KETIKA GENERASI MUDA BUDDHA
MENTEMAKAN KOPERASI
Disampaikan pada Rakornas
Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA)
Di Vihara Dharna Ratna, Tangerang, Banten11 Desember 2016.
A. Pengantar
Untuk kedua kalinya, para sahabat di Komunitas Buddha
mentemakan koperasi dalam konteks pemberdayaan, kepedulian, kemanusiaan dan
kemandirian. Kalau yang pertama di gelar di Universitas Agama Buddha (UAB)
Salatiga, Jawa Tengah di awal tahun 2016, untuk kedua kalinya digelar pada
agenda Rakornas Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA) yang
dilaksanakan di Vihara Dharna Ratna, Tangerang, Banten11 Desember 2016.
Sebuah kebahagiaan berkesempatan kembali berada diantara
para sahabat pemuda Buddha se-Indonesia mendiskusikan tentang koperasi berbasis
kumpulan orang. Energi para anak muda yang hadir pada rakornas ini terhimpun

B. Materi
MEM-FUNGSIKAN KOPERASI
SEBAGAI ALAT PERJUANGAN MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
Disampaikan pada Rakornas
Dewan Pengurus Pusat Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA)
Di Vihara Dharna Ratna, Tangerang, Banten11 Desember 2016.
A. Koperasi Sebagai Kumpulan
Orang
Koperasi merupakan
kumpulan
orang yang concern membangun kapasitas orang-orang yang terlibat
didalamnya. Koperasi adalah kumpulan orang yang menyadari bahwa dalam
dirinya terdapat keterbatasan ketika melakukan segala sesuatunya sendirian.
Kesadaran itu selanjutnya membimbing keyakinan bahwa kerjasama lewat
berkoperasi merupakan jalan strategis untuk bisa melakukan banyak hal produktif
yang sulit dilakukan kalau hanya sendirian. Pada kumpulan orang-orang tersebut kemudian
terbangun saling p ercaya dan kemauan menyatukan energi dan sumber daya dalam
rangka menolong diri mereka sendiri (self
help). Pada titik ini kemudian akan terbangun sinergitas produktif yang
berujung pada peningkatan kesejahteraan dalam arti luas.
Pada
alinea sebelumnya disebutkan bahwa concern koperasi adalah membangun
kapasitas orang. Untuk tujuan itu, koperasi menyelenggarakan pendidikan
yang dipola sedemikian rupa sehingga menemukan titik efektivitasnya. Secara
umum, pendidikan koperasi minimal dimaksudkan untuk mewujudkan 2 (dua) hal
berikut ini, yaitu : (i) membangun pemahaman dan persepsi serupa tentang apa,
mengapa dan bagaimana ber-koperasi; (ii) memberikan pencerahan bagaimana “bijaksana
dalam menggunakan pendapatan” dan “bagaimana cara meningkatkan pendapatan”.
Hal-hal lain yang perlu di edukasikan antara lain perlunya kesetiakawanan dan
betap perlunya kepedulian/solidaritas
untuk menghadirkan kehidupan sosial yang lebih baik. Banyak tema lainnya yang
mungkin di didikkan koperasi kepada anggotanya dalam tujuan penigkatan
kapasitas.
Dengan
terbangunnya kapasitas orang-orang didalamnya, maka diharapkan menjadi pemantik
lahirnya ide-ide cerdas yang berorientasi
pada kelahiran aksi-aksi produktif yang berujung pada kesejahteraan.
B. Memakna Perusahaan
Koperasi
Secara
defenisi, koperasi itu kumpulan orang yang bergabung secara
sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan
budaya melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan mereka
kendalikan secara demokatis. Mereferensi defenisi tersebut, perusahaan
koperasi berposisi sebagai alat dan bukan
tujuan. Hal ini mempertegas koperasi menempatkan asset terbesarnya pada
kumpulan
orang dan menempatkan “uang” sebagai alat bantu dan bukan
penentu. Dengan kata lain, koperasi itu bukan kumpulan uang, tetapi
kumpulan orang-orang yang berkomitmen menggalang kerjasama dalam suasana saling
percaya untuk lebih men-sejahterakan semuanya .Sebagai sebuah catatan, sebagian
orang masih terjebak ber-persepsi bahwa ber-koperasi itu hanya bagi mereka yang
memiliki uang. Walau tidak sepenuhnya salah, nalar idealnya adalah karena
berkoperasi orang akan menjadi punya uang. Caranya?.
Koperasi
bukanlah lembaga charity atau donasi, tetapi koperasi merupakan alat
perjuangan membangun kemandirian berbasis kolektivitas. Lewat koperasi,
setiap orang yang terlibat dibangunkan kesadarannya bahwa nasib atau masa depan
ditentukan oleh diri sendiri dan bukan bergantung pada siapapun. Untuk itu,
lewat pendidikan yang digelar koperasi, setiap orang diharapkan merubah caranya
dalam membangun kemartabatan dan kedaulatan ekonomi secara sadar dan disertai
tanggungjawab tinggi.
Sementara
itu, kelahiran jenis-jenis aktivitas produktif yang berjalan diatas payung
perusahaan koperasi, sangat ditentukan oleh aspirasi dan kebutuhan yang
berkembang di kalangan anggota. Dengan kata lain, setiap aktivitas produktif
yang dijalankan koperasi merupakan refresentasi aspirasi dan kebutuhan mayoritas
anggotanya. Untuk itu, setiap kelahiran aktivitas produktif koperasi harus
melalui proses musyawarah untuk mencapai mufakat. Proses semacam ini tidak saja
dimaksudkan hanya untuk mengambil keputusan, tetapi juga sekaligus membangun
tanggungjawab dan ikatan emosional setiap orang terhadap tumbuhkembangnya
setiap aktivitas yang dijalankan koperasi. Inilah makna yang terkandung dalam
slogan koperasi yang sering diperdengarkan,” dari, untuk dan oleh anggota”.
C. Keunikan Koperasi
Koperasi
adalah perusahaan yang unik, disatu sisi
sebagai kumpulan orang dan disisi lain sebagai perusahaan. Namun
demikian, pada keunikan inilah letak pembeda dan sekaligus sumber
keunggulan dibanding jenis perusahaan lainnya. Oleh karena itu, dalam
mengelola organisasi dan perusahaannya, koperasi harus terus melakukan
pencarian gagasan inovasi teknis sehingga menemukan titik efektivitasnya
sebagai lembaga yang mensejahterakan dalam arti luas..
Sebagai
kumpulan orang, koperasi concern
membangun semua orang yang terlibat dalam koperasi melalui penyelenggaraan
pendidikan yang bertahap dan berkesinambungan. Efektivitas pendidikan tersebut
selanjutnya akan membentuk kecerdasan aspirasi dalam melahirkan
aktivitas-aktivitas produktif yang ternaung dalam perusahaan koperasi. Dengan
kata lain, lahirnya aktivitas-aktivitas produktif koperasi dalam wujud ragam
layanan merupakan imbas dari peningkatan kapasitas para anggota pasca diberikan
pendidikan.
Nalar yang
demikian yang kemudian membuat perusahaan koperasi kokoh dan sulit mati, karena
setiap kelahiran unit layanan dibarengi dengan komitmen anggota untuk
mengembangkan partisipasinya secara optimal.
Artinya, perusahaan koperasi senantiasa memiliki konsumen loyal bernama
anggota yang tidak saja menjadi pangsa “pasar
tertutup” atau “captive market”, tetapi juga mengambil tanggungjawab membesarkan
lewat pengembangan ide dan gagasan yang
meng-akselerasi pertumbuhan kualitas layanan.
Demikian
juga aktivitas organisasinya yang fokus pada pertumbuhan kuantitas dan juga
kualitas. Pertumbuhan kuantitas anggota bermakna peningkatan jumlah sumber daya
dan bakat yang mungkin dimobilisasi untuk menciptakan dan meningkatkan
kesejahteraan bersama.Sementara itu, pertumbuhan kualitas anggota melalui
pengembangan tema-tema pendidikan akan membangun kesadaran untuk mengembangkan
partisipasinya bagi perluasan manfaat dan makna berkoperasi bagi seluruh
anggotanya.
D. Ketika Sederhana Itu Tak Bermakna Miskin..
Miskin dalam
konteks ekonomi, adalah kata yang identik dengan ketidakmampuan atau
ketidakberdayaan. Miskin telah menjadi momok bagi setiap orang dan tidak
satupun yang mau berada di kemiskinan itu sendiri. Dalam penelurusan musabab, miskin
sering dikaotkan dengan pemaknaan hidup dan langkah-langkah yang dilakukan dalam menjalani dan meng-intrepretasikan hidup. Miskin juga sering dikaitkan dengan kebodohan,
keterbelakangan, kemalasan dan lain sebagainya. Dalam hal ini, miskin adalah akibat
langsung dari perbuatannya sendiri. Dengan kata lain, miskin
adalah pilihan. Ada juga pendapat
lain yang biasa disitilahkan dengan kemiskinan struktural dimana kemiskinan
dibaca sebagai akibat ke-belum efektifan
peran negara dalam mengatur kehidupan ekonomi masyarakatnya.
Miskin
berbeda dengan sederhana. Sederhana lebih dekat dengan pilihan
gaya hidup dimana tersedia pilihan lain seperti boros, konsumtif, glamor dan
lain sebagainya. Artinya, sederhana dipilih dengan penuh kesadaran yang
didalamnya terdapat tujuan-tujuan besar bersifat jangka panjang dan
visioner. dikesederhanaan ada keberdayaan diri dalam memenuhi
kebutuhannya dan setiap kelebihan pendapatan
cenderung ditabung dengan ragam tujuan yang melatarbelakanginya. Jadi,
dalam kata “kesederhanaan” terkandung etos kerja dan komitmen tinggi menjadi
insan
produktif.
Tegasnya
sederhana adalah pillihan sadar tentang gaya hidup ke konteks yang lebih
bijaksana. Dalam kesederhanaan ada semangat kemandirian, tetapi dalam
kemiskinan ada potensi ketergantungan terhadap orang lain.
E. Koperasi dalam dimensi kemiskinan dan
kesederhanaan.
Koperasi
adalah kumpulan orang yang fokusnya dalah membangun orang melalui pendidikan
yang dilakukan terus menerus. Koperasi memandang kemiskinan merupakan dampak
dari “salah arah dan langkah hidup” sehingga perlu dilakukan
pembetulan-pembetulan secara bertahap dan berkesinambungan melalui pendidikan. Dalam bahasa semangat, bukan karena punya uang orang
berkoperasi, tetapi karena berkoperasi orang bisa punya uang.
Artinya, koperasi mendidik anggotanya bagaimana memiliki dan atau meningkatkan
pendapatannya dan sekaligus juga mendidik anggota bagaimana
mengelola pendapatannya dengan bijak. Artinya, lewat mengajarkan
bagaimana anggota menggunakan pendapatannya, koperasi juga menuntun anggotanya
tentang kesederhanaan hidup sebagai jalan untuk memiliki masa depan yang lebih
baik dan berpengharapan.
F. 2 (dua)
sumber kesejahteraan Anggota
Kesejahteraan
sering didefenisikan sebagai tujuan berkoperasi. Kesejahteraan dalam hal ini
sesungguhnya tidak sebatas meteril
tettapi juga immateril. Disamping
itu, kesejahteraan dalam koperasi dicapai dengan cara khas yaitu dengan
menggunakan pola pemberdayaan dimana setiap orang yang terlibat dalam koperasi
melakukan peran proporsionalnya secara optimal. Dalam logika ini, maka diam
akan menjadi beban bagi yang bergerak. Kebersamaan semacam ini memang
membutuhkan kesadaran dan komitmen tinggi agar tujuan-tujuan yang didefenisikan
sebagai cita-cita bersama bisa direalisasikan. Disamping itu, kebersamaan dalam
koperasi juga bukan bermakna bekerja bersama-sama, tetapi ada
distribusi peran efektif dimana setiap orang menjalankan masing-masing peran
yang terintegrasi satu sama lainnya. Atas dasar itu, keadilan dalam koperasi
bukan berarti harus sama, tetapi proporsional sesuai peran atau partisipasinya.
Dalam hal ini, maka partisipasi setiap orang sesungguhnya bermakna menolong
diri sendiri (self help) dimana
semakin aktif akan semakin sejahtera. Dengan demikian, nalar kesejahteraan
masing-masing anggota sesungguhnya bersumber dari 2 (dua) hal, yaitu :
1.
Dari aktivitas yang dilakukan oleh
dirinya sendiri. Melalui pendidikan yang diberikan koperasi,
anggota akan tercerahkan dalam hal meningkatkan pendapatannya. Anggota akan
menjadi insan yang lebih produktif berkat edukasi yang berhasil me-reposisi
mindset anggota terhadap hidup dan juga cara menjalani hidup. Anggota akan
lebih peka terhadap peluang dan potensi yang mungkin dimobilisasi untuk
peningkatan kesejahteraannya. Sebagai contoh ketika seorang anggota yang
berprofesi petani menjadi lebih pintar dalam mengelola lahan pertaniannya
berkat pendidikan dan pelatihan yang digelar koperasi. Demikian juga pedagang
toko kelontong menjadi lebih baik pengelolaan usahanya setlah diberikan
pendidikan dan pelatihan pengelolaan toko oleh koperasi.
2.
Dari aktivitas kolektif.
Koperasi menyelenggarakan perusahaan (baca: aktivitas produktif) yang jenisnya
mereferensi pada aspirasi dan kebutuhan mayoritas anggotanya. Pada koperasi
yang memiliki anggota mayoritas pegawai mungkin tepat untuk menyelenggarakan
aktivitas kolektif berupa toko swalayan. Pada koperasi beranggotakan mayoritas
petani, menyelenggarakan toko saprodi (sarana produksi) pertanian menjadi
sangat mungkin sebab hal itu menjadi kebutuhan mayoritas petani.
G. Penghujung
Sebagai
catatan akhir, ber-koperasi bukanlah soal putaran atau per-tumbuhan uang bertajuk
SHU (Sisa Hasil Usaha), tetapi jauh lebih penting dari itu adalah tentang pembangunan
manusia. Keterbangunan manusia-manusia didalam koperasi akan mendatangkan keadilan ekonomi ; kesempatan ber-usaha; tertemukannya solusi bagi anak-anak yang mimpinya terhenti oleh realitas perekonomian
orang tuanya; kembalinya petani menjadi berdaulat
atas lahannya sendiri; pendapatan riil
masyarakat meningkat karena terhindar dari harga komoditas yang dipermainkan; terfasilitasinya
orang-orang yang ingin memiliki sebidang
tanah sekedar untuk tempat tinggalnya, termediasinya orang-orang jompo untuk
menikmati masa tuanya dan persoalan-persoalan kemanusiaan lainnya yang
melingkupi ekonomi,sosial dan budaya.
Koperasi juga merupakan alat perjuangan mengikis sifat
dan sikap ego yang hanya asik dan mementingkan diri sendiri sehingga terbangun
ke-KITA-an yang produktif bagi
penyelesaian ragam persoalan dan
keresahan sosial yang sedang dirasakan masayarakat pada hari ini.
Kebijaksanaan dalam nilai-nilai perjuangan koperasi harus efektif menjadi
pemersatu sehingga terbentuk persatuan dan terbangunnya suasana kebathinan
masyarakat yang menentramkan.
Untuk itu, Perusahaan koperasi harus menjauhkan diri dari keterjebakan ke dalam ego corporate yang menyebabkan keberdayaan anggota ter-abaikan. Koperasi
harus konsisten berjalan diatas nilai bedanya sebagai “kumpulan orang”.
Koperasi harus konsisten fokus men-cerdaskan
orang-orang didalamnya (baca :anggota) melalui pendidikan yang terkemas lewat
pola-pola kreatif nan efektif. Koperasi harus meyakini bahwa tumbuh dan
kembangnya perusahaan koperasi hanyalah imbas
dari kecerdasan anggota yang terbangun secara bertahap & berkesinambungan.
Sebagai penghujung, intervensi dan keberpihakan Tuhan hanya
hadir bila manusia senantiasa menjaga niat dan meng-optimalkan potensi dan energi
dengan cara cerdas dan men-cerdaskan. Salam
Juang Koperasi...!!!!!
+ komentar + 1 komentar
Koperasi adalah alat yang cukup handal untuk mengembangkan kekuatan organisasi, banyak kumpulan orang diluar negeri sudah mengabdopsi cara ini. Jika Patria sudah tergerak merumuskan ini, berarti sudah tepat. Lanjutkan. Kalau memang terbentuk saya juga akan ikut menjadi anggota. Semoga sukses selalu
Posting Komentar
.