Akhirnya Pak Narsun dan Rudi
Tidak Tidur Di Atas Kandang Ayam Lagi
Sebuah berkah bagi penulis bisa bertemu dengan Pak Narsun dan Pueteranya
Rudi yang beberapa hari lalu sempat menjadi Headline harian lokal
Satelit Purwokerto. Berkat seorang sahabat yang penulis kenal sangat peduli
pada persoalan-persoalan kemanusiaan tiba-tiba mengundang untuk
bergabung ke hotel Aston, Kota Mendoan, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah.
Cerita ini sebenarnya bermula dari kemarin dimana Sang Pencari Tuhan ini
(begitu penulis biasa menyebut sahabat
satu ini) memposting di Grup BBM para pengusaha
muda Banyumas (HIPMI Banyumas). Dalam postingan tersebut terpampang gambar yang
menjelaskan tentang Pak Narsun dan anaknya
bernama lengkap Rudhi Setiawan sudah 5 (lima) tahun hidup kebun dan tidur diatas
kandang ayam. Sebuah kenyataan hidup mengenaskan, fikir penulis saat memandangi
foto itu. Penulis pun berkomentar "menarik
untuk dicarikan solusi integratif" . Komentar-komentar berikutnya pun muncul bernada simpati dan
keterpanggilan jiwa untuk berbuat sesuatu.
Pagi
ini..sang Pencari Tuhan (PT) mengabarkan hal menggembirakan atau lebih tepat
disebut menakjubkan ; "Semalem Setelah
berjibaku dr jam 2 siang smp jam 7 malam u/ melobi hampir ke seluruh pemilik
tanah d grumbul semingkir tak satupun yg saat itu merelakan 2 ubin tanahnya u
kita beli spy pak narsun dan rudi bs tinggal lbh layak...Selesai jamaah Isya
Kesabaran itu berbuah akhirnya kita dpertemukan dgn pemilik tanah d desa
sebelah Pasir kidul. Dgn nilai yg sama 10 juta kita dpt Sepetak tanah ukuran 5
ubin yg tadinya klo d desa sebelumnya cm dpt 2 ubin."...saya terkagum-kagum dengan berita gembira ini...sy hanya bisa
bilang "subhanallah..Allahu akbar". Komunikasi via bbm itu pun terputus sampai disitu.
Sementara itu, tak lama berselang "kawan2 Hipmi (Himpunan Pengusaha
Muda) Banyumas pun tampak sudah menyiapkan bantuan berupa tas dan seperangkat
alat tulis untuk keperluan sekolah rudi". Informasi ini diperoleh saat mendapati
postingan terbaru di group BBM Hipmi Banyumas.
Jam 12-an, PT menelepon penulis, Beliau mengajak untuk ikut menemui Pak Narsun
dan puteranya di Hotel Aston pada jam 14.00 wib. Awalnya penulis bertanya dalam
hati mengapa menemuinya di hotel?. Ternyata, Berkat Danrem 071 Wijayakusuma Purwokerto
yang memiliki hubungan baik dengan Hotel Aston Purwokerto, Pak Narsun dan
puteranya diberikan untuk "tinggal sementara" di hotel itu
sampai rumah Pak Narsun selesai dibangun oleh anggota Korem. Sebuah kepedulian
luar biasa dari Kol.Inf. Edison, Sang Komandan Korem yang dikenal sangat akrab
dengan urusan kemanusiaan dan dikenal luas sebagai pribadi yang religius. Masyarakat sekitar calon rumah Pak Narsun juga
berinisiatif ikut menyumbangkan tenaganya untuk mempercepat terbangunnya rumah
sederhana itu .
Saat akan menuju Hotel, penulis mengabarkan akan segera bergerak, tetapi PT
bilang diundur ke jam 15,00 wib sebab beliau sedang belanja pakaian dan kelengkapan
sholat untuk Pak Narsun dan puteranya. Rupanya PT mendapat tugas tambahan dari
Sang Ketua Hipmi Banyumas untuk melengkapi paket bantuan sebelumnya. Jam 14.45
Wib, penulis pun bergerak menuju hotel. Ada perasaan penasaran dan ingin cepet
sampai di tujuan agar segera bisa bertemu Pak Narsun dan puteranya. Penulis sangat
ingin mendapat pelajaran dan hikmah atas pertemuan ini. Sesampai di lobby
hotel, dengan penuh semangat penulis coba menghubungi PT, ternyata masih di jalan
dan diminta untuk menunggu sebentar. Dalam rasa kepenasaran luar biasa tetapi masih
harus menunggu, penulis mencoba mengisi waktu merangkai kalimat pembuka tulisan
ini lewat HP.
Setelah
20 menit-an menunggu akhirnya PT muncul dengan dua tas kresek berisi hasil belanja
dan langsung meminta resepsionist hotel
menyampaikan niatnya untuk bertemu dengan pak Narsun. Tak lama berselang, pak
Narsun dan puteranya pun muncul di pintu lift yang terbuka. Subhanallah...ada
perasaan bercampur aduk, khususnya saat melihat Rudi yang baru berumur 11 tahun
dan masih berseragam sekolah. PT langsung berbicara serius dengan Pak Narsun. Disaat yang sama penulis mencoba mengajak Rudi
ngobrol santai dengan niat awal untuk menyemangati. Alhamdulillah, Rudi cukup
komunikatif sehinggga enak diajak bicara. Penulis mencoba melempar satu dua
pertanyaan dan sesekali menyelinginya dengan kalimat-kalimat yang sekiranya meningkatkan
spirit Rudi dan juga membuat suasana
lebih cair.
Dari obrolan ringan dan santai itu diperoleh informasi kalau saat ini Rudi adalah
siswakelas 5 SD 01 Pasir Kidul, Purwokerto.
Rudi becita-cita menjadi seorang “pemain
sepak bola profesional”. Mungkin Rudi tidak mengikuti perkembangan
berita seputar perseteruan PSSI dengan Pemerintah. Rudi juga tidak tahu
bagaimana nasib pemain bola negeri ini yang kocar kacir hidupnya akibat perseteruan
yang belum usai hingga kini. Namun, penulis tidak ingn mematahkan semangat Rudi dengan cita-cita
hebatnya itu. Bahkan, untuk lebih menyemangati Rudi, penulis berjanji akan
membawanya suatu waktu ke arena latihan sepak bola dan mengenalkannya dengan para Pemain
Persibas Banyumas, klub sepak bola kebanggaan warga Kabupaten Banyumas yang
baru saja lolos ke Divisi Utama PSSI tahun ini. Kebetulan penulis dan PT adalah bagian dari
pengurus PT Persibas sehingga sangat memungkinkan mewujudkan mimpi Rudi untuk bisa
bertemu dan bersapa langsung dengan para
pemain idolanya. Penulis juga sempat bertanya apakah Rudi rajin sholat dan
mengaji. Ternyata Rudi merupakan salah
satu murid pengajian di musholla kampungnya dan saat ini sudah mencapai level Iqro'
enam. Penulis terus menyemangati Rudi dan mengatakan kalau ingin sukses minimal
harus melakukan 2 (dua) hal, yaitu selalu dekat dengan Tuhan dengan menjalankan
perintahnya dan senantian rajin belajar.
Dalam ngobrol santai itu, sebenarnya tidak terlihat wajah minder pada Rudi.
Rudi bercerita dengan tiang tentang kecintaannya terhadap sepak bola. Dalam
diri Rudi juga tak terlihat rasa takut atau kecewa terhadap kerasnya kehidupan.
Hanya saja aura kasih sayang dan perhatian terlihat begitu kurang. Mungkin hal
ini karena Rudi tumbuh dalam sentuhan dari seorang ayah sejak kepergian ibunya.
Mata sayu dan Rudi pun langsung tertunduk saat Pak Narsun mengkisahkan tentang
ibunya keada penulis. Mungkin Rudi sangat rindu dengan kasih sayang dan pelukan
sang ibunya. Walau Ibunya meninggal saat Rudi masih di Bangku TK, namun tentu
anak ini memiliki banyak memory saat bersama ibunya dan hal itu pasti selalu
hadir di saat-saat Rudi sendiri atau saat-saat temen sebayanya sedang di jemput
ibunya setiap kali pulang sekolah. Terbayang bagaimana anak sekecil itu selalu
berjuang membunuh rasa sepinya tiap kali mau berangkat sekolah. Memori tentang
ibunya pasti selalu mengedepan tiap kali pulang sekolah tetapi tidak ada yang
menyambut kedatangannya karena sang ayah sedang bekerja. Rudi harus sabar
menunggu ayahnya pulang sore hari untuk menceritakan apa-apa yang membenak
dihatinya, menceritakan tentang temen-temennya yang lucu, kejadian-kejadian
lucu di sekolah dan lain sebagainya.
Anak sekecil itu harus makan sendiri disiang hari dengan menu seadanya. Mendapati
suasana semacam ini, penulis sedikit larut dalam dikeharuan dan mencoba
mengusap kepala Rudi dengan maksud menyemangati.
Muasal
Kandang Ayam dan Sekilas Keseharian Pak Narsun.
Sakit
komplikasi telah merenggut Istrinya Pak Narsun. Berbagai upaya sudah dilakukan,
mulai dari rumah sakit sampai pengobatan alternatif di berbagai kota, namun
penyakit itu tak kunjung sembuh. Rumahpun tergadaikan demi kesembuhan, namun apa
daya ketetapan Allah SWT mencukupkan masa hidup Sang istri di dunia. Sebelum
menghembuskan nafas terakhir, sang ibu sempat berpesan agar sekolah Rudi diupayakan
sampai tinggi. Pesan ini dipegang teguh oleh Pak Narsun sampai detik ini. Saat
berkisah tentang Sang Istri, Pak Narsun tampak tegar dan sudah ikhlas atas
kepergian pendamping hidupnya itu. Dia juga merasa sudah memperlakukan istri dengan
baik semasa hidupnya. Dia pun merasa sudah melakukan segala hal yang bisa dia
upayakan sebagai seorang suami walau
pada akhirnya rumah Pak Narsun harus terjual demi melunasi semua
pinjaman ke tetangga saat masa pengobatan Sang Istri. Saat itu, rumah terjual dengan
harga Rp 27 (dua puluh tujuh Juta) dan
langsung habis untuk menutup semua hutang, Pasca rumah terjual, tidak ada lagi
tempat tinggal Pak Narsun dan buah hatinya yang masih duduk di bangku sekolah
TK. Akhirnya, Pak Narsun dan anaknya pun mulai tinggal di sebuah kebun milik
orang yang kebetulan kurang diurus pemiliknya. Di kebun itu, mereka membuat gubuk
kecil yang jauh dari layak huni.
Pak
Narsun sendiri dikesehariannya adalah seorang kuli serabutan sehingga tidak
memiliki pendapatan pasti. Hasil kerjanya yang tiidak seberapa pun hanya cukup
untuk makan dan sangat tidak memungkinkan untuk mengontrak apalagi membeli sebuah
rumah idaman. Untung saja kebon ini tidak diurus oleh pemiliknya sehingga bisa
dimanfaatkan oleh Pak Narsun dan puteranya. Di kebon itu, Pak Narsun juga
memelihara ayam dan diatas kandang ayam itulah puteranya tidur setiap harinya.
Tak ada kursi atau perabotan layaknya sebuah rumah. Peralatan dapur pun hanya
ada kompor dan periuk. Kalau hujan turun dipastikan dua insan ini akan bertarung
melawan dingin dan tak jarang harus berlindung dari derasnya hujan di Musholla.
Dikarenakan tidak adanya sarana belajar yang mendukung, Rudi pun kerapkali memanfaatkan
musholla untuk belajar atau mengerjakan PR sekolahnya. Hal ini harus dia
lakukan karena tidak ada meja atau kursi yang bisa dimanfaatkan untuk menulis
dan belajar layaknya anak-anak yang hidup di kenormalan kondisi ekonomi.
Sholat
Ashar Berjamaah
Ditengah
asik ngobrol santai di lobby hotel, sekitar jam 15.30-an, penulis mencoba mengajak
untuk sholat Ashar berjama’ah. Ide itu disepakati PT dan juga Pak Narsun. Akhirnya,
semua menuju kamar hotel di lantai 9 “tempat tinggal sementara” Pak Narsun dan
puteranya . Sesudah semua selesai berwudhu
dan sajadah sudah digelar, sholat ashar berjama’ah pun dilaksanakan dan
diakhiri dengan do’a berjama’ah. Sesaat
sesudah semua sajadah terlipat dengan rapi, PT menyampaikan bahwa proses pembangunan calon rumah Pak Narsun
sedang berlangsung di bawah pengawasan
langsung Sang Danrem, Bapak Edison. Tidak ketinggalan personil kodim 0701 turut
serta dalam project kebaikan ini. Demikian juga halnya sebagian anggota masyarakat
ikut terjun langsung membantu. Bahkan, ditargetkan
besok rumah sederhana tersebut sudah selesai
dan bisa mulai ditempati oleh Pak
Narsun beserta anaknya. Mendengar hal
itu, terlihat mata Pak Narsun berkaca-kaca. Sementara itu senyum simpul sumringah
terlihat tegas di wajah Rudi yang mungkin sudah berkhayal jauh tentang rumah
barunya nanti. Momen khidmat inipun
dimanfaatkan untuk memberi sedikit nasehat bahwa kemukjizatan ini harus disyukuri sebab hal ini bukti nyata
kasih sayang Allah SWT terhadap Pak Narsun dan anaknya. Oleh karena itu,
disarankan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta agar lebih banyak
lagi limpahan rahmat dan ni’mat ke dalam hidup mereka di hari-hari selanjutnya.
Disamping itu, juga diingatkan untuk tidak salah dalam memaknai segala bentuk
perhatian dan pertolongan dari berbagai pihak yang berempati atas penderitaan
mereka. Hal ini perlu disampaikan agar sikap dan mental Pak Narsun maupun Rudi
tidak salah dan kemudian menganggap mudah segala urusan. Hal ini untuk menghindari
keterulangan hal serupa beberapa waktu lalu dimana pasca bantuan mengalir
begitu deras, justru kehidupan sang penerima bantuan menjadi kurang baik dan
akhirnya mendatangkan kekecewaan dari berbagai pihak.
Untuk itu, disarankan kepada Pak Narsun agar lebih giat untuk bekerja demi
kelanjutan hidup dan juga masa depan anaknya tercinta. Juga diingatkan bahwa
bantuan dan kepedulian ini tidak selamanya ada. Pak Narsun juga diyakinkan bahwa masa depan sangat tergantung bagaimana mereka selalu berusaha
secara maksimal dan juga senantiasa menjaga kedekatannya dengan Sang Pemberi
hidup dan rezeki. Nasehat singkat ini diterima Pak narsun dengan menundukkan
kepala sambil mengangguk pertanda meng-iyakan.
Ting tong..bel kamar berbunyi. Ternyata pelayan hotel mengantarkan makan
untuk Pak Narsun dan puteranya. Terlihat sang pelayan hotel begitu tulus dan
extra hati-hati dalam memperlakukan Pak Narsun dan puteranya. Sepertinya
pimpinan Hotel Aston meng-instruksikan ke
segenap jajarannya untuk memperlakukan Pak Narsun dan puteranya sebagai tamu
istimewa hotel tersebut.
Rumah Itu pun Akhirnya Selesai
Kamis 13 Agustus 2015 sekitar jam 14.00-an,
Pak Narsun di jemput dari Hotel Aston menuju lokasi rumah sederhana yang sudah
hampir selesai. Binar mata dan rasa
syukur terpancar tegas di wajah Pak Narsun begitu melihat rumah itu sudah siap
di huni. Begitu juga Rudi yang sudah tak sabar segera memasuki rumah barunya
itu. Pak Narsun sangat berterima kasih
atas kebaikan dan kebijaksanaan Pak Kol.Inf. Edison beserta pasukannya, Dandim
0701 beserta anggota, PT dan temen-temennya di zona bombong dan serta semua
pihak yang peduli atas nasib dan persoalan hidup yang sedang dihadapinya.
Mulai tadi malam, Pak Narsun dan Rudi sudah mulai menempati rumah
barunya.
Pak Narsun dan Rudi tentu sudah bisa tidur nyenyak dan tidak perlu lagi bertarung lagi dengan dinginnya angin malam atau hujan yang pasti membasahi sekujur tubuh. Ini sungguh sebuah karomah bagi hidup Pak Narsun dan Puteranya yang mereka sendiri pun pasti tidak pernah terfikir sebelumnya. Berkat kepedulian Sang Kolonel Edison dan berbagai pihak telah merubah nasib Pak Narsun dalam sekejap. Tidak semua orang bisa mengalami hal semacam ini. Mungkin tak berlebihan untuk mendefenisikan bahwa Pak Narsun dan anaknya terpilih oleh Tuhan. Diseberang sana mungkin masih ada dan bahkan banyak yang mengalami nasib serupa atau bahkan lebih buruj, tetapi mengapa Pak Narsun yang dipertemukan dengan karomah itu?.
Pak Narsun dan Rudi tentu sudah bisa tidur nyenyak dan tidak perlu lagi bertarung lagi dengan dinginnya angin malam atau hujan yang pasti membasahi sekujur tubuh. Ini sungguh sebuah karomah bagi hidup Pak Narsun dan Puteranya yang mereka sendiri pun pasti tidak pernah terfikir sebelumnya. Berkat kepedulian Sang Kolonel Edison dan berbagai pihak telah merubah nasib Pak Narsun dalam sekejap. Tidak semua orang bisa mengalami hal semacam ini. Mungkin tak berlebihan untuk mendefenisikan bahwa Pak Narsun dan anaknya terpilih oleh Tuhan. Diseberang sana mungkin masih ada dan bahkan banyak yang mengalami nasib serupa atau bahkan lebih buruj, tetapi mengapa Pak Narsun yang dipertemukan dengan karomah itu?.
Semoga keajaiban ini membuat dua insan Tuhan ini menjadi lebih yakin bahwa Tuhan maha pengasih dan penyayang. Disamping itu, semoga kejadian yang jarang ini meningkatkan syukurnya keduanya, khusnya ke dalam tindakan-tindakan keseharian seperti Pak
Narsun akan bekerja lebih keras dan atau Rudi
akan lebih serius dalam belajar demi mengejar cita-cita besarnya. Dengan demikian, keberkahan hidup akan selalu hadir dalam hidup mereka. Amin.
Jum'at yang menginspirasi.....







Posting Komentar
.