Pegelaran “BUSINESS DAY“ di SD Al-Irsyad Al
Islamiyah Purwokerto 02
Hari ini siswa kelas 03 Al-Murshalat SD Al-Irsyad Al Islamiyah Purwokerto
02 menggelar satu acara “belajar menjual’ yang terkemas dalam
agenda “Business Day”. Dalam agenda ini, segenap siswa/i diminta
membawa barang dagangan yang akan ditawarkan oleh siswa/i itu sendiri kepada
temen-temennya di sekolah.
Program “business day” ini mengingatkan pada
satu data dmana jumlah wirausahawan di negeri ini baru bisa mencapai angka 1,9
prosen dari angka ideal 2,5% dari jumlah penduduk. Artinya, Indonesia masih
membutuhkan 0,6 prosen lagi untuk bisa mencapai titik ideal dalam urusan jumlah
wirausahwan. Atas dasar itu pula, negara terus mendorong tumbuhkemangnya jiwa
kewirausahaan yang salah satunya melalui lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
formal maupun non formal. Mungkin saja, program yang dikemas kreatif dalam tajuk
“business
day” ini memiliki semangat yang sama. Program ini layak di apresiate sebagai bagian dari kontribusi
untuk menumbuhkembangan jiwa kewirausahaan sejak dini.

Dalam rangka menyemangati dan sekaligus mencari
makna, menarik untuk mendeteksi multiplier effect dari program “business
day” ini, baik bagi siswa/i maupun bagi segenap anggota keluarga
seperti ayah bunda, kakak atau adik dari sang siswa tersebut. Beberapa efek
positif yang terdeteksi penulis dijelaskan berikut ini:
Bagi siswa :
- siswa belajar dan berlatih menggagas satu ide yang akan di jual dalam program “business day” sesuai dengan klu atau batasan yang sudah digariskan oleh pihak sekolah/Ustadzah. Dalam pencarian ide ini, tentu target laku alias diterima alias habis akan masuk dalam pertimbangan sang anak.
- berlatih mengkreasi atau memberi “nama usaha” berikut dengan tagline berisi kalimat-kalimat bernada marketable yang menarik perhatian.
- Menentukan harga dimana beberapa faktor pasti menjadi pertimbangan siswa seperti modal yang diperlukan untuk menghasilkan produk, tingkat respon calon pembeli dan juga tingkat uang saku rata-rata konsumen (yaitu para temen2nya sendiri).
- Kreativitas dalam menawarkan. Seorang siswa/i akan berfikir kreatif bagaimana membahasakan atau menawarkan agar dagangannya mendapat respon atau di beli oleh temen-temennya. Tanpa disadari, siswa/i berlatih membentuk percaya diri dan membangun koneksitas produktif antar siswa.
- Pembentukan pengalaman dan mental berhasil atau gagal. Dalam proses menawarkan, tentu tidak semua temen langsung membeli sehingga didalam prosesnya siswa akan mengalami 2 (dua) kondisi, yaitu : (i) berhasil dimana temen-temennya membeli dan atau; (ii) belum berhasil dimana temen-temennya tidak membeli. 2 (dua) kondisi yang dialami para siswa/i secara berulang-ulang sampai barang dagangannya habis ludes terjual atau masa waktu penjualan dinyatakan berakhir. Bahkan bukan tidak mungkin, ada diantara kelompok siswa yang barang dagangannya tidak habis dan ini pun akan meninggalkan pesan bijak yang ikut membentuk mental kewirausahaan sang siswa/i.
- Siswa akan mengerti tentang bagaimana proses uang itu datang dan berpindah. Siswa juga akan tersadarkan betapa hebatnya orang tua yang sudah men-sekolahkan mereka. Kesadaran ini diharapkan akan melipatgandakan rasa syukur disatu sisi dan peningkatan rasa hormat yang lebih terhadap orang tua disisi yang lain.
- Siswa juga akan lebih menghargai “uang” sehingga lebih bijak dalam menggunakan uang sakunya sehari-hari. Artinya, siswa akan lebih mudah di giring untuk mencintai hidup sederhana dan menjadikannya sebagai bagian dari budaya hidup.
- Belajar berkelompok. Program ini dilaksanakan dengan mengelompokkan siswa menjadi beberapa grup. Tentu hal ini akan melatihkan siswa bekerjasama dalam usaha dimana satu sama lain terjadi distribusi peran efektif dan dilandasi saling percaya satu sama lain.

Bagi Keluarga Siswa
- komunikasi dan diskusi menarik mulai terjadi saat merumuskan gagasan dimana melibatkan ayah bunda, siswa, adik dan juga kakaknya. Dalam proses ini akan terjadi dialog produktif sampai terbentuknya satu gagasan yang disepakati dan akan dijalankan.
- Dalam proses mewujudkan barang dagangan, terjadi distribusi peran yang beroirentasi pada “tersedianya barang dagangan”. Untuk itu, semua saling bahu membahu dalam arti berbagi tugas dimana ada bagian yang menyiapkan bahan baku, yang memotong-motong bahan, memasukkan ke dalam kerdus/box dan lain sebagainya. pengerahan dan saling mendukung segenap penghuni rumah semacam ini akan menjadi satu memori kuat bagi setiap orang tentang pentingnya kerja sama dan saling mendukung satu sama lain. Hal ini akan berpengaruh pada sisi kehidupan keseharian keluarga.
Program “Business Day” ini layak di dukung
dan bahkan bila perlu diselenggarakan dalam durasi yang lebih sering sehingga
siswa/i akan lebih familiar dengan perniagaan dan kewirasahaan. Disamping itu,
efek positif terhadap pembentukan mental siswa dan efek-efek positif lainnya
menjadi alasan logis untuk membudayakan program ini.
Program “Business Day” memang baru sebuah
awalan, tetapi bukan tidak mungkin menjadi cikal bakal lahirnya para
wirausahawan islami yang berniaga dalam koridor yang baik dan menempatkan agama
sebagai panduan dalam berkarya. Amin Ya
Robbal ‘Alamin.
Posting Komentar
.