Mendorong
Ke-Imanan Sebagai Landasan Ber-Koperasi
Di Pesantren
Mahasiswa Annajah, Kutasari, Purwokerto
2 (dua) orang santri datang menemui
penulis untuk menyampaikan undangan ke pesantren
untuk memberikan semacam pencerahan seputar koperasi. Undangan itu disambut baik
oleh penulis dan menyatakan perkenannya untuk memenuhi undangan mereka. Namun demikian
, penulis meminta untuk bisa dipertemukan dan sekaligus berdiskusi terlebih dahulu
dengan Sang Kyai sebelum acara diskusi koperasi dengan para santri di gelar. Hal
ini dimaksudkan untuk menakar maksud dan visi pesantren dalam ber-koperasi
sehingga tertemukan alasan sahih yang menjadi inspirasi dalam men-taujiahan
eprkoperasian kepada para santri.
Pesantren ini dibawah asuhan
DR.Roqib yang kesehariannya adalah dosen tetap di STAIN Purwokerto. Karakter
pesantren ini sepertinya mewakili karakter sang pengasuh, yaitu open mind dan
terbuka atas ragam gagasan. Apalagi DR Roqib adalah ketua Forum Kerukunan Antar
Ummat Beragaam (FKUB) Kabupaten Banyumas. Kesimpulan ini didapat penulis kala
bertatap muka dan berdiskusi seputar latarbelakang ide pesantrean mendirikan koperasi. Sang Kyai
menjelaskan keinginan kuatnya untuk menanamkan kemandirian pada para santri dan
juga melalui ber-koperasi sinar pesantren akan lebih men-chayai seluruh lapisan
masyarakat. Atas keinginan itu, Sang Kyai terbuka ide dan gagasan-gagasan yang
sekiranya bisa menumbuhkembangkan semangat dan sekaligus karya-karya kolektif
berdimensi manfaat yang luas. Beliau sangat sepakat ketika penulis menandaskan
bahwa koperasi itu bukan tentang perputaran uang, tetapi tentang pembangunan
orang. Inilah titik krentek yang kemudian membuat penulis meng-iyakan saat Sang Pengasuh
Pondok Pesantrean An Najah Purwokerto memintanya untuk membantu. Ada persepsi yang
sudah sama dengan Sang Kyai dipandang sebagai modal awal untuk memasukkan
ideologi koperasi ke dalam pesantren ini.
Diskusi koperasi bersama para
santri pun di gelar pada hari munggu tanggal 29 Nopember 2015. Rencananya
diskusi perkoperasian yang melibatkan seluruh santri pesantren akan dilaksanakan
2 (dua) kali dan selanjutnya penulis akan banyak ber-interaksi dengan para
punggawa Koperasi An Najah.

Raut wajah para santri sepertinya
menunjukkan lompatan gairah untuk menggali lebih dalam. Namun demikian, penulis
menyengajakan untuk mencukupkan sementara dengan maksud memberi waktu kepada
segenap santri untuk mengendapkan pemikiran-pemikiran dan kemudian terbangun
kesadaran melangkah untuk melakukan
hal-hal produktif. Kala segenap realitas mayarakat tengah berhadapan dengan ragam
kegelisahan dipandang sebagai pesan untuk ikut membentuk solusi, maka
disaat itulah energi dan potensi bersatu dan bergandeng tangan untuk membangun
keadaan yang lebih berpengharapan.
Semoga ini sebagai awalan yang
baik...Amin
Posting Komentar
.