WAG MENGGELAR DISKUSI KOPERASI
A. Pengantar
Hari
ini, 21 Juli 2016, bertempat di Gedung PLUT, Pimpinan Dekopinda Banyumas
melibatkan diri dalam satu diskusi koperasi yang di inisiasi oleh WAG (Whatsapp
Grup). Ada hal menarik pegelaran diskusi ini, sebab muasal keterselenggaraannya
berawal dari diskusi intens perkoperasian dalam group whatapp yang diberi nama EKONOMI-KOPERASI BANYUMAS. Group ini
pertama kali diinisiasi oleh Mas Firdaus selaku Direktur Kopkun Institute dan
kemudian memasukkan insan-insan yang memiliki ketertarikan dan juga kepedulian
terhadap persoalan-persoalan ekonomi, khususnya perkoperasian. Sampai detik
ini, keanggotaan WAG ini tercatat sejumlah 138 orang.
Diskusi
kali ini bertajuk “kopi darat” dan
bersifat gratis. Pegelaran Kopi darat ini merupakan yang kedua kali dan setiap
kopi darat menghadirkan nara sumber yang diistilahkan dengan pemantik
diskusi. Kopi darat kali ini menghadirkan 2 (dua) pemantik, yaitu;
(1) Ibu Endah Isdy dari KOWAPI (Koperasi
Wanita Pengusaha Indonesia) Banyumas dan; (2)
Bapak Untung Siswanto dari KOGAT, sebuah koperasi beranggotakan para guru-guru
SD. 2 (dua) koperasi ini begitu menginspirasi
B. Testimoni Tentang Kowapi Banyumas.
Testimoni
tentang Kowapi Banyumas disampaikan langsung oleh sang ketua fenomenal yang
juga menginisiasi revolusi pengelolaan Kowapi, Ibu Isdiy. Sedikit tentang profile
Ibu Isdi, sejak masih berstatus sebagai mahasiswi, beliau sudah aktif
menggeluti dunia wirausaha.Beliau juga pernah menjadi Dosen luar biasa di UMP
dan Unsoed. Selama 4 (empat) tahun
mengikuti suami menyelesaikan studi di Prancis, beliau juga tidak bisa diam.
Talenta wirausaha yang melekat pada dirinya membawa dirinya sukses menjalankan bisnis
tempe yang hasilnya cukup fantastic, yaitu bisa membawa dirinya dan keluarga menjalankan
umroh ke tanah suci Makkah. Sepulang dari Prancis, beliau kembali menggeluti
tempe dengan label “tempe prancis”. Penamaan tempe ini sengaja dibuat demikian
agar lebih marketable. Disamping itu,
penamaan ini juga bagian dari cara beliau mengenang perjuangannya saat di
Prancis. Beliau juga memproduksi VCO Trian Bian dan sempat booming dan
membuatnya bisa membeli mobil. Saat VCO Trian Bian mencapai titik klimak,
kemudian beliau beralih pada aktivitas bisnis yang lain. Tahun 2001, beliau tercatat menjadi pengurus Kowapi Kabupaten Banyumas.
Beliau mulai melibatkan diri sebagai pengurus saat Kowapi masih berstatus pra-koperasi
dan bermodalkan Rp 5 (lima) juta dengan jumlah anggota saat itu 30 (tiga puluh)
orang. Melengkapi legalitas adalah prioritas utama dengan maksud operasionalisasinya
memiliki dasar hukum yang kuat. Selanjutnya, Kowapi mulai melakukan langkah
lanjutan penataan ke dalam, seperti pendisiplinan anggota dan menumbuhkan
jumlah anggota secara kuantitas yang diikuti dengan kualitas melalui pendidikan.
Mengikuti
pelatihan perkoperasian satu minggu di Malang menjadi lompatan inspirasi. Mereka bertekad untuk mengembangan simpan
pinjam berbasis tanggung renteng. Dala perjalanan awalnya, dari 50 (lima puluh) orang anggota, 30 (tiga
puluh) orang siap untuk aplikasi sistem tanggung
renteng dan sisanya masih belum siap alias menolak. Walau ada penolakan
disebagian anggota, namun sistem tanggung renteng ini tetap dijalankan.
Keyakinan akan dampak kebaikan dari sistem tanggung renteng dijadikan sebagai
motivasi untuk menjalankannya.
Secara
prinsip, tanggung renteng ini menekankan pada 2 (dua) hal, yaitu : Tata
nilai dan sistem. Tata nilai adalah satu kebersamaan yang didalamnya
ada kebersamaan, keterbukaan, saling percaya, disiplin dan tanggungjawab. Dari
nilai-nilai pokok tersebut memantik adanya saling bantu, kekeluargaan, rela
berkorban, jujur, saling menghormati, kerjasama, kesabaran, komunikatif, tidak
egois dan lain-lain. Sementara itu, sistem terdiri dari peraturan yang
disepakati dan dijalankan oleh segenap unsur organisasi. Secara prinsip, “Tanggungrenteng berhasil apabila mampu
membuat pola pertumbuhan positif yang sinergi antara pengorganisasian (termasuk
didalamnya anggota) dan keuangan koperasi”. Intinya, amankan aset
koperasi; mempertinggi rasa kekeluargaan
dan kegotongroyongan; memunculkan
keberanian anggota untuk mengemukakan pendapat dan keterbukaan;
tumbuhkembangnya disiplin diri, tanggungjawab dan harga diri anggota dan;
munculnya kader-kader potensial
merupakan tujuan akhir sari sebuah sistem tanggungrenteng.
“Buatlah
sesuatu yang berbeda maka akan dikejar”, motto pribadi beliau ini
sukses di delivered ke dalam keseharian Kowapi sehingga eksis sebagai
Kowapi terbesar se Jawa Tengah. Beliau
juga sudah diangerahi sebagai tokoh penggerak koperasi oleh Kementrian Koperasi
dan UMKM RI. Sekedar gambaran capaian,
kalau di 2001 modal koperasi ini baru Rp 5 juta, saat ini sudah hampir
menyentuh angka Rp 7M. Sebuah kinerja kolektif yang fantastic. Dalam urusan
kepedulian, KOWAPI ini patut diacungi jempol. Di Ramadhan 1437 H yang lalu,
KOWAPI menggelar acara buka puasa bersama dengan 1000 anak yatim piatu dari
berbagai sudut seantero Banyumas.
C. Apresiasi
Inisiasi
penyelenggaraan diskusi ini layak di apresiaste. Banyaknya peserta yang hadir
merupakan sebuah indikator dan sekaligus harapan masih banyak anggota masyarakat
yang memiliki kepedulian terhadap perkoperasian. Hal ini juga terlihat dari
peserta yang hadir mula dari kalangan praktisi, akademisi, pengamat dan pelaku
ekonomi lainnya.
Acungan
jempol juga layak disematkan pada KOWAPI yang sukses membangun satu karya yang
begitu meng-inspirasi. Kumpulan ibu-ibu pengusaha ini telah melahirkan satu
karya fenomenal dan berhasil menunjukkan bukti nyata dari dahsyat-nya sebuah kebersamaan
yang terjaga dan terus tumbuh.
Posting Komentar
.