A. Bersedih
lagi..
Persibas “bersedih
lagi”. Para supporter yang sangat haus kemenangan kecewa lagi
mendapati tim kesayangannya di habisi PSGC dengan skor telak 3-0. Tiga Gol
tanpa balas di kandang sendiri dan hal ini
melengkapi hasil buruk Persibas di sepanjang turnamen ISC.
Kekecewaan pun seperti
mencapai puncaknya, sehingga tidak sedikit yang meng-ekpresikan kekecewaannya
lewat nyanyian, status FB, Twitter dan media sosial lainnya pasca Persibas
ditekuk PSGC Ciamis di GSP (GOR Satria Purwokerto). Apapun ekspresi kekecewaan itu, sepanjang
tidak anarkis, merupakan bukti cinta dan bentuk keinginan
kuat melihat Persibas bisa berprestasi. Mereka ingin mendapati Persibas bisa
menyarangkan bola ke gawang lawan, mereka juga ingin bersorak gembira merayakan
kemenangan, mereka ingin punya alasan rasional untuk terus mencintai dan
membanggakan persibas. Adakah cinta masih terjaga di kekecewaan
yang mendalam?.
Semua sedang di uji,
mulai supporter, manajemen, pengurus, pelatih dan juga pemain. Semua sudah
memainkan peran oprimal walau hasil belum menggembirakan. Supporter sudah konsisten dengan motto “rika ora tau dewekan” dan kesetiaannya
tidak perlu ditanyakan lagi. Manajemen dan Pengurus juga sudah mencurahkan
segala kemampuan ditengah keterbatasan untuk membuat tim Persibas bisa melakoni
pertandingan demi pertandingan. Demikian juga Tim Pelatih sudah melakukan
serangkaian program dan meracik strategi.
Para pemain pun sudah berjuang habis-habisan di lapangan. Kalau demikian
adanya, mengapa hasil kurang menggembirakan ini berlangsung begitu lama?.
Persibas belum menemukan
efektivitas dan sinergitas produktif-nya. Mungkin satu kalimat itu
mewakili jawaban menyeluruh.
B. Beda
Level Beda Suasana
Persibas tercatat sebagai
tim yang baru saja promosi ke kasta Divisi Utama. Bahkan, Persibas belum sempat
mencicipi kerasnya persaingan Divisi Utama dikarenakan penundaan pegelaran
kompetisi resmi PSSI. Keikutsertaan pada kompetisi ISC menjadi ajang penjajagan
yang baik mengingat peserta ISC level B
juga merupakan klub sepak bola yang memang sudah bertengger di kasta
Divisi Utama.
Sebagai pendatang baru,
tidak bisa dipungkiri bahwa kurangnya pengalaman telah berperan membentuk hasil
yang buruk. Disisi lain, masih terbatasnya pendanaan membuat Persibas Banyumas
tidak mungkin mendatangkan pemain-pemain berkelas dan berpengalaman. Akibatnya,
sering kali mendapati kegamangan di lapangan yang mencerminkan bahwa para
pemain Persibas Banyumas masih jauh dari siap untuk bermain di level Divisi
Utama. Secara sikap dan mental, sebagian besar pemain masih jauh dari
profesional dan masih memerlukan jam terbang untuk bisa matang. Gaya bermain di
saat Persibas masih bertengger di level linus (liga nusantara) harus segera di
ubah dan profesionalisme harus segera terbangun. Persoalan besarnya adalah
“pasti” memerlukan waktu. Sementara itu, pegelaran kompetisi resmi sudah
didepan mata. So...akan kah memaksimalkan pemain yang ada saat ini dan berharap
tuah dari polesan sang Coach Gatot?. Sebagian orang berpendapat hal itu tak
mungkin dilakukan. Lemahnya penyelesaian akhir, rapuhnya pertahanan dan kurang
maksimalnya lapangan tengah, membuktikan bahwa Persibas harus mendatangkan
pemain-pemain berpengalaman pada posisi-posisi kunci. Dengan demikian, akan
terjadi tambal sulam dan sekaligus percepatan transfer pengalaman dan juga pengetahuan kepada pemain Persibas saat ini. Ini langkah
ideal walau pasti memerlukan dana yang tidak sedikit. Namun, keikutsertaan dan hasil buruk sepanjang
turnamen ISC-B menandaskan bahwa perombakan tim dan susunan pemain adalah sebuah keharusan.
C. Ekspektasi Yang Ter-edukasi
Suksesnya Persibas
Banyumas promosi ke level Divisi Utama telah mendatangkan simpati dan ompatan
daya dukung luar biasa dari supporter dan juga masyarakat Banyumas pecinta
sepak bola. Hal ini terlihat dari kehadiran penonton saat Persibas menggelar
beberapa kali pertandingan persahabatan yang puncaknya saat Persibas bermain
dengan PSIS Semarang. Namun, jumlah penonton mulai menurun secara berangsur
sejak capaian kurang menggembirakan Persibas dikeikutsertaannya di ajang Bupati Purbalingga Cup dan ajang Bupati
Banyumas Cup. Penurunan terus terjadi ketika sederetan hasil buruk dicatatkan
Persibas disepanjang turnamen ISC. Bahkan, pada satu pertandingan lalu salah
satu kelompok supporter sengaja tidak masuk stadion sebagai bentuk protes atas buruknya
prestasi Persibas Banyumas. Tulisan-tulisan
bernada “haus kemenangan” di pagar stadion dan ragam kritik diberbagai
media sosial, akhirnya membuat Coach Putut memilih mengundurkan
diri dengan alasan tidak bisa mengangkat prestasi tim. Manajemen dan pengurus
Persibas pun berupaya mendatangkan Coach Gatot yang dikenal sebagai pelatih
berpengalaman.
Dipertandingan perdana
saat melawat ke kandang Persip Pekalongan, Persibas bermain trengginas walau
kurang beruntung di hasil akhir. Perubahan gaya bermain mendatangkan apresiasi
dari supporter setia walau menurut Coach Gatot para pemain baru bisa
menjalankan instruksi pelatih sekitar 50%. Sepertinya, perubahan gaya bermain
dan transfer mindset pemain Persibas
dari pelatih lama ke pelatih baru belum massif 100%. Ironisnya, saat polesan
belum menemukan kesempurnaannya, Persibas Banyumas harus berhadapan dengan tim
mapan dan berpengalaman sekelas PSGC Ciamis. Asa supporter yang mulai terbangun
saat menyaksikan Persibas melawan Persip Pekalongan, kembali terkubur oleh fakta dimana Persibas ditekuk PSGC dengan
skor telak 3-0. Akibatnya, kekecewaan supporter pun memuncak.
Adakah kecintaan
terhadap Persibas telah mendorong harapan melebihi kadar kemampuan
Persibas dalam memainkan si kulit bundar?.
Mungkin inilah yang sebenarnya terjadi.
D. Berbenah Tidak Boleh Berhenti
Melengkapi tim dengan
pemain berpengalaman adalah salah satu cara untuk membangun Tim Persibas menjadi
kuat. Tanpa mengecilkan arti para pemain Persibas Banyumas saat ini, suntikan
pemain berpengalaman diharapkan akan mengangkat moral tim dan juga animo
supporter. Itu pula yang menjadi bagian dari prioritas program Pengurus dan
Manajemen Persibas saat ini. Disatu sisi Persibas Banyumas akan terus melakoni
3 (tiga) pertandingan sisa turnamen ISC dan disisi lain Pengurus dan Manajemen
mulai concern menyusun kerangka tim
yang akan diterjunkan pada kompetisi resmi Divisi Utama.
Persibas harus tampil
dengan pemain yang lebih fresh dan memiliki grade
skill dan pengalaman minimal selevel Divisi Utama. Jika tidak, Persibas akan
menjadi lumbung gol bagi tim-tim lawan dan kemudian ter-degradasai kembali ke
level liga nusantara (linus). Hal ini pasti tidak diinginkan siapapun. Untuk
itu, Pengurus dan Manajemen harus berfikir keras menyusun skenario pendanaan.
Hal ini mengingat sudah tidak dimungkinkannya pelibatan APBD dalam membiayai
sebuah tim Divisi Utama. Ini bukan pekerjaan
ringan, namun harus dilakukan atas nama cinta dan demi kebanggaan Wong
Banyumas.
Posting Komentar
.