“BERKEMAUAN” dan “SALING PERCAYA”
SEBAGAI MODAL KOPERASI
BERPERAN STRATEGIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
(dalam tinjauan mikro)
A. Pendahuluan
Dalam
cita-cita besarnya, koperasi ingin
menjadi sokoguru dan memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi. Nalar
konsepsi koperasi untuk memainkan peran strategis sesungguhnya sangat logis
diharapkan. Kalau kemudian realitasnya masih jauh dari mimpi besarnya,
kesalahan tidak terletak pada konsepsinya, tetapi belum tertemukannya cara
efektif dalam men-drive konsespi ke dalam dataran realitas.
Dalam
tinjauan spirit perjuangan koperasi yang menjunjung tinggi kemandirian kolektif,
mempersalahkan atau meng-evaluasi efektivitas regulasi pun kurang bijak
sebab keberdayaan koperasi sesungguhnya imbas dari kemampuan internalnya
membangun kapasitas organisasi yang berimbas pada pertumbuhan perusahaan
koperasi. Kalau kemudian perusahaan koperasi belum bisa bersanding atau bahkan
bersaing dengan pelaku ekonomi lain, fakta semacam itu sebagai akibat
logis dari kebelum-mampuan koperasi
membangun manajemen profesional yang bisa menghadirkan efisiensi, efektivitas
dan produktivitas. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau koperasi masih
jauh tertinggal dengan pelaku ekonomi lain dan perannya dalam percaturan
ekonomi masih belum signifikan.
B. Nilai Beda Sebagai
Inspirasi
Secara
makro, semangat untuk terus berharap koperasi mencapai titik idealnya harus
tetap dipelihara dan ditumbuhkembangkan. Upaya-upaya konstruktif dan sistematis
harus dilakukan sehingga koperasi merangkak secara bertahap mencapai titik
mampunya. Pada masing-masing koperasi perlu ada semangat untuk saling
menauladani sehingga secara bertahap dan berkesinambungan. Akumulasi
pertumbuhan dan perkembangan masing-masing koperasi membentuk keberdayaan
secara statistik makro ekonomi. .
Sementara
itu, dalam tinjauan mikro, koperasi harus berbenah dan berjalan sebagaimana
koperasi seharusnya. Koperasi jangan sampai meninggalkan dan atau bahkan
menanggalkan jati dirinya dan kemudian terjebak pada praktek keliru. Jati Diri koperasi harus dijadikan pembeda
dan sekaligus inspirasi dalam menemukan dan mengembangkan “kreativitas cara” guna
mencapa efektivitas. Hal ini perlu ditandaskan mengingat operasionalisasi mayoritas
organisasi dan perusahaan koperasi lemah secara filosopis. Mayoritas pelaku/praktisi
koperasi masih terjebak pada pemaknaan koperasi semata-mata sebagai sebuah perusahaan
yang fokus pada pertumbuhan modal dan laba (baca: SHU) sehingga seringkali bertindak sebagaimana
perusahaan-perusahaan non-koperasi. Ironisnya, laju kreativitas koperasi masih
tertinggal jauh sehingga menjadikan koperasi tidak menarik dijadikan
sebagai tempat men-transaksikan kebutuhan masyarakat, khususnya para anggota
yang notabene adalah pemilik koperasi itu sendiri.
Untuk itu,
pemaknaan koperasi sebagai kumpulan
orang yang berposisi tidak saja sebagai pemilik tetapi juga sekaligus
sebagai pengguna jasa, harus dijadikan dasar keberadaan setiap orang yang masuk
dalam barisan koperasi. Dalam semangat berdiri sama tinggi dan duduk sama
rendah, orang-orang di koperasi seharusnya menyelenggarakan agenda duduk
bersama minimal untuk: (i) merumuskan “cita-cita bersama” dan
kemudian; (ii) “berbagi peran efektif” dalam mencapainya. 2 (dua) tahap
kebersamaan produktif inilah letak titik
krusial dan muasal eksis, tumbuh dan kembangnya sebuah koperasi. Koperasi
harus didorong pada logika ke-kita-an yang melahirkan semangat
penyatuan potensi dan sumberdaya sehingga terbentuk akumulasi yang menjadi modal penting dalam memproduksi makna dan
manfaat dari berkoperasi. Sementara itu “trust” yang terbangun dan tumbuh
dari interaksi yang tulus menjadi penjaga efektif kebersamaan dalam koperasi.
C. Koperasi Itu Tentang
Ke-Kita-an
Untuk tujuan
itu, koperasi harus mendidik anggotanya sehingga terbentuk kapasitas dan
karakter yang akan berpengaruh pada kualitas aspirasi dan demokasi dalam
koperasi. Koperasi harus mencerdaskan anggotanya sehingga terbentuk keyakinan
kuat dan kesadaran penuh bahwa bersama-sama dan saling bahu
membahu adalah cara untuk mendatangkan kehidupan yang lebih baik dan
berpengharapan. Oleh karena itu, keterbangunan orang adalah kunci
membangun sebuah koperasi. Ke-Kita-an yang terbangun dalam koperasi
sesungguhnya adalah imbas dari efektivitas pendidikan yang
diselenggarakan koperasi kepada segenap anggotanya. Ke-kita-an tidak sebatas tergiring masuk ke dalam
barisan koperasi, tetapi juga mendorong kesadaran untuk melakukan
tindakan-tindakan produktif, baik dalam tujuan mendatangkan kemanfaatan bagi
dirinya (baca: anggota) maupun dalam tujuan membesarkan perusahaan
koperasi.
D. Koperasi berawal Dari
Kemauan
Concern koperasi
membangun orang-orang didalamnya melalui pendidikan yang diaplikasikan lewat
ragam metode sesuai dengan karakter dan kebutuhan. Keterbangunan ragam unit
layanan (baca: perusahaan) adalah imbas dari efektivitas pendidikan yang
berbuah kesadaran. Kala pendidikan berhasil menyadarkan betapa penting menabung
akan melahirkan akumulasi uang yang bisa di manfaatkan untuk membiayai jalannya
organisasi dan perusahaan. Saat anggota menyadari bahwa perlu adanya pemberian
pinjaman dengan tingkat jasa/margin rendah pasca keterkumpulan akumulasi
simpanan anggota, maka hal ini akan mendorong lahirnya unit layanan simpan
pinjam. Pada saat mayoritas asprasi anggota menginginkan bisa memperoleh barang
kebutuhan sehari-hari dengan harga yang lebih efisien, maka hal itu menjadi
inspirasi kelahiran unit layanan toko koperasi. Kala anggota melihat ada
potensi lokal yang mungkin dikerjakan koperasi bersama anggotnya, maka hal ini
bisa mendorong koperasi mem-produksi sesuatu. Demikian seterusnya sehingga
perusahaan koperasi tumbuh seiring dengan aspirasi dan kebutuhan anggotanya
dengan tetap berpegang teguh pada azas subsidiary. Azas subsisdiary yang
dimaksud adalah “apa-apa yang bisa dikerjakan anggota sebaiknya
tidak dikerjakan koperasi dan apa-apa yang
tidak bisa dikerjakan anggota, itulah sebaiknya yang dikerjakan koperasi”.
Kecerdasan
aspirasi semacam itu adalah buah dari pendidikan. Atas dasar itu pula , bila
koperasi ingin menjadi perusahaan besar dan berpengaruh pada percaturan
ekonomi, maka koperasi harus terus menerus mencerdaskan anggotanya sehingga
melahirkan “kemauan” untuk terus mengembangkan makna-makna
kebersamaan.
E. Pertumbuhan Anggota
Sebagai Sumber Efisiensi Kolektif
Salah
satu prinsip koperasi adalah “keanggotaan
sukarela dan terbuka”. Pada koperasi-koperasi yang concern aktivitas
perusahaannya berbasis konsumsi, maka pertumbuhan jumlah anggota adalah sumber
efisiensi sebab semakin besarnya angka pembagi dari biaya operasional organisasi dan
perusahaan. Inilah yang disebut dengan efisiensi kolektif, yaitu efisiensi yang
disebabkan oleh semakin banyaknya orang yang menanggung pembiayaan. Demikian
juga pada koperasi yang beranggotakan para pengrajin, melalui “join
buying” bahan baku akan mendapatkan harga lebih murah sehingga usaha
anggota semakin mampu bersaing dengan pelaku usaha sejenis. Pada pemenuhan
kebutuhan sehari-hari juga demikian, dimana semakin banyak kuantitas yang
dibeli kepada suplier akan membuat semakin murah harganya. Inilah yang kemudian
makna kebersamaan berlabel produktif dalam koperasi. Untuk itu, pertumbuhan
anggota seharusnya dimaknai sebagai potensi perluasan kebermaknaan berkoperasi
yang bisa dirasakan setiap orang dan disisi lain juga berpotensi membesarkan
perusahaan koperasi.
Kesadaran
akan hal ini pun perlu diedukasikan kepada segenap anggota. Dengan demikian,
setiap anggota akan berpartisipasi aktif untuk menumbuhkan kuantitas
keanggotaan koperasi. Semua akan saling menjaga agar setiap orang tetap dalam
lingkar koperasi, sebab kehilangan satu orang anggota bermakna pelemahan
kekuatan koperasi.
F. Berjejaring Sebagai
Strategi Perkuatan
Hakekat
koperasi itu adalah kerjasama yang dilandasi saling percaya. Kerjasama yang
dilakukan tidak sebatas pada anggotanya saja, tetapi koperasi bisa
mengembangkan kerjasama dengan pihak-pihak lain sepanjang tidak mencederai
otonominya. Artinya, kerjasama yang dikembangkan harus bersifat mutual/saling
menguntungkan sehingga anggota mendapat manfaat nyata dari kerjasama
yang dilakukan koperasi secara kelembagaan. Kerjasama ini bisa dengan koperasi
lainnya dan bisa juga dengan pelaku usaha lainnya sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan yang berlaku dan norma kesusilaan. Untuk tujuan itu, mengingat
kerjasama berawal “saling percaya”, maka koperasi harus terlebih dahulu
mewujudkan dirinya sebagai koperasi yang layak dan potensial. Track record baik harus dijadikan modal
awal untuk duduk bersama mendiskusikan aganeda-agenda yang potensi untuk
dikerjasamakan. Jika sebuah koperasi tidak memiliki rekam jejak kebaikan, maka
dipastikan sulit untuk mengajak pihak manapun untuk bekerjasama. Sebaliknya,
kala koperasi bisa tumbuh dan berkembang maka semua pihak berharap
berkesempatan bisa bekerjasama. Oleh karena itu, koperasi harus membangun
sistem kerja yang memungkinkannya memiliki rekam jejak karya yang menggembirakan.
Sistem kerja koperasi harus profesional dan melibatkan para profesional
dibidangnya masing-masing.
G. Menakar Potensi Koperasi
Berkembang dan Berpengaruh Signifikan
“Tumbuh
dan berkembang” adalah hadiah dari kesabaran dan kecerdasan berproses. Koperasi
tidak bisa dikembangkan secara instan, tetapi melalui tahapan-tahapan
berkelanjutan. Oleh karena itu, kunci awalnya terletak pada kemauan.
Kala kemauan ada untuk menumbuhkembangkan koperasi, maka peluang mendekati
impian akan datang seiring dengan proses yang terus berjalan secara konsisten.
Bicara
tentang “kemauan berkoperasi”, hal ini bisa lahir dari kesadaran dahsyatnya
kebersamaan dan bisa juga karena adanya bukti nyata atau contoh sukses berkoperasi. Disinilah para pioner dan pejuang
perlu merumuskan strategi efektif
sehingga koperasi terus tumbuh dan berkembang secara internal dan berpengaruh pada kehidupan perekonomian. Lewat
karya nyata yang terus tumbuh dan berkembang dan diikuti dengan fakta luasnya
kemanfaatan berkoperasi yang bisa dirasakan anggota, apresiasi masyarakat akan
lahir dan kemauan berkoperasi akan tumbuh.
Mereferensi
ada alinea sebelumnya, tidak berlebihan untuk menyimpulkan bahwa potensi
koperasi berkembang dan atau berpengaruh signifikan dalam kehidupan pereknomian
sesunggunya terbuka besar dan sangat tergantung kemauan untuk memulai dan
mentahapi proses secara bertahap dan berkesinambungan. Dengan demikian, kalau
ada fakta koperasi masih belum berkembang, maka perlu melakukan kontemplasi
mendalam guna menemukan persoalan yang menjadi faktor penghambat dan kemudian
diikuti kemauan mentahapi setiap langkahnya dengan sabar dan
sungguh-sungguh.
H. Penghujung
Nalar
konsepsi koperasi yang sangat rasional leading dalam percaturan ekonomi
selayaknya menjadi inspirasi energi untuk memperjuangkannya. Disisi lain,
pembangunan perusahaan koperasi yang selalu diawali dengan pembangunan orang-orang didalamnya
menegaskan koperasi lekat dengan media pencerdasan masyarakat
membuatnya menjadi sejalan dengan cita-cita pembangunan nasional khususnya dalam
pembangunan manusia Indonesia dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Pertanyaan
mendasarnya adalah adakah “kemauan” memulai dan berproses
hingga koperasi terbukti sebagai sokoguru perekonomian?. Semoga pertanyaan ini
menjadi semacam pemantik untuk memperjuangkannya.
Posting Komentar
.