Kunjungan ini berkaitan dengan rencana Banyumas menjadi salah satu pilot project pengembangan BUMR (Badan Usaha Milik Rakyat) di Indonesia. Alhamdulillah, kunjungan berjalan lancar dan hasil akhir positif bahwa Banyumas layak dijadikan pilot project. “KEREN”, itu kata terakhir Sang Mentri Koperasi usai kunjungan terakhirnya nya di KUD Aris dan kemudian beranjak pulang menuju Yogyakarta.
Namun, tulisan kali ini bukan membahas detail BUMR atau rumitnya persiapan di waktu yang sangat singkat, tetapi sisi lain dari kehadiran Sang Mentri Koperasi, khususnya di titik pertama tujuan kunjungan, yaitu KBUMP/Boersa Kampus. Sekilas tentang sejarah, KBUMP ini didirikan oleh beberapa para mantan aktivits kampus Unsoed di era 1997-an. Bermodalkan semangat dan gagasan yang terjabarkan dalam 2 (dua) lembar kertas, swalayan Boersa Kampus ini pun berdiri dan sampai detik ini memiliki
Semangat kekeluarga ini pun telah meng-inspirasi satu ide
ketika mendapat kabar Bapak Mentri Koperasi & UMKM akan berkunjung.
Idenya memang sederhana namun mengandung special
massage, yaitu memposisikan para istri dan putera/i pendiri KBUMP sebagai penerima
tamu. Imajinasi atas ide ini sederhana saja, momentum jarang ini akan menjadi bagian
dari sejarah yang tidak akan dilupakan oleh para istri dan putera/i dari
kawan-kawan seperjuangan. Bagaimanapun juga, tidak mudah bisa bertemu atau
bersalaman langsung dengan seorang mentri yang kemana-mana pasti didampingi pengawal dan
juga protokoler yang begitu ketat. Jadi, disamping hal ini sesuatu yang sangat amazing dan
kebanggan luar biasa bagi mereka, “Bertemu
atau bersalaman dengan mentri” ku yakini
akan men-memantik perluasan mimpi anak-anak itu tentang hari esok. Sementara
itu, bagi para istri diyakini akan meningkatkan support terhadap suami
mereka yang tidak jarang harus pulang pagi karena harus meeting atau mendiskusikan banyak hal tentang cita-cita merubah
dunia lewat ide-ide gila nan brilian. Disisi lain, kehadiran para istri dan
putera/i di barisan penerima tamu pun akan melahirkan seseuatu yang sedikit
unik dan menjadi lebih familiar tentunya.
Sambil mendampingi Pak Mentri menuju baris depan, kusempatkan mengamati satu persatu wajah mereka saat menjalankan peran
itu, kudapati raut wajah para istri tersebut penuh ceria dan sumringah menyambut Sang Mentri, Bapak Bupati, Bapak Wakil Bupati dan tamu-tamu agung lainnya. Kulihat juga wajah putera/i mereka yang begitu
bersemangat menunggu giliran salaman. Tidak bisa dipungkiri, disebagian wajah putera/i itu terlihat
ada aura nervous dan sedikit ketegangan. Bahkan ada yang terlihat begitu lugu karena usia dan sisi kekanakannya belum mampu
memaknai siapa dan apa itu “mentri”.
Saat acara usai, Pak Mentri Puspayoga ternyata “welcome” saat ku minta foto bareng mengabadikan moment. Walau sang protokoler agak sedikit terlihat keberatan, namun momentum ini menjadi puncak kegembiraan bagi para istri dan putera/i. Tidak hanya sekali dan bahkan berkali-kali secara bergantian dan beberapa yang hadir pun bisa ikut berfoto bareng bersama Bapak Mentri, Bapak Bupati dan juga Bapak Wakil Bupati Banyumas. Aku berusaha meyembunyikan perasaan bahagiaku sambil menahan bulir air mata yang hampir saja jatuh. Disatu sisi setengah misi sukses (karena masih ada satu titik kunjungan lagi) dan disisi lain imajinasiku tentang ekpresi yang akan mereka tunjukkan benar-benar menjadi nyata.
Aku ingin para istri merasa diapresiasi dan menjadi bagian penting dari perjuangan dan cita-cita besar ini. Kalau selama ini mereka berada di belakang dan tiada pernah henti berdo’a, maka dihari istimewa ini mereka sangat pantas ditempatkan di garda depan menyambut tamu istimewa, Sang Mentri. Apalagi peristiwa semacam ini belum tentu terulang kembali dalam waktu dekat dan bahkan mungkin beberapa tahun ke depan. Berharap terjadi lompatan daya dukung dan perkenan selalu mendo’akan atas segala apa yang diperjuangkan oleh para suami.
Saat acara usai, Pak Mentri Puspayoga ternyata “welcome” saat ku minta foto bareng mengabadikan moment. Walau sang protokoler agak sedikit terlihat keberatan, namun momentum ini menjadi puncak kegembiraan bagi para istri dan putera/i. Tidak hanya sekali dan bahkan berkali-kali secara bergantian dan beberapa yang hadir pun bisa ikut berfoto bareng bersama Bapak Mentri, Bapak Bupati dan juga Bapak Wakil Bupati Banyumas. Aku berusaha meyembunyikan perasaan bahagiaku sambil menahan bulir air mata yang hampir saja jatuh. Disatu sisi setengah misi sukses (karena masih ada satu titik kunjungan lagi) dan disisi lain imajinasiku tentang ekpresi yang akan mereka tunjukkan benar-benar menjadi nyata.
Aku ingin para istri merasa diapresiasi dan menjadi bagian penting dari perjuangan dan cita-cita besar ini. Kalau selama ini mereka berada di belakang dan tiada pernah henti berdo’a, maka dihari istimewa ini mereka sangat pantas ditempatkan di garda depan menyambut tamu istimewa, Sang Mentri. Apalagi peristiwa semacam ini belum tentu terulang kembali dalam waktu dekat dan bahkan mungkin beberapa tahun ke depan. Berharap terjadi lompatan daya dukung dan perkenan selalu mendo’akan atas segala apa yang diperjuangkan oleh para suami.
Berbeda lagi dengan para putera/i kawan-kawan seperjuangan. Aku ingin
menanamkan memory indah yang pantas mereka banggakan terhadap teman-teman
sebayanya di lingkungan rumah maupun sekolah. Aku ingin memori indah itu menjadi
inpirasi
sabar & ikhlas saat esok atau lusa ayah mereka harus pulang larut
malam, pagi dan bahkan tidak pulang karena harus menuntaskan perjuangan besar.
Aku ingin para istri bisa mendendangkan alasan heroik kala putera/i
mereka bertanya mengapa ayahnya belum pulang atau mengapa ayahnya tidak
menemani liburan mereka seperti kebanyakan teman sebayanya. Aku ingin mereka
menjadikan ayahnya sebagai idola dan inspirator dalam hidupnya. Aku ingin
mereka memahami kata “berjuang” sejak usia masih
dini sehingga akan tumbuh menjadi pribadi bermental pejuang. Aku ingin suatu waktu perjuangan ini akan dilanjutkan oleh anak-anak tersebut selaku generasi
penerus kala kami semua sudah uzur tidak bertenaga lagi dan atau karena Tuhan
mencukupkan masa edar di bumi. Satu hal
yang kami sadari, apa yang
diperjuangkan sesungguhnya tidak mudah dan pasti memerlukan proses yang
tidak singkat. Adakah harapan itu berlebihan?.
Kutanya pada kawan-kawan seperjuangan tentang kesan apa
atau ekpresi apa yang ditunjukkan istri dan atau putera/i mereka saat pulang ke
rumah. Kucari jawab atas tanya ini untuk memastikan apakah special massage yang kutargetkan atas ide ini menemukan titik efektivitasnya. Beragam jawaban dan testimoni pun kudapati, seperti “besok
aku ingin jadi mentri”, “besok ingin mentri yang datang kepadaku”;”besok
aku ingin menjadi sekjen PBB” dan ragam ekpresi lainnya yang justru jauh lebih hebat melebihi imajinasi awalku saat ber-ide menghadirkan mereka. Aku berharap
itu bukan sebatas ekpresi sesaat, tetapi menjadi lompatan semangat mereka dalam
belajar, meningkatkan kapasitas dan mentalitas mereka. Aku juga mendapat
testimoni dari kawan-kawan seperjuangan bahwa istri mereka sangat senang dan
bahagia bisa hadir diacara special ini.
Saat malam tiba sambil meluruskan kaki menawar lelah,
kugapai labtop untuk melihat-lihat dokumentasi momen penting di siang tadi yang sudah ditransfer dari kamera. Aku terhenti lama saat
memandang foto para istri dan putera/i kawan-kawan seperjuangan. Aku merasakan
hal yang sangat berbeda walau beberapa kali sebenarnya secara pribadi pernah
mengalami momen-momen serupa. Kali ini terasa begitu berbeda ketika bisa
menghadirkan istri dan anak-anak dalam satu perhelatan. Sisi melankolisku pun muncul dan bulir air
mataku pun tak dapat tertahan. Kubiarkan bulir air mata jatuh dipipiku dan
kubiarkan larut dalam perasaan haru karena diberi Tuhan kesempatan melakukan hal
sederhana yang menghadirkan
senyum bahagia para istri dan putera/i rekan-rekan seperjuanganku, termasuk
istri dan 3 (tiga) lelaki yang dititipkan Tuhan kedalam keluarga kecilku.
Air mataku pun semakin deras, saat Om Suroto yang kebetulan berhalangan hadir karena harus menjalankan agenda pejuangan di Jakarta, meng- upload satu foto Pak Mentri bersama anggota keluarga pada pendiri KBUMP. Aku pun langsung merespon status facebook itu dengan berkirim WA padanya, “selaku aktivis, kita beberapa kali dan bahkan sering berkesempatan bertemu banyak orang-orang hebat dan beberapa diantaranya begitu berpengaruh di negara ini. Namun kebahagiaan hari ini terasa begitu berbeda ketika istri dan anak2 dari para pejuang KBUMP bisa menjadi bagian dari pegelaran ini...sy haru dan meneteskan air mata melihat foto yg di upload Om Suroto....subhanallah.. mereka berbaris menyambut Pak Mentri, Pak Bupati, Pak Wakil Bupati dan tamu lainnya....semoga anak2 itu akan termotivasi menjadi para penerus perjuangan kita di kemudian hari..amin..” .
Air mataku pun semakin deras, saat Om Suroto yang kebetulan berhalangan hadir karena harus menjalankan agenda pejuangan di Jakarta, meng- upload satu foto Pak Mentri bersama anggota keluarga pada pendiri KBUMP. Aku pun langsung merespon status facebook itu dengan berkirim WA padanya, “selaku aktivis, kita beberapa kali dan bahkan sering berkesempatan bertemu banyak orang-orang hebat dan beberapa diantaranya begitu berpengaruh di negara ini. Namun kebahagiaan hari ini terasa begitu berbeda ketika istri dan anak2 dari para pejuang KBUMP bisa menjadi bagian dari pegelaran ini...sy haru dan meneteskan air mata melihat foto yg di upload Om Suroto....subhanallah.. mereka berbaris menyambut Pak Mentri, Pak Bupati, Pak Wakil Bupati dan tamu lainnya....semoga anak2 itu akan termotivasi menjadi para penerus perjuangan kita di kemudian hari..amin..” .
Agak
lama Om Suroto meresponnya, sepertinya dia terhenyak dengan WA-ku. Saat masih
memandangi foto itu, WA Om Suroto pun datang
dengan kalimat yang membuat air mataku semakin deras, “Mas, tahukah kamu bahwa kenapa saya percaya
bahwa koperasi itu bisa menjadi perangkat perubahan sosial? salah satu yang membuat saya percaya karena
diperlukan kesabaran dalam
membangunnya....semua perubahan yang permanen di dunia itu tidak bisa datang
tiba2......oleh karenanya membangun koperasi itu musti percaya bahwa masa depan
gerakan itu ada pada generasi mendatang, generasi baru, dan itu saya pastikan
ketika saya, om arsad sudah dibenam di bawah nisan barulah perubahan seperti
yang kita cita-citakan akan terwujud.
Satu bangsa yang makmur, berkeadilan, cerdas, dan sekaligus
tanggungjawab.......satu generasi yang penuh kemuliaan karena terbebas dari
segala bentuk eksploitasi ......” Dalam derai air mata yang masih mengalir ku balas
singkat WA itu dan kemudian membiarkan diri larut dalam ke-melo an yang jarang
ini “akhh....om
roto buat sy makin berair mata....seketika sy jadi melo...”
“Semoga
momen indah semacam ini akan berulang agar
aku bisa merasakan lagi bahagianya menjadi
seorang suami dan sekaligus sebagai seorang ayah”, pintaku
pada Tuhan sambil menutup laptopku dan kemudian beranjak tidur.......
Posting Komentar
.