Oleh-Oleh dari Diskusi Publik
"meneropong Banyumas 25 Tahun Mendatang"

Diskusi public ini menghadirkan 3 (tiga) orang nara sumber, yaitu Bappeda Kabupaten Banyumas, Luthfi Makhasin,MA,Ph.D (Dosen Fisip Unsoed) lulusan S3 dari sebuah kampus di Australia dan Prof.Dr.Ir.Kuntoro mangkusubroto,MSIE.,MSCE. Untuk nama terakhir ini cukup mentereng mengingat kapasitas dan rekam jejak beliau yang luar biasa. Putera asli Banyumas ini merupakan Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan sejak 22 oktober 2009. Beliau juga adalah Mentri Pertambangan dan energi Indonesia di era kabinet reformasi pembangunan. Disamping itu, ternyata Profesor yang satu ini juga pernah menjadi sebagai Direktur Utama PLN pada tahun 2000-2001.

Diskusi berlangsung dalam format panel dimana masing-masing pembicara diberi
kesempatan untuk memaparkan pemikirannya dan kemudian dilanjutkan dengan Tanya jawab
dengan audience. Kesempatan pertama diberikan kepada Bappeda Kab.Banyumas yang dalam
hal ini diwakili oleh Pak Joko. Pak Joko memaparkan tentang visi dan misi
Banyumas yang terangkum dalam sebuah konsep grand design Kabupaten Banyumas. Materi
presentasi ini sangat penting sebagai bahan dan juga landasan untuk melakukan
peneropongan.
Kesempatan kedua diberikan kepada Pak Luthfi Makhasin,MA,Ph.D. Pak
Lutfhi berpendapat bahwa studi masa
depan atau biasa disebut dengan Future studies merupakan hal penting
dan sudah sangat familiar di negara-negara lain, namun di Indonesia hal ini sering
diabaikan. Beliau mencontohkan bagaimana studi tentang proyeksi pertumbuhan
penduduk bisa dikaitkan dengan rumusan strategi pemenuhan kebutuhan pangan,
kajian tentang pertumbuhan kendaraan dikaitkan dengan pola pengaturan lalu
lintas transportasi dan lain sebagainya. Beliau juga mencontohkan bagaimana Pertumbuhan
sektor property telah menciptakan keterpinggiran alamiah para penduduk asli dan
kaum lemah yang tidak berkemampuan meng-akses lahan yang harganya meningkat
tajam dalam waktu yang sangat cepat. Dalam kondisi semacam ini, para pemilik
uang akan menjadi dominan dan bila terjadi pembiaran berpotensi
melahirkan dampak hilangnya ciri khas Kabupaten Banyumas.

Dalam perspektif beliau, untuk menyusun proyeksi 25 tahun ke
depan, Beliau menyarankan jangan defensif
tetapi memilih ofensip dala arti seluas-luasnya. Beliau mendorong agar kemampuan
berfikir jangan dikebiri dengan pengkotakan
sempit sebatas local area, tetapi harus bisa menjangkau persoalan-persoalan yang
mencakup urusan nasional dan bahkan dunia. Oleh karena itu, kekuatan
intelektual harus dimanfaatkan untuk menghasilkan
pemikiran-pemikiran yang mecerahkan
kehidupan luas dan bahkan bila perlu mencakup kehidupan dunia. Beliau
mengatakan saat ini bukan zamannya lagi men-soal tentang income per kapitas,
tetapi saatnya berfikir bagaimana memenuhi semua kebutuhan. Saat ini tidak
lagi zamannya bicara PDB, tetapi bagaimana pembangunan memastikan" tidak
ada yang tertinggal/semua akan terbawa”.Untuk itu, Beliau menawarkan
untuk mendobrak doktrin-doktrin yang
membuat menyesatkan dan kemudian mendayagunakan fikiran-fikiran secara brilian.
Beliau meyakinkan bahwa kaum intelektual sangat berpeluang untuk melakukan hal
itu sepanjang berkomitmen tinggi untuk membunuh rasa malas berkepanjangan yang
pada akhirnya membuat para pemikir jalan
ditempat. Beliau juga mengingatkan bahwa dunia ini sudah kian menyatu dengan
berbagai kemajuan khususnya dibidang teknologi informasi. Berkat kecanggihan
teknologi, masyarakat sudah bisa
menyaksikan apa yang sedang terjadi di tempat lain yang jauh dari posisinya
saat ini. Tteknologi juga telah membantu untuk melakukan penelusuran dan menyaksikan
apa-apa yang telah terjadi dimasa lalu dengan dokumentasi yang valid. “Kita
harus membentuk masa depan dan bukan menjadi korban masa depan itu sendiri”,
begitu pesan beliau menyemangati..

Posting Komentar
.