OLEH-OLEH HARI KE-2
“WORKSHOP PENGUATAN UMKM DALAM MENGHADAPI MEA”
Pembicara I : Kementrian Perdagangan (cq. Bapak Sumber Sinabutar)

Tantangan bagi pelaku UMKM adalah bagaimana melahirkan sebuah produk
berdaya saing, harga terjangkau, design kemasan bagus, isi berkualitas,
menjamin keselamatan konsumen (ter-sertifikasi) dan trend di pasar. Jika hal ini tidak bisa dihadirkan dalam produk,
maka potensi menjadi pemain penting di era ASEAN akan menipis. Kecerdasan
merumuskan segmented juga menjadi
salah satu kunci sukses. Oleh karena itu, membangun relevansi kuat antara
segmen pasar yang ditargetkan dengan produk yang mau ditawarkan. Disamping itu,
persoalan-persoalan akses teknologi, modal, informasi dan SDM yang masih melekat pada mayoritas pelaku
UMKM juga perlu diatasi sedemikian rupa.
Sementara itu, Pem.Pusat dan daerah juga harus berbenah seperti sosialisasi
massif tentang MEA, pembenahan birokrasi
dan penyediaan sarana transportasi yang murah dan lain sebagainya.
Dengan terbentuknya pasar tunggal di ASEAN yang penduduknya berjumlah 600
juta, maka ASEAN diharapkan akan lebih memiliki bargainning position di
WTO (Word Trade Organization).
Nara sumber 2 :
BI Perwakilan Purwokerto (cq. Pak Fadli)
Perbankan dalam mekanisme perdagangan Internasional. Menjadi tuan dirumah
sendiri merupakan tantangan bagi pelaku UMKM mengingat bahwa pasar indonesia
adalah pasar terbesar di lingkungan ASEAN. Berdasarkan teropong BI, ada
beberapa realitas:
1.
Kontribusi UMKM (2012)
- UMKM Indonesia mendominasi jumlah unit usaha (99.99%); penyerapan tenaga kerja 97%; sumbangan PDB sebesar 57,9% dan; ekspor non migas 14%.
- UMKM Indonesia mayoritas berada pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan (49%) dan sektor perdagangan (29,56%)
- PDB UMKM didominasi oleh sektor perdagangan 27%,; sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 23% dan industri pengolahan 18%
- sumbangan UMKM kepada sektor masih relatif rendah (14%).
2.
berdasarkan penelitian permasalahan utama yang dihadapi
UMKM adalah permodalan. Namun dalam realitas lapangan, sebenarnya faktor
mentalitas adalah hal utama.
3.
Fakta data kab. Banyumas menunjukkan bahwa NPL UMKM di
perbangkan meningkat.
Pengusaha pengimpor
juga sesungguhnya berkontribusi besar sehingga produk-produk luar membanjir di
Indonesia. Namun, disisi lain produk-produk Indonesia tidak tersedia atau belum
memenuhi standar sehingga kurang marketable atau kurang disukai
masyarakat.
Nara sumber 3 : Praktisi
Eksportir Banyumas (cq. Ibu Tuti
Memiliki mitra petani gula sejumlah 3.500 orang yang tersebar di
Kab.Banyumas dan Kab. Purbalingga. Focusnya adalah memproduksi dan menjual gula
semut organik. Perjuangan panjang telah membawanya pada kesuksesan luar biasa,
khususnya dalam ekspor. Ada beberapa masukan yang berisi harapan :
1.
sehubungan dengan industri pertanian memiliki karakter
khusus, beliau berharap ada “kebijakan khusus perbankan” dalam
hal kredit.
2.
Birokrasi peizinan yang cepat dan birokrasi yang berpihak
pada percepatan pertumbuhan dan perkembangan.
Posting Komentar
.