SURAT TERBUKA KEPADA WIRAUSAHAWAN PEMULA | ARSAD CORNER

SURAT TERBUKA KEPADA WIRAUSAHAWAN PEMULA

Kamis, 20 Agustus 20152komentar



Disampaikan Pada Pelatihan "Peningkatan dan Pengembangan Kapasitas Wirausahawan Pemula" yang diselenggarakan oleh Kemenkop & UMKM RI, 20-21 Agustus 2015 di Purwokerto, Jawa Tengah, Indonesia


Ketika Segenap Peserta Adalah Insan-Insan Terpilih

Terbersit Ide untuk membuat semacam goresan pemikiran dalam bentuk  surat terbuka sebagai bagian dari  menyemangati diri sendiri dan juga kawan-kawan yang terpilih mengikuti pelatihan peningkatan dan pengembangan kapasitas bagi para wirausahawan pemula. 

Sebelumnya saya sampaikan, merupakan sebuah kebahagiaan bisa berada diantara peserta dan berkesempatan memberikan sedikit pencerahan dan atau menularkan semangat walau sesjujurnya saat saya mencoba menyemangati segenap peserta, di saat serupa saya sedang berupaya menyemangati diri sendiri dan sekaligus menguatkan niat memperluas makna diri bagi sesama dan alam beserta isinya.


Tak pernah terbayang menjadi bagian dari pelatihan yang sebenarnya tidak terjadual dalam agenda saya dan kemudian bisa bertemu segenap peserta di salah satu sesi pelatihan ini. Ketidakterdugaan inilah muasal ketertarikan menguntai tanya dan kemudian mencoba mencari hikmah apa dibalik pertemuan ini. Namun, keterjagaan fikiran positif membuat perasaan dan fikiran ini lebih be-energi untuk memanfaatkan momentum luar biasa ini sebagai media silaturrahmi dan sekaligus menebar kebaikan, pengetahuan dan pengalaman walau mungkin tidak lebih besar dari sebutir pasir.

Diawal saya menyebutkan kalian sebagai “orang-orang terpilih”, sebuah pemilihan kalimat yang sengaja untuk mengganti kata sepadan dengan itu, yaitu“begya” dalam bahasa jawa berari “beruntung”. Banyak alasan yang menguatkan pendefenisian semacam itu, sebanyak kalimat yang mengharuskan segenap peserta harus lebih mengembangkan rasa syukur dalam wujud yang bermakna baik bagi diri sendiri maupun bagi kebaikan-kebaikan baru bagi banyak orang.

Perlu diketahui, banyak orang yang menginginkan ilmu pengetahuan melalui pelatihan rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan tidak jarang harus menempuh jarak yang jauh sehingga juga harus mengeluarkan biaya transport dan biaya penginapan. Mereka rela melakukannya demi perluasan ilmu pengetahuan, demi menemukan semangat menjadikan hidup lebih hidup, memperluas wawasan yang meningkatkan peluang dalam berkarya dan juga sebagai media strategis mengembangkan jaringan yang akan memperkuat eksistensi usaha dan sekaligus meng-akselerasi perkembangan atasa usaha-usaha yang mereka jalankan. Keyakinan kuat akan makna sebuah pelatihan telah mendorong mereka untuk mau berkorban . Adakah sebuah kepastian tentang apa yang dia yakini dan mendasarinya untuk berkorban?. Para wirausahawan sukses mengatakan bahwa "Satu-satunya yang pasti dalam dunia usaha, yaitu ketidak pastian itu sendiri".

Sementara itu, pelatihan yang digelar kali ini sungguh luar biasa. Bagaimana tidak, disamping gratis, dapat penginapan dan bahkan beperluang memperoleh pinjaman lunak atau mungkin hibah. Hal ini bukan hanya kesempatan emas, tetapi lebih tepat didefenisikan sebagai “momentum platinum”. Pertanyaan pertama yang menarik adalah mengapa anda yang berkesempatan diantara banyak orang yang mungkin berharap hal serupa?. Pertanyaan yang sangat substansi berikutnya pun mundul, "adakah momentum ini menjadikan anda lebih bersemangat ketimbang sebuah pelatihan yang berbayar tinggi dan tidak menjanjikan apapun pasca pelatihan?". Mungkin 2 (dua) pertanyaan tadi layak menjadi bahan perenungan saat anda sendirian dan atau sedang sibuk merangkai mimpi. 

Ada pepatah bijak mengatakan bahwa sesuatu yang diperoleh dengan mudah  memungkinkan untuk lupa menghargainya. Artinya, kesempatan platinum ini bisa akan menjadi tidak berarti apa-apa bagi anda dan andaipun pada akhirnya  dipertemukan dengan “bantuan modal”, sulit diharapkan bisa  mendatangkan kebaikan baru pada diri anda dan juga orang lain. Hal ini akan mungkin terjadi bila anda salah dalam memaknai kesempatan platinum ini. Namun demikian kata “wirausahawan pemula” meyakinkan pada penulis bahwa semua peserta merupakan orang-orang yang sudah selesai dalam urusan “niat dan tekad” dalam arti keseriusan dalam berwirausaha tidak perlu diragukan lagi. Dengan demikian, pelatihan dan peluang bantuan modal yang mungkin akan datang sesungguhnya hanya bersifat stimulan yang akan menjadi “akselerator”. Artinya, keikutsertaan segenap peserta adalah sebentuk hadiah dari ketekunan berkeyakinan dalam berwirausaha dan kesabaran  berproses  yang mungkin sebagian dari peserta memulainya semata-mata dari “the power of dream” alias ketiadaan kecuali semangat untuk sukses. 

Apapun yang melatarbelakanginya, yang jelas semua  peserta sudah terdefenisi sebagai wirausahawan pemula dan istilah itu telah membawa anda pada keberuntungan luar biasa. Selamat atas keterpilihan anda, semoga ini jalan Tuhan meng-akslerasi mimpi anda tentang sebuah wirausaha. Juga berharap, semoga konsistensi anda akan menyumbang pertumbuhan wirausahawan baru di negeri tercinta ini.  Disisi lain, kreativitas dan kekayaan gagasan yang berujung karya monumental anda ikut mewarnai dan semakin mencirikan Indonesia sebagai bangsa yang mandiri diatas kreatifitasnya.

Mengarungi Jalan Yang Belum Terpetakan
Dalam berbagai kesempatan serupa, saya sering mengatakan bahwa berwirausaha itu 95% adalah persoalan mentalitas yang didalamnya ada semangat berkreasi, keyakinan dan keberanian mengambil resiko apapun. Sedangkan  5% nya lagi adalah persoalan teknis operasional dari usaha apa yang anda jalani. 

95% itulah yang kemudian menjadi muasal keterlahiran usaha, sebab didalamnya terdapat beberapa proses penting yang antara lain dijelaskan berikut ini :
1.      Semangat.semangat berkreasi, baik dalam konteks penggunaan konsep 3M (melihat, meniru dan menambahkan) maupun dalam judul  ide baru alias benar-benar genuine.
2.      Keyakinan yang didalamnya terdapat optimisme. Bicara keyakinan bukanlah perkara mudah, sebab hal ini menyangkut sesuatu yang belum terjadi sama sekali. Keyakinan selalu menjadi faktor pendorong untuk membangun fikiran yang menguatkan keyakinan itu sendiri dan selajutnya melakukan action dengan penuh percaya diri dan optimis. Penulis sering mengatakan wirausaha sesungguhnya dunia dipenuhi kegilaan, sebab mereka berani menjaminkan beban yang pasti (baca: biaya operasional tetap, biaya variabel dan biaya overhead) dengan sesuatu yang belum pasti (baca: pemasukan/penjualan). Nalar inilah yang kemudian menginspirasi penulis berkesimpulan bahwa belajar berkeyakinan dalam wirausaha memiliki kemiripan yang banyak dengan belajar ber-Tuhan, khususnya dalam meyakini yang tidak terlihat tetapi bisa dirasakan. 
3.     Keberanian. Keberanian dalam hal ini adalah berani mengambil resiko apapun, baik gagal ataupun berhasil. Fakta empiris menunjukkan bahwa titik “break event point” alias “titik impas” sesungguhnya hanya ada dalam teori atau dalam analisa saja dan hampir tidak pernah terjadi dalam realitas bisnis. Kalau besar berawal dari kecil, maka seorang wirausahawan harus berani memulainya dari hal kecil atau sederhana sekalipun, walau kemudian harus bertaruh dengan harga diri atau nama baik. Atas dasar inilah berwirausaha tidak cocok bagi individu yang memiliki “gengsi” tinggi. Disamping keberanian memulai, seorang wirausahawan juga dituntut untuk memiliki keberanian berproses yang didalamnya men-syaratkan kesabaran, ketekunan, keuletan dan kebijaksanaan memaknai berbagai dinamika yang tidak jarang menyimpang dari prakiraan sebelumnya. Hal terakhir dalam urusan keberanian adalah berani untuk rugi atau menanggu resiko yang juga harus diikuti keberanian untuk berhasil. Banyak orang berfikir bahwa keberhasilan tidak memerlukan keberanian. Namun fakta menunjukkan banyak orang yang sukses dalam tahap memulai dan berproses, tetapi tidak benar-benar siap dalam sesi keberhasilan. Akibatnya, keberhasilan bisnis bukannya mendatangkan kebaikan baru dalam hidupnya, tetapi  tak jarang membawan  pada persoalan-persoalan baru yang akhirnya menghancurkan hidupnya, seperti gaya hidup, kesombongan, ketamakan dan lain sebagainya. 

Dikadar 95% itulah sebenarnya muasal “bermula” dan juga “berakhirnya” sebuah bisnis. Sedangkan yang 5% sesungguhnya menjadi muasal peluang terbentuknya kesempatan hidup bagi orang lain yang kemudian biasa didefenisikan secara umum dalam istilah “karyawan”. Singkat kalimat Jadi, dalam 95% itu “ketidakpastian” terus berlangsung dikeseharian hidup seorang wirausahawan. Ibarat kata, seorang wirausahawan selalu mengarungi jalan yang belum terpetakan tetapi keyakinan selalu membimbingnya untuk terus melangkah. 


Cara Fikir Sebagai Penentu Keberhasilan.
Data terakhir yang pernah dibaca penulis menyebutkan bahwa saat ini jumlah wirausahawan baru mencapai 1,9% . Angka ini masih belum menyentuh angka ideal sebesar 2,5% dari jumlah penduduk. Kalau dilihat negara lain seperti Malaysia sudah berhasil mencapai angka 4% dan bahkan Thailand sudah mencapai 7%. Capaian angka ini menunjukkan bahwa memang tidak banyak orang yang memiliki mentalitas yang cukup untuk berwirausaha. Sepertinya dalam angka 1,9% itu, perlu dilakukan penelitian berapa prosen yang menjadikan wirausaha sebagai pilihan hidup dan berapa prosen pula berwirausaha karena keterpaksaan atau ketidaan pilihan. Hal ini perlu diteliti sebagai dasar untuk melihat seberapa besar sebenarnya potensi wirausahawan tangguh yang dimiliki negeri ini. Hampir bisa dipastikan bahwa wirausahawan tangguh itu hanya ada pada mereka yang memilih “wirausaha” sebagai jalan hidup dengan sengaja. Alasannya sederhana, karena mereka berangkat dari titik kesadaran dan hal itu yang menjadi inspirasi ketabahan atas ragam riak dan gelombang yang menghantam diperjalanannya.   

Rendahnya angka statistik wirausahawan juga menegaskan bahwa wirausaha memang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki mental baja dan memiliki karakter yang unik. Berani berbeda harus dimiliki walau mungkin pada awalnya akan mendapat hambatan dan bahkan cercaan. Mereka tidak pernah mengeluh pada keterbatasan, tetapi selalu mengoptimalkan keadaan untuk berpihak pada apa yang mereka yakini sebagai mimpi besar yang akan mewujud pada waktunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau para wirausahawan selalu memiliki cara fikir berbeda dan mereka pun memiliki parameter hidup yang berbeda dari kebanyakan orang. Mereka menyukai perbedaan dan diperbedaan itu pula yang membuat wirausahawan bertahan hidup dan mengembangkan impian-impiannya.

Penghujung  Bermakna Pesan
Sebagaimana ditegaskan diawal , surat terbuka ini dibuat untuk menyemangati segenap wirausahawan pemula sehingga lebih menguatkan mentalitasnya, menguatkan niatnya dan memperluas mimpinya. Nilai-nilai Kemuliaan yang ada dalam kewirausahaan seperti kemandirian yang menghidarkan diri menjadi beban bagi orang lain dan peluang besar untuk menciptakan harapan hidup bagi banyak orang yang memiliki karakter “berharap dan bersandar”, diharapkan menjadi inspirasi untuk terus menggeluti dunia wirausaha. Oleh karena itu, penulis bersaran "berangkatlah dari nilai-nilai kemuliaan itu dan jangan lupa sertakan kalam-kalam Tuhan dalam menjalaninya. Sebab pada kahirnya, manusia hanyalah berusaha dan Tuhan lah Sang Pemberi restu dan pelipat hasil dari apa yang dikerjakan".

Demikian goresan sederhana ini tertuliskan, sebagai bagian upaya  mencari kebaikan dari sebentuk forum bertajuk “pelatihan peningkatan kapasitas bagi wirausahawan pemula”. Semoga menginspirasi hikmah, baik bagi penulis sendiri maupun bagi segenap peserta yang diyakini penulis sebagai orang-orang terpilih. Sukses selalu dan mohon berkenan untuk saling mendoakan. Salam Semangat Berbeda Untuk Mendapati Hasil Berbeda. Merdeka...! Medeka...! Merdeka........!

Purwokerto, 20 Agustus 2015...

   
Share this article :

+ komentar + 2 komentar

24 Agustus 2015 pukul 08.40

semangat mengalahkan segalanya. tabah sampai akhir.


semoga Tuhan selalu bersama kita.
salam kenal,
(Imam Mustofa, seorang peserta pelatihan ini)

27 Agustus 2015 pukul 18.43

Mantab. Saya ikutin terus portal ini loh mas..

Salam,

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved