KETIKA 2 (DUA) PELUANG KEBAIKAN ITU DIHADIRKAN....
PENGANTAR
Di Hari Jum'at penuh barokah, Redaksi Blog arsadcorner sangat berbahagia mendapat kesempatan menyajikan satu tulisan
berisi kisah nyata inspiratif. Mohon maaf, nama dan tempat kejadian tidak
didetailkan atas permintaan yang bersangkutan. Semoga penyajian kisah ini
mendatangkan kebaikan, khususnya di Jum’at yang sering digaungkan penuh
barokah.
2 (DUA) PELUANG YANG
TERSAJIKAN
Setelah
beberapa menit berhenti di lampu merah, ku tekan pedal gas untuk melanjutkan
perjalanan. Baru melaju sekitar 200 meter-an, ada 2 (dua) orang melambaikan
tangan seolah seperti mau ikut menumpang. Ku coba lihat spion, tak kudapati ada
angkutan kota di belakang kendaraanku. “Berarti
kedua orang itu memang berharap aku memberi tumpangan”, fikirku. Aku pun
menginjak pedal rem dan perlahan meminggir dan kemudian berhenti walau sudah
melewati posisi kedua orang itu saat melambaikan tangannya hampir 25 (dua puluh
lima) meter-an. Ku toleh kebelakang dan kulihat kedua orang itu bergegas menuju
posisiku berhenti. Setelah kutanya, ternyata tujuan mereka searah dengan
tujuanku. Kedua insan berlain jenis kelamin itu pun naik dan duduk di Jok
Belakang dan kemudian kupacu lagi kendaraanku pada kecepatan standar. Sambil
nyetir, ku coba menyapa mereka sambil mencari jawab atas kepenasaranku yang
menduga kedua orang ini adalah karyawan/ti karena memakai seragam hitam putih. Ternyata benar, mereka sedang training dan baru memasuki minggu ke-4 (empat) di sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang pemasaran alat kesehatan. “Belum gajian dong?”,
celotehku meledek sambil tetap fokus dengan setiran. “Iya Pak dan memang kami tidak digaji selama masa training” , jawab
salah satu dari mereka dengan polos. Ku tanya lagi, “apa eslama masa training kalian tidak boleh naik kendaraan umum?”.
Boleh saja sih pak, tapi biar ngirit biasanya kami cari tumpangan gratis pak.
Apalagi kami dari kampung ke sini tidak bawa bekal yang banyak sehingga harus
bisa survive sampai tiba waktunya memiliki penghasilan. Jawab nya penuh
semangat gempita. Sepertinya trainer perusahaan tempat mereka bekerja cukup
cerdas memasukkan doktrin atau semacam bius motivasi hingga kedua anak ini
tampak begitu bersemangat menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Terlepas
benar atau salah pola industrialis antara perusahaan dan mereka selaku
karyawan/ti, semangat juang kedua anak yang baru lulus SLTA ini layak
diapresiasi. Kalimat-kalimatnya selalu bernada optimis dan semangat juang yang
menyala. Sepertinya gambaran cerah masa depan ada diimajinasi kedua anak ini.
Kuledekin lagi mereka saat hampir sampai di tujuan, “trus nanti kalian
pulangnya gimana ke base camp/kantor kalau ndak pegang uang?”. Pertanyaan tu
langsung saja disambar dengan jawaban dengan rnada begitu tenang, “ liat nanti
pak, kalau ndak bisa ikut temen, cari tumpangan gratis lagi”. Sedikit kagum dengan jawaban itu. Aku pun
berinisiatif merogoh kantong dan kudapati selembar biru dan langsung aja ku
berikan kepada 2 (dua) anak ini. Awalnya mereka menolak, namun ku tandaskan
pada mereka bahwa walau belum berhasil dan sukses, aku pun pernah seperti
mereka. Aku semangati mereka dan mengatakan bahwa keyakinanku begitu besar kalau
mereka berdua akan mendulang kesuksesan. Kedua anak ini pun menerima selembar
biru sambik berbinar-binar. Sesaat kemudian mereka berpamitan sambil
bersalaman. Sesudah mereka berlalu, aku pun melanjutkan perjalanan ke tujuan
awalku.
Kudapati
parkiran penuh. Alhamdulillah setelah mengitari area berhasil menemukan satu space kosong yang cukup untuk ukuran
kendaraanku. Setelah memarkirkan kendaraan dengan rapih, seseorang yang cukup ku
kenal nyamperin dan berkisah tentang kepusingannya karena anaknya belum bayar
SPP sudah 5 (lima) bulan. Padahal, ujian
kenaikan kelas sudah dekat dan tak mungkin bisa ikut ujian bila belum melunasi
SPP nya. Sebenarnya, biaya sekolah puteri kesayangannya itu ditanggung oleh seorang
pengusaha yang juga ku kenal. Namun, karena Sang Pengusaha tidak pernah
menanyakan, beliau rikuh/segan untuk menyampaikan tentang hal ini. Saya mencoba
menghibur dan mengatakan mungkin Sang Pengusaha banyak fikiran dan kerjaan
sehingga lupa. Namun, tak elok juga kalau kemudian aku mengingatkan Sang
Pengusaha tersebut. Namun, mengingat waktu yang begitu sempit, keterpenuhan SPP
ini tergolong Emergency. Apalagi, pihak sekolah sudah mengingatkan puterinya
secara lisan. Tentu hal itu mengganggu psikologi puterinya dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar di sekolah dan juga mempengaruhi persiapannya menghadapi ujian itu.
Aku
bisa membayangkan perasaannya sebagai seorang ayah. Aku juga bisa membayangkan apa
yang dirasakan puterinya. Aku mengetahui banyak tentang prestasi puteri dari
kawan satu ini. 3 (tiga) besar tidak pernah luput dari jejak capaiannya. Anak
ini sungguh luar biasa dan ketabahannya atas ragam keterbatasan membuatnya tetap
bersemangat untuk mengukit prestasi. Tapi “solusi harus ada”, kalimat itu
kemudian membenakku begitu kuat. Sepertinya ini cara Tuhan memberi kesempatan untuk
berbuat sesuatu. Alhamdulillah, atas izin Allah persoalan selesai dan solusi
tertemukan. Aku melihat mata berkaca-kaca dari seorang ayah yang sedang bahagia itu dengan
jelas saat solusi tertemukan. Subhanallah...ada perasaan yang tak terceritakan.
Aku terhenyak sesaat dan tak bisa berkata-kata. Aku merasakan getar bahagia itu
saat bersalaman sebelum aku beranjak menuju ruang kerja.
Terima
kasih Tuhan telah diberi kesempatan membahagiakan sahabat satu ini. Semoga ini
bentuk kepercayaan dari-Mu dan juga pertanda baik dikehidupanku. Kalimat bernada
syukur dan do’a itu memungkas di benakku sebelum mulai berjibaku dengan segudang
pekerjaan dan tugas.
MENG-HIKMAH
Kisah
ini bukan tentang kebanggaan, tetapi tentang kebahagiaan atas kesempatan yang
disajikan Tuhan untuk berbuat baik. Ini bukan tentang kesombongan atau riya,
tetapi ajakan memaksimalkan peluang kebaikan kala dihadirkan atau disajikan
Sang Penguasa. Tak semua diberi kesempatan untuk melakukannya. Begitu banyak
mobil yang melintas dijalan itu, mengapa mobil beliau yang dipilih oleh 2 (dua)
orang karyawan/ti itu. Begitu banyak orang disekitar yang bisa diajak curhat, mengapa pula beliau yang
dipilihnya sebagai teman berbagi kesedihan. Tentu banyak hikmah dalam kisah ini
yang bisa diambil.
Satu
hal yang perlu ditandaskan, tidak ada hebatnya berbuat baik, sebab berbuat baik
itu adalah kebutuhan. Sebab, berbuat baik itu adalah media untuk lebih
diperhatikan dan disayang Tuhan.
Semoga
penulisan kisah ini berujung dengan ragam hikmah sebagaimana niat awal
penulisannya d Blog ini. Semoga penulis dan juga pembaca dipernahkan Tuhan dengan ragam kesempatan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang mempertegas kebermaknaan diri. Amin Ya Robbal 'Alamin
Alhamdulillah....
Jum’at Penuh
Barokah
+ komentar + 2 komentar
Terkadang kita D beri kesempatan oleh Allah Tuk Raih pahala..
Tp Kita anggp beban
Sehingga amal baik tak teraih,
"Tulisan ini kembali mengingtkn bahwa kesempatn dr Allah jangn disia-siakn"thanks My big brother...
Terkadang kita D beri kesempatan oleh Allah Tuk Raih pahala..
Tp Kita anggp beban
Sehingga amal baik tak teraih,
"Tulisan ini kembali mengingtkn bahwa kesempatn dr Allah jangn disia-siakn"thanks My big brother...
Posting Komentar
.