MEM-PERSEPSI dan ME-MAKNA KOPERASI
Sebagai
Inspirasi Pemberdayaan Masyarakat
Prolog
Ini bukan pertama kali penulis hadir mengisi acara seminar. Namun, ada sebuah perasaan excited ketika komunitas ini mengundang berdiskusi tentang pemberdayaan yang di format dalam acara seminar sehari. Mungkin saja, hal ini pertama kali bagi penulis berdiskusi dengan komunitas ini. Disisi lain, ada kebahagiaan tersendiri ketika komunitas Budha ini mulai melihat dan meyakini koperasi sebagai jalan untuk pemberdayaan ekonomi, sosial dan budaya.
Ada satu yang menarik untuk menjadi catatan atas pegelaran seminar dimana penerimaan nilai-nilai universal koperasi kian meluas. Hal ini juga menandaskan efektivitas penyuaraan koperasi ke kantong-kantong yang memperjuang pemberdayaan mulai menemukan efektivitasnya.
Ada satu yang menarik untuk menjadi catatan atas pegelaran seminar dimana penerimaan nilai-nilai universal koperasi kian meluas. Hal ini juga menandaskan efektivitas penyuaraan koperasi ke kantong-kantong yang memperjuang pemberdayaan mulai menemukan efektivitasnya.
A. Menilik Sejarah
Kelahiran
koperasi pertama di dunia bermula dari keinginan kaum buruh pabrik yang
tertindas oleh keserakahan pemilik modal yang hanya mementingkan pertumbuhan modalnya. Ketidakberdayaan akud
kemudian meng-inspirasi terbangunnya kesadaran memperkuat diri dalam judul memperbaiki
nasib. Melalui kebersamaan dan penyatuan potensi, mereka berhasil
meningkatkan pendapatan riil dimana dengan nominal serupa bisa menjadikan lebih banyak kebutuhan terpenuhi.
Singkatnya,
Success Story dari apa yang mereka
lakukan selanjutnya meng-inspirasi banyak orang untuk melakukan hal serupa. Kian
lama seiring berjalannya waktu, koperasi kemudian menjadi satu bentuk yang
diyakini sebagai alat perjuangan untuk merubah nasib. Perkembangan selanjutnya
pun menunjukkan gairah ber-koperasi di dunia terus mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Catatan emasnya, PBB
selaku induk organisasi dunia menetapkan tahun 2012 sebagai tahun koperasi
dunia. Uniknya, thema yang diambil adalah “cooperative’s entreprise build better world”
yang dalam terjemahan bebas menjadi “perusahaan koperasi membangun dunia menjadi
lebih baik”. Ada yang menarik dari pemilihan thema ini yaitu penggunaan
“better world” atau “dunia yang lebih
baik”. Telusur atas hal ini ternyata di latarbelakangi bahwa praktek perusahaan
koperasi di berbagai belahan dunia memiliki nilai beda nyta yang
tidak mungkin didapat pada perusahaan-perusahaan perseorangan, PT, Firma dan
lain sebagainya. Praktek perusahaan koperasi mencerminkan adanya titik tekan
pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan hasil pembangunan karakter
manusia yang dilakukan secara terus menerus seperti keadilan ekonomi, pemerataan
kesempatan berusaha, anti eksploitasi manusia, kesejahteraan kolektif, menolong
diri sendiri dan lain sebagainya yang kesemuanya menjadikan koperasi efektif
sebagai alat perjuangan kemanusiaan dan bahkan perdamaian dunia.
B. menilik Defenisi

1.
Koperasi adalah kumpulan orang. Hal
ini menegasikan pemahaman kebanyakan orang yang masih memandang koperasi
sebagai kumpulan modal layaknya UD, CV,PT dan lain sebagainya. Sebagai kumpulan
orang, koperasi menempatkan orang sebagai penentu dan memposisikan modal
sebagai alat bantu (Just Servant).
Nalar ini lah yang kemudian menggiring koperasi menganut sistem one man one vote (satu orang satu suara)
dan bukan
luluh pada sistem one share one vote (satu saham satu
suara). Dalam pemaknaan radikalnya, seberapapun modal seseorang di koperasi,
tidak kemudian menjadikannya dominan dan lebih berhak menentukan arah jalannya
koperasi.
2.
memenuhi “aspirasi dan kebutuhan
ekonomi,sosial dan budaya” sebagi tujuan. Aspirasi dan
kebutuhan adalah muasal kelahiran aktivitas-aktivitas produktif koperasi yang
tidak hanya sebatas urusan ekonomi, tetapi juga sosial dan budaya yang kemudian
ter-integrasi dalam satu tujuan, yaitu “sejahtera”. Lewat proses komunikasi intensif
diantara unsur organisasi selanjutnya terbangun kesepakatan-kesepakatan tentang
apa yang akan dilakukan bersama-sama untuk kepentingan bersama.
3.
Perusahaan sebagai media. Perusahaan
dalam koperasi adalah media atau sarana bagi pemenuhan
aspirasi dan kebutuhan-kebutuhan anggota. Dinamika aspirasi akan menjadi
bentuk pengendalian secara demokratis anggota atas jalannya perusahaan yang
mereka miliki bersama. Pada titik inilah fungsi ganda anggota sebagai owner
(pemilik) dan juga Customer (pelanggan) menjadi sangat berpengaruh dalam
perjalanan sebuah koperasi.
Berkoperasi
itu sama dengan ikrar hidup bersama. Berkoperasi itu bukan
sebatas mencari manfaat, tetapi bersama-sama menciptakan manfaat yang bisa
dinikmati bersama melalui penyatuan potensi dan bakat segenap insan yang
berhimpun. Namun, penyatuan potensi dan bakat tidak akan pernah terjadi bila
antara satu dengan lainnya tidak saling percaya yang diikuti keyakinan bahwa saling
mendukung merupakan cara terbaik untuk bisa menolong diri sendiri
dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan bersama.
Disamping
itu, persepsi sama dan rasionalitas ekspektasi
perlu dibangun bagi setiap insan yang akan bergabung melalui penyelenggaraan pendidikan
perkoperasian. Persepsi sama ini selanjutnya mendorong tumbuhkembangnya
kesadaran setiap orang melakukan pembelaan terhadap koperasi melalui
ragam aksi produktif, seperti bertransaksi dan aktif menyumbangkan ide dan
gagasan bagi pengembangan koperasi. Disamping itu, kualitas outpus proses pendidikan
yang diselenggarakan koperasi juga sangat menentukan kualitas ber-gagasan dan
juga ber-demokrasi dalam koperasi.
C. Berkoperasi Itu Identik “Menolong
Diri Sendiri”

1.
Kala seseorang bergabung dalam
koperasi dimana didalamnya terdapat kumpulan orang yang beragam karakter dan
latarbelakang, sesungguhnya dirinya sedang mengembangkan koneksitas dan
interaksi produktif yang akan mempengaruhi dirinya secara kejiwaan dan juga
kehidupan sosial dan budayanya.
2.
kala seorang anggota menabung di
koperasi , sesungguhnya dirinya sedang belajar mendisiplinkan diri dalam
pengelolaan pendapatan. Disamping itu juga membangun kebijaksanaan pada dirinya
bahwa saat dia menabung identik dengan membantu anggota lain yang sedang
membutuhkan pinjaman.
3.
Kala seorang anggota meminjam,
sesungguhnya dirinya sedang menolong dirinya untuk menyelesaikan kebutuhannya,
seperti pengadaan kendaraan untuk transportasi, investasi untuk kepentingan
masa depan dan lain sebagainya.
4.
Kala seorang anggota membelanjakan
kebutuhannya di toko koperasi, sesungguhnya anggota tersebut sedang membentuk
efisiensi kolektif sehingga memperoleh harga yang lebih murah dan atau
mendapatkan barang yang lebih banyak dengan jumlah uang yang sama bila
dibelanjakan di toko yang lain.
5.
dan lain sebagainya
Penjelasan
dan abstraksi diatas menegaskan bahwa dalam wadah kebersamaan bernama koperasi,
sesungguhnya seseorang berkoperasi identik dengan menolong diri sendiri melalui “kebersamaan”. Kebersamaan
dalam koperasi harus dimobilisasi sedemikian rupa sehingga semua orang merasa diperhatikan dan dipedulikan serta
bangga menjadi bagian dari koperasi. Perasaan semacam itu diyakini akan
mendorong kemauan untuk berpartisipasi dan mengambil tanggungjawab ikut
membesarkan perusahaan koperasi, sebab setiap tindakan anggota berlandaskan
kesadaran dan keyakinan bahwa setiap berpartisipasi di koperasi bermakna 2
(dua) hal sekaligus, yaitu: (1) menolong diri sendiri dan juga: (2) membesarkan
perusahaan koperasi.
D. Menilik Azas
Subsidiary Dalam Koperasi

Berkaitan
dengan luas dan jenis aktivitas perusahaan, koperasi mengenal azas
subsidiary. Azas ini menegaskan bahwa “ apa-apa
yang bisa dikerjakan anggota, sebaiknya tidak dikerjakan oleh koperasi.
Sebaliknya, apa-apa yang tidak bisa atau tidak mungkin dikerjakan oleh anggota,
itulah yang dikerjakan koperasi”. Pada Azas ini terkandung beberapa hal
yang antara lain dijelaskan berikut ini :
1.
Perlu adanya relevansi saling mendukung
antara apa yang dikerjakan atau dibutuhkan anggota dengan apa yang dikerjakan
oleh koperasi.
2.
Diharapkan adanya fungsi supporting
antara dari aktivitas yang dikerjakan koperasi dengan apa yang dikerjakan oleh
anggota.
3.
Koperasi merupakan organisasi yang
lekat dengan aspek pemberdayaan.
Aktivitas-aktivitas yang dijalankan koperasi idealnya berbasis potensi
dan kebutuhan yang ada di lingkaran anggotanya. Dengan demikian, akan terbentuk
sinergitas produktif dari interaksi anggota dengan koperasinya.
Atas
dasar itu, aktivitas-aktivitas koperasi idealnya me-refresentasikan kebutuhan
mayoritas anggotanya di wilayah ekonomi,sosial dan budaya. Nalar semacam ini
yang memungkinkan koperasi menjadi kuat dimana setiap kelahiran satu aktivitas diikuti keterbentukan pangsa pasar loyal (baca : captive
market/pasar tertutup) yang medukung operasionalisasinya. Namun demikian, koperasi bukanlah bentuk
perusahaan kaku sehingga menutup diri melayani non-anggota (kecuali hal-hal
yang dikecualikan Undang-Undang atau peraturan lainnya). Disamping itu,
koperasi juga sesungguhnya bisa mengerjakan hal-hal lainnya bernada peluang
yang bisa dimobilisasi sepanjang tidak berseberangan dengan aturan yang ada dan
nila-nilai sosial dan kebijakan lokal (local
wisdom).
E. Roh
Pengelolaan Perusahaan Koperasi
Perusahaan
koperasi berposisi sebagai media bagi pencapaian cita-cita
bersama yang merupakan resume dari ragam kebutuhan dan aspirasi
yang berkembang di lingkaran anggota. Oleh karena itu, Sebagai sebuah perusahaan berbasis aspirasi
dan kebutuhan anggota, nafas pengeloan perusahaan koperasi harus mendasarkan
diri pada semangat kekeluargaan. Hal ini sebagai sumber inspirasi
dalam tahapan perumusan dan implementasi ragam strategi untuk menjaga dan
menumbuhkembangkan aktivitas koperasi. Profesionalisme yang sering didengungkan
setiap kali membincangkan manajemen perusahaan koperasi adalah profesionalisme
berbasis kemanusiaan (humanistic), bukan profesionalisme yang hanya menekankan
pada pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan kemudian abai dengan
persoalan-persoalan kemanusiaan. Sebab, muasal kelahiran koperasi sesungguhnya
adalah alat untuk membentuk keadilan dan kemartabatan.
Dalam
upaya membangun perusahaan koperasi sebagaimana cita-cita bersarnya, maka
sebelum jenis aktivitas perusahaan diputuskan akan dijalankam koperasi. maka
sebaiknya roh pembentukan aktivitas perusahaan harus terumuskan pertama kali.
Roh yang terdefenisi tersebut merupakan refresentasi aspirasi dan kebutuhan mayoritas penghuni
koperasi. Selanjutnya, roh tersebut menjadi landasan dalam menjalankan
kreativitas di tingkat operasional.
Sebagai
stimulan, berikut ini dijabarkan beberapa contoh defenisi roh pengelolaan
perusahaan koperasi:
1.
Sebagai media pemenuhan kebutuhan
sehari-hari anggota.
2.
Sebagai Media Pembentukan Efisiensi
Kolektif
3.
Media Pendidikan (anti konsumerisme,
mencintai hidup sederhana, menabung dan lain sebagainya)
4.
Mendorong lahirnya para wirausahawan
baru melalui penyediaan modal dengan jasa murah dan penyediaan media untuk
promosi usaha anggota.
5.
Mendorong kemajuan usaha melalui
fasilitasi akses, teknologi dan manajemen.
F. Rasionalitas Ber-Asa Pada
Perusahaan Koperasi
Setiap
orang harus menyadari bahwa maju mundurnya koperasi sangat tergantung dari
kesadaran setiap orang untuk ikut mengambul tanggungjawab dalam membesarkan,
bukan memposisikan diri sebagai pengamat dan penikmat dari setiap capaian yang
ada. Dengan demikian, terbangun pembacaan bahwa kebermanfaatan yang bisa
dirasakan linier dengan partisipasi yang diberikan. Disamping
itu, setiap orang juga akan menjadi
motivator dan sekaligus tauladan bagi lainnya, sebab semakin banyak yang
mengambil inisiatif mengembangkan perusahaan maka semakin luas pula
kebermanfaatan yang bisa dirasakan.
G. Skala Ekonomis dan
Rasionalitas Pola Pengelolaan Perusahaan
Walau
berbasis kekeluargaan, profesionalisme pengelolaan adalah harga mati bila eksistensi
sebuah koperasi masih diinginkan. Oleh karena itu, pola pengelolaan harus
memiliki visi jauh dimana tahapan-tahapan pengelolaan yang dilakukan akan
berujung pada terbentuknya budaya profesional di keseharian perusahaan
koperasi.
Secara
konsepsi, pertumbuhan dan perkembangan koperasi itu bertahap dan
berkesinambungan. Dengan mengoptimalkan kolektivitas yang dipupuk secara terus
menerus, koperasi kemudian menjalankan ragam aktivitasnya dengan tetap
mendasarkan pada kadar kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Untuk
itu, tahapan-tahapan harus disusun dalam perencanaan komprehensif, mulai dari
perencanaan jangka pendek, menengah dan
panjang. Lewat perencanaan yang komprehensif, bisa di ukur
tahapan-tahapan pencapaian dan hal-hal yang harus dilakukan setiap unsur
organisasi untuk mewujudkannya. Dalam sebuah perencanaan mungkin saja
terdefenisi bahwa pengelolaan perusahaan koperasi pada kurun waktu masih
diselenggarakan oleh pengurus ecara langsung dan tanpa kompensasi apapun
(pengabdian murni) sampai terbentuk skala ekonomi dalam arti perusahaan
koperasi sudah bergerak diatas titik break event point. Setelah
skala ekonomi dari operasional sudah terbentuk, maka kompensasi pun
diberlakukan dan atau bahkan mulai memasukkan para profesional guna meng-akselerasi
ragam unit layanan yang diselenggarakn oleh koperasi.
H. Penghujung
Dari
tinjauan konsepsi yang utuh, memposisikan koperasi sebagai salah satu pilar
ekonomi negara sebagaimana cita-cita Bung Hatta adalah rasional. Kalau pun
realitas belum menunjukkan sebagaimana idealnya, itu menandakan luasnya ruang
untuk berjuang. Mewujudkan koperasi ideal bukanlah perkara mudah ditengah arus
individualitas akud yang menggejala di masyarakat. Namun demikian, kesabaran
dan kesungguhan memperjuangkannya akan membawa pada capaian-capaian yang terus
menunjukkan peningkatan.
+ komentar + 1 komentar
Terima kasih sudah berbagi ilmu dengan komunitas kami... Semangat koperasi untuk membebaskan dari penindasan dan penderitaan secara komunal sejalan dengan semangat cinta kasih universal
Posting Komentar
.