B. APRESIASI,
INTREPRETASI & IMAJINASI
Fakta langgenggnya gerakan para ibu-ibu ini tidak saja mendatangkan
kekaguman, apresiasi, tetapi juga meng-inspirasi pemaknaan dan bahkan imajinasi
futuristic pada skala yang lebih luas.
Diawal perintisannya, gerakan ibu-ibu ini pernah di publish lewat blog www.arsadcorner.com. Saat itu, muncul ragam apresiasi dan dukungan dari
berbagai pihak dan sebagaian ikut mendo’akan gerakan ini sukses sebab bisa
dijadikan sebagai satu laboratorium mini yang meng-inspirasi energi duplikasi kebaikan
pada kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Kemudian, apresiasi muncul dari
seorang guru PAUD dari Kabupaten Purbalingga yang ingin menjadikan gerakan
menabung sebagai inspirasi dan bahan tulisannya untuk salah satu lomba menulis
Tingkat Jawa Tengah. Alhamdulillah, Ibu guru hebat yang satu ini berhasil meraih
juara harapan 1 (satu).
Seorang mahasiswa Fak ISIPOL Unsoed pun mengolah rekam jejak gerakan ini menjadi
bahan
skripsi untuk memenuhi syarat kelulusannya di tingkat Sarjana S1. Tidak
berhenti sampai disitu, konsep gerakan menabung ini pun diuji coba kan oleh salah
satu sekolah SD swasta terkenal di kota Mendoan ini yang dikemas dalam tagline
“menabung
untuk qurban”. Salah satu ranting
dari organisasi agama terbesar di negeri ini juga ikut merintis gerakan serupa di wilayah Kecamatan
Cilongok, Kab. Banyumas (saat ini masih berlangsung). Banyak lagi respon positif bernada mendukung atas gerakan menabung
ini. Tidak dipungkiri, pada awalnya ada
yang meragukan konsistensi semangat dalam gerakan ini. Apapun model reaksi dan
respon tetap ditanggapi dan dilihat dari sisi positifinya.
“Dimana
ada kemauan disitu ada jalan”, demikian satu pepatah bijak yang
sering diperdengarkan sejak duduk di bangu sekolah dasar. Mungkin, apa yang
dicapai oleh Dasawisma mewakili bagaimana konsistensi berkemauan akan membawa
pada satu titik menggembirakan.
Dasawisma Sledri memang hanya berpenghuni 18 (delapan) orang para ibu,
namun apa yang mereka torehkan layak menjadi sebuah potret miniatur tentang karakter
sosial masyarakat dalam skala mikro yang masih bisa diajak menjaga nilai-nilai
kebersamaan dan kegotongroyongan. Fakta empiris skala mikro ini menjadi penegas bahwa menangkal efek negatif
modernisasi dan arus globalisasi melalui penjagaan nilai-nilai sosial dan
budaya masyarakat Indonesia masih sangat terbuka lebar sepanjang memang ada
kemauan dan kesadaran untuk menjaganya. Jika tidak, maka pembiaran menjadi
tiket kehilangan jati diri sebuah bangsa. Dengan kata lain, belum ada kata
terlambat untuk menjaganya dengan sepenuh energi.
Sledri memang hanya tentang interaksi 18 (delapan belas) orang para ibu,
tetapi konsistensi mereka untuk tetap berada di lingkar dasawisma berikut
komitmen menjalankan perannya masing-masing, telah berpesan bahwa sesungguhnya pemberdayaan
masyarakat adalah sesuatu yang sangat mungkin untuk diagendakan dan
diperjuangkan, sepanjang ada kemauan
“Gerakan
menabung” yang dilakukan dasawisma sledri sesungguhnya bukalah hal
baru, sebab di kelompok masyarakat lainnya pun sudah banyak yang
menyelenggarakan tabungan kolektif.
Hanya saja, gerakan-gerakan semacam ini kurang ter-dokumentasi dan atau terpublikasi dengan baik sehingga efek edukasi dan motivasinya bagi
masyarakat kurang maksimal.
Oleh karena itu, pemberitaan capaian Dasawisma Sledri ini hanya
semacam pemantik semakin tumbuhkembangnya gerakan-gerakan serupa yang sudah
ada terlebih dahulu dan sekaligus mendorong kelompok-kelompok
masyarakat lainnya melakukan hal serupa. Pada saat aksi menabung ini menjadi
satu
isu yang terus disuarakan siapapun dan atau dikedepankan banyak orang,
maka akan terbentuk gerakan pemberdayaan masyarakat yang luas,
mulai dari satu RT, satu RW, Satu Desa, Satu Kecamatan, Satu Kabupataen dan
seterusnya dimana satu sama lain terkoneksi dan ter-integrasi. Sebab.
Mobilisasi Gerakan Menabung Rp 1000/hari yang dilakukan Dasa wisma Sledri
sesungguhnya langkah awal dari skenario besar membangun kemandirian kolektif
masyarakat. Oleh karena itu, fakta
capaian Dasawima Sledri ini bisa
meng-inspirasi dan melahirkan energi bagi lainnya untuk me-replikasi sehingga
gerakan-gerakan pemberdayaan masyarakat akan terus tumbuh dan meluas.
Ter-imajinasi andai saja gerakan menabung Rp 1000/hari ter-aplikasikan di kalangan 1 (satu) juta penduduk setiap kabupaten di seluruh
wilayah Indonesia, maka konsistensi menabung akan berimbas terkumpulnya angka
sejumlah Rp 365 Milyar dalam satu tahun. Dengan angka itu, banyak agenda
bernuansa keberdayaan masyarakat bisa dilakukan dan banyak keresahan-keresahan
yang sedang membelit kesehearian masyarakat akan ter-solusikan dengan cerdas.
Angka Rp 365 M/tahun itu sangat memungkinkan untuk melepaskan anggota
masyarakat dari jeratan rentenir yang selalu meresahkan karena menghisap dengan
kejamnya; sangat mungkin membangun
supermarket milik rakyat yang menyediakan space cukup bagi produk-produk hasil produksi dan olahan
rakyat; sangat cukup melakukan optimalisasi potensi wilayah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat;
sangat mungkin meng-create
usaha-usaha produktif yang menyerap tenaga kerja yang pasti menekan angka
pengangguran; sangat mungkin mendirikan tempat-tempat ibadah yang layak; sangat
mungkin mengentaskan kemiskinanan secara bertahap dan berkesinambungan; sangat
mungkin melanjutkan mimpi bocah yang terhenti karena himpitan ekonomi; sangat
cukup sebagai modal awal mengembalikan petani
pemilik lahan memperoleh hasil layak dari apa yang dia kerjakan; menjadi
sangat mungkin merintis ruang tepat bagi anak-anak muda
berbakat dan ; masih banyak mimpi yang bisa diraih dari terbangunnya kesadaran
masyarakat untuk ber-kolektif dalam mewujudkan kesejahteraan dalam arti luas.
Pada akhirnya, “gerakan menabung”
bukan-lah tentang seberapa banyak uang yang terkumpul, tetapi tentang
keterbangunan kesadaran dan kecerdasan menyelesaikan persoalan-persoalan hidup
yang sangat meresahkan sampai hari ini.
Pertanyaan
menariknya adalah....adakah kemauan
untuk ikut atau terlibat secara aktif dalam
meng-campaign gerakan ini di
lingkungan masing-masing?....
Andai saja mewujud gerakan kolektif semacam ini disemua sudut wilayah, maka
tidak perlu ada keresahan lagi tentang masa depan ekonomi bangsa.....
Mungkin khayal ini terlalu jauh, tetapi fikiran dan mimpi
besar-lah yang menjadi muasal kelahiran karya kecil bernama gerakan menabung Rp
1000,oo/hari ini”
Posting Komentar
.