan brilian. Disisi lain, kehadiran para istri dan putera/i di barisan penerima tamu pun akan melahirkan seseuatu yang sedikit unik dan menjadi lebih familiar tentunya. 

Sambil mendampingi Pak Mentri menuju baris depan,  kusempatkan mengamati satu persatu wajah mereka saat menjalankan peran itu, kudapati raut wajah para istri tersebut penuh ceria dan sumringah menyambut Sang Mentri, Bapak Bupati, Bapak Wakil Bupati dan tamu-tamu agung lainnya. Kulihat juga wajah putera/i mereka yang begitu bersemangat menunggu giliran salaman. Tidak bisa dipungkiri, disebagian wajah putera/i itu terlihat ada aura nervous dan sedikit ketegangan. Bahkan ada  yang terlihat begitu lugu karena usia dan sisi kekanakannya belum mampu memaknai siapa dan apa itu “mentri”. 

Saat acara usai,  Pak Mentri Puspayoga ternyata “welcome” saat ku minta foto bareng mengabadikan moment. Walau sang protokoler agak sedikit terlihat keberatan, namun momentum ini  menjadi puncak kegembiraan bagi para istri dan putera/i. Tidak hanya sekali dan bahkan berkali-kali secara bergantian dan beberapa yang hadir  pun bisa ikut berfoto bareng bersama Bapak Mentri, Bapak Bupati dan juga Bapak Wakil Bupati Banyumas. Aku berusaha meyembunyikan perasaan bahagiaku sambil menahan bulir air mata  yang hampir saja jatuh. Disatu sisi setengah misi sukses (karena masih ada satu titik kunjungan lagi) dan disisi lain imajinasiku tentang ekpresi yang akan mereka tunjukkan benar-benar menjadi nyata.  

Aku ingin para istri merasa diapresiasi dan menjadi bagian penting dari perjuangan dan cita-cita besar ini. Kalau selama ini mereka berada di belakang dan tiada pernah henti berdo’a, maka dihari istimewa ini mereka sangat pantas ditempatkan di garda depan menyambut tamu istimewa, Sang Mentri. Apalagi peristiwa semacam ini belum tentu terulang kembali dalam waktu dekat dan bahkan mungkin beberapa tahun ke depan. Berharap terjadi lompatan daya dukung dan perkenan selalu mendo’akan atas segala apa yang diperjuangkan oleh para suami.

Berbeda lagi dengan para putera/i kawan-kawan seperjuangan. Aku ingin menanamkan memory indah yang pantas mereka banggakan terhadap teman-teman sebayanya di lingkungan rumah maupun sekolah. Aku ingin memori indah itu menjadi inpirasi sabar & ikhlas  saat esok atau lusa ayah mereka harus pulang larut malam, pagi dan bahkan tidak pulang karena harus menuntaskan perjuangan besar. Aku ingin para istri bisa mendendangkan alasan heroik kala putera/i mereka bertanya mengapa ayahnya belum pulang atau mengapa ayahnya tidak menemani liburan mereka seperti kebanyakan teman sebayanya. Aku ingin mereka menjadikan ayahnya sebagai idola dan inspirator dalam hidupnya. Aku ingin mereka memahami kata “berjuang” sejak usia masih dini sehingga akan tumbuh menjadi pribadi bermental pejuang. Aku ingin suatu waktu perjuangan ini akan dilanjutkan oleh anak-anak tersebut selaku generasi penerus kala kami semua sudah uzur tidak bertenaga  lagi dan atau karena Tuhan mencukupkan masa edar di bumi.  Satu hal yang kami sadari,  apa yang diperjuangkan  sesungguhnya  tidak mudah dan pasti memerlukan proses yang tidak singkat. Adakah harapan itu berlebihan?.

Kutanya pada kawan-kawan seperjuangan tentang kesan apa atau ekpresi apa yang ditunjukkan istri dan atau putera/i mereka saat pulang ke rumah. Kucari jawab atas tanya ini untuk memastikan apakah special massage yang kutargetkan atas ide ini menemukan titik efektivitasnya. Beragam jawaban dan testimoni pun kudapati, seperti “besok aku ingin jadi mentri”, “besok ingin mentri yang datang kepadaku”;”besok aku ingin menjadi sekjen PBB” dan ragam ekpresi lainnya yang justru jauh lebih hebat melebihi imajinasi awalku saat ber-ide menghadirkan mereka. Aku berharap itu bukan sebatas ekpresi sesaat, tetapi menjadi lompatan semangat mereka dalam belajar, meningkatkan kapasitas dan mentalitas mereka. Aku juga mendapat testimoni dari kawan-kawan seperjuangan bahwa istri mereka sangat senang dan bahagia bisa hadir diacara special ini.

Saat malam tiba sambil meluruskan kaki menawar lelah, kugapai labtop untuk melihat-lihat dokumentasi momen penting di siang tadi yang sudah ditransfer dari kamera. Aku terhenti lama saat memandang foto para istri dan putera/i kawan-kawan seperjuangan. Aku merasakan hal yang sangat berbeda walau beberapa kali sebenarnya secara pribadi pernah mengalami momen-momen serupa. Kali ini terasa begitu berbeda ketika bisa menghadirkan istri dan anak-anak dalam satu perhelatan.   Sisi melankolisku pun muncul dan bulir air mataku pun tak dapat tertahan. Kubiarkan bulir air mata jatuh dipipiku  dan kubiarkan larut dalam perasaan haru karena diberi Tuhan kesempatan  melakukan hal sederhana yang  menghadirkan senyum bahagia para istri dan putera/i rekan-rekan seperjuanganku, termasuk istri dan 3 (tiga) lelaki yang dititipkan Tuhan kedalam keluarga kecilku. 

Air mataku pun semakin deras, saat Om Suroto yang kebetulan berhalangan hadir karena harus menjalankan agenda pejuangan di Jakarta, meng- upload satu foto Pak Mentri bersama anggota keluarga pada pendiri KBUMP. Aku pun langsung merespon status facebook itu dengan berkirim WA padanya, “selaku aktivis, kita beberapa kali dan bahkan sering berkesempatan bertemu banyak orang-orang hebat dan beberapa diantaranya begitu berpengaruh di negara ini. Namun kebahagiaan hari ini terasa begitu berbeda ketika istri dan anak2 dari para pejuang KBUMP bisa menjadi bagian dari pegelaran ini...sy haru dan meneteskan air mata melihat foto yg di upload Om Suroto....subhanallah..                        mereka berbaris  menyambut Pak Mentri, Pak Bupati, Pak Wakil Bupati dan tamu lainnya....semoga anak2 itu akan termotivasi menjadi para penerus perjuangan kita di kemudian hari..amin..” . 

Agak lama Om Suroto meresponnya, sepertinya dia terhenyak dengan WA-ku. Saat masih memandangi foto itu, WA Om Suroto pun datang  dengan kalimat yang membuat air mataku semakin deras,  Mas, tahukah kamu bahwa kenapa saya percaya bahwa koperasi itu bisa menjadi perangkat perubahan sosial?  salah satu yang membuat saya percaya karena diperlukan  kesabaran dalam membangunnya....semua perubahan yang permanen di dunia itu tidak bisa datang tiba2......oleh karenanya membangun koperasi itu musti percaya bahwa masa depan gerakan itu ada pada generasi mendatang, generasi baru, dan itu saya pastikan ketika saya, om arsad sudah dibenam di bawah nisan barulah perubahan seperti yang kita cita-citakan  akan terwujud. Satu bangsa yang makmur, berkeadilan, cerdas, dan sekaligus tanggungjawab.......satu generasi yang penuh kemuliaan karena terbebas dari segala bentuk eksploitasi ......” Dalam derai air mata yang masih mengalir ku balas singkat WA itu dan kemudian membiarkan diri larut dalam ke-melo an yang jarang iniakhh....om roto buat sy makin berair mata....seketika sy jadi melo...”


Semoga momen indah semacam ini akan berulang  agar aku bisa merasakan lagi  bahagianya menjadi seorang suami dan sekaligus sebagai seorang ayah, pintaku pada Tuhan sambil menutup laptopku dan kemudian beranjak tidur.......





Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved