OLEH-OLEH
DARI RAKOR INFLASI DAERAH
Kali ini penulis berkesempatan menghadiri rapat
koordinasi kebijakan TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) Kab.Banyumas dalam
kapasitas sebagai wakil Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Banyumas. Rapat ini digelar rutin untuk membahas
perkembanga inflasi dan isu-isu strategis lainnya yang berkaitan dengan ekonomi,
khususnya yang mempengaruhi tingkat inflasi.
Hadir diacara ini antara lain, Bupati Banyumas (Ir.Achmad Husein)
beserta jajarannya (baca : kepala dinas dan kepala badan), Pimpinan Bank
Indonesia (BII Perwakilan Purwokerto beserta jajarannya, kepala Badan Pusat Statistik, Bulog, Kadin
(Kamar Dagang Industri), Apindo (Assosiasi Pengusaha Indonesia), Dekan fakultas
ekonomi unsoed, Dandim Purwokerto, wartawan dan lain sebagainya.
Inflasi yang rendah meruakan prasyarat bagi
stabilnya ekonomi masyarakat dan juga kondusifnya dunia usaha dalam pengambilan keputusan.
Sebaliknya, inflasi tinggi menyebabkan pendapatan riil masyarakat menurun dan
masyarakat miskin pun dipastikan akan menjadi lebih miskin. Disaming itu, Inflasi
tinggi juga berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan investasi
yang kemudian berdampak pada pertumbuhan ekonomi secara makro.
Dalam paparan BPS, Bulan juli 2015 inflasi kabupaten
Banyumas menyentuh angka 0,84 prosen. Angga ini lebih rendah bila dibanding
dengan Inflasi Propinsi Jawa tengah sebesar
0,92 prosen dan tingkat inflasi nasional yang mententuh angka 0,93 prosen di
periode yang sama. Secara umum, BPS
(badan pusat statistik) menyimpulkan inflasi cenderung terkendali.
Sementara itu. Pimpinan BI menjelaskan
tentang inflasi dan pentingnya untuk
dikendalikan. Inflasi didefenisikan sebagai
kecenderungan
harga naik secara umum dan terus menerus. Inflasi menyebabkan pendapatan riil
masyarakat menurun. Dicontohkan, uang dengan jumlah nilai yang sama peningkata
inflasi menyebabkan turunnya barang yang
diperoleh masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan
inflasi, antara lain dari sisi suply dan demand.
Pada sisi suply (baca: penawaran) ,
peningkatan biaya produksi, gangguan distribusi, pelemahan nilai rupiah
merupakan penyumbang inflasi. Sementara
itu, dari sisi demand (baca: permintaan), kenaikan UMR, gaji ke-13 dan
penurunan suku bunga juga disebut sebagai penyumbang inflasi. Sementara itu,
kaitannya dengan analisa penentuan inflasi dipengaruhi oleh 3 (tiga) unsur,
yaitu inflasi inti, volatile food dan administered prices. Ketiga unsur ini selanjutnya
membentuk IHK. Berdasarkan tampilan data didapat bahwa komoditas Beras, telur ayam
ras, daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai hijau, tarif angkutan
merupakan penyumbang inflasi rutin.
Tinggi dan luasnya pengaruh inflasi menjadikan koordinasi segenap stake
holder menjadi sangat penting. Lewar Rakor rutin semacam ini akan dihasilkan
rumusan-rumusan konstruktif yang akan ditindaklanjuti dalam rangka pengendalian
inflasi itu sendiri.
Dalam Rakor Inflasi tersebut, BI juga
memaparkan beberapa program yang sebagian bersifat laporan dan sebagian lainnya
bersifat usulan, antara lain: pemanfaatan
pekarangan untuk ekonomi masyarakat produktif, peningkatan
produktivtas padi,
pengembangan sapi, wirausaha tani, penanggulangan hama, pembuatan tanaman padi
dalam pot, pemberdayaan pondok pesantren, kartu kendali pupuk, perbaikan jalur
distribusi, perbaikan irigasi, kartu kendali LPG, operasi pasar, operasi
raskin, pemantauan stok Bulog secara periodik, kunjungan ke pasar. BI juga menandaskan perlunya Optimalisasi
Pusat Informasi harga produk strategis (PIHPS), sebab PIHPS ini bisa menyajjikan
data secara on line tentang harga produk strategis diberbagai pasar. Hanya
saja, kelemahan dalam program ini adalah tentang konsistensi dalam Up-date data.

Disaat yang sama, Bupati meminta kepada
jajarannya untuk terus menyajikan harga-harga produk strategis di
pasar-pasara secara online setiap hari sehingga
beliau bisa memantau secara langsung. Menanggapi berbagai lontaran ide yang
dipaparkan oleh BI, Bupati setuju dan akan mendorong masyarakat untuk
memaksimalkan pekarangan secara produktif, antara lain penanaman rawit di pot bunga. Program ini diharapkan segera bisa direalisasikan dengan
mengoptimalkan simpul-simpul masyarakat seperti
ibu-ibu Persit (Persatuan Istri Tentara), Ibu-Ibu PKK dan lain
sebagainya. Beliau juga memandang bahwa
sekolah-sekolah juga sangat
strategis sebagai media sosialisasi dan edukasi atas program ini.


Akhirnya rapat ditutup dengan
kesepakatan untuk menggelar rakor TPID satu kali dalam satu bulan sehingga lebih
mudah untuk mengantisipasi hal-hal krusial yang memerlukan tindaklanjut
segara.
Posting Komentar
.