Pengantar
Redaksi :
Tulisan ini awalnya sekedar sumbangsih pemikiran
sederhana dalam gathering wali murid yang dilaksanakan oleh Yayasan Al-Irsyad
Purwokerto. Diluar dugaan penggagas, yang kebetulan menyekolahkan 3 (tiga)
Puteranya di SD Al-Irsyad 02 Purwokerto, tulisan ini ternyata dijadikan headline oleh majalah sekolah yang
bernama Adzkia Indonesia, Edisi 76, April 2015. Semoga gagasan dan pemikiran
sederhana dalam tulisan mendatangkan inspirasi
segenap sahabat pembaca setia arsaccorner.
SEBENTUK APRESIASI & SEKELUMIT SUMBANG FIKIR BERNADA ASA
A.
Testimoni Bernada Apresiasi
Memiliki anak sholeh/sholehah bercirikan akhlak mulia yang disertai
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan umum adalah alasan utama kebanyakan orang
tua/wali murid men-sekolahkan putera/i
nya di Al-Irsyad Al-Islamiyah Purwokerto. Keyakinan penuh akan komitmen crew Al-Irsyad terhadap pembangunan
kualitas berbasis continous improvement selaras dengan realitas yang menunjukkan
perubahan yang terus menunjukkan peningkatan. Iklim semacam ini pun kemudian menumbuhkan
ketentraman bathin para orang tua/wali murid dan berujung pada semakin tingginya
animo masyarakat untuk men-sekolahkan anaknya di Al-Irsyad Purwokerto. Kami
berharap pertumbuhan animo masyarakat ini menjadi inspirasi dan lipatan
energi untuk semakin berbenah bagi semakin tingginya kualitas output Sekolah Al-Irsyad
Al-Islamiyah Purwokerto. Kami menyadari capaian saat ini merupakan buah dari proses panjang yang tak mengenal kata lelah atau berhenti. Kami pun sangat apresiate terhadap dinamika iklim, variasi dan kreatif itas cara yang terus digali dan diaplikasikan. Kenyataan demikian pun kemudian menjadi tambahan energi bagi segenap orang tua/wali murid untuk senantiasa mendukung segala program peningkatan kualitas perserta didik dimana putera/i kami menjadi bagian di dalamnya.
B.Sekedar Sumbang Fikir Bernada Asa
Atas nama cinta dan loyalitas tinggi dan atas nama kebahagiaan/syukur telah menjadi bagian dari Al-Irsyad, terbersit ingin berkontribusi sumbang fikir sederhana dengan harapan efektif menjadi pemantik akselerasi Al-Irsyad dalam mewujudkan visi dan misinya, sebagaimana dijelaskan secara singkat berikut ini;
1.
Meng-edukasikan tentang ”kesederhanaan”.
Membudayakan kesederhanaan adalah sebuah keharusan, sebab kesederhanaan merupakan sikap mental yang sangat
mendukung perolehan keberhasilan. Kesederhanaan yang dimaksud dalam hal ini tidak
terbatas pada "performance fisikly" semata, tetapi juga meliputi
kesederhanaan sikap yang berdampak pada semangat juang siswa/i dalam menorehkan
prestasi. Fakta menunjukkan, keberhasilan diraih dengan tidak mudah dan
didalamnya pasti ada keprihatinan. Bukankah kesederhanaan
sangat dekat dengan keprihatinan (baca; kesabaran menjalani liku dan lelah sebuah
perjuangan). Oleh karena itu, membangun prestasi
berlandaskan kesederhanaan dan keprihatinan layak dijadikan sebagai
bagian dari budaya fikir dan tindak segenap siswa/i. Dengan demikian, capaian
tidak selalu dipandang identik dengan prasyarat materi yang cukup, tetapi sesungguhnya
tentang kemampuan mengembangkan kreativitas dan dan optimalisasi potensi yang
dititipkan Allah SWT. Disisi lain, ketika keprihatinan dan kesederhanaan bisa
menjadi budaya hidup, hal ini juga akan meng-eliminir mindset materialitas
dalam diri setiap siswa/i Al-Isyad Al-islamiyah Purwokreto.
2.
Semua anak adalah bintang. Setiap manusia terlahir dengan keunikannya masing-masing.
Bakat/talenta yang melekat merupakan modal
penting bagi setiap manusia untuk tumbuh menjadi pribadi berkarakter dan kemudian
memobilisasinya menjadi sederetan langkah menuju ketercapaian cita-cita sebuah
hidup. Oleh karena itu, akan menjadi sesuatu yang luar biasa ketika siswa/i bisa menemukan ruang untuk
mengenali diri dan potensinya, hal ini akan menumbuhkan percaya diri yang kemudian mendorong segenap siswa/I memandang
ber-sekolah merupakan sesuatu yang asyik dikarenakan mereka bisa menemukan
dirinya dalam setiap proses yang berlangsung di sekolah. Untuk mendukung hal
itu, pola-pola apresiasi terhadap siswa/i semestinya tidak hanya fokus pada
satu indikator (misalnya hanya pada aspek "nilai”) aja, tetapi juga
dilengkapi dengan ragam apresiasi yang mendorong setiap siswa/i untuk ingin
menjadi bintang sesuai potensinya masing-masing. Dengan beragamnya pola
apresiasi, maka setiap bakat akan menemukan jalannya.
3.
Mengembangkan kepedulian. Kemoderenan zaman tak dinyana telah mendorong
suburnya jiwa dan karakter individualiasme. Didengungkannya semangat
saling mengalahkan dan gairah untuk selalu lebih baik dari lainnya, tanpa disadari
telah memupuk egoisme diri dan ironisnya juga mengikis kepedulian dan empati
terhadap orang lain. Bahkan, tak jarang cara-cara instan dan tidak fair pun
kemudian dipilih sebagai cara demi sebutan “hebat”. Realitas ini memberi pesan kuat bahwa budaya
individualisme sangat rawan terhadap kerusakan mental. Idealnya, hal semacam
ini jangan sampai terjadi di lingkungan pendidikan khususnya Al-Irsyad Al-Islamiyah
yang nota bene berlabel sekolah Islam. Untuk itu, semangat kepedulian,
kesetiakawanan, semangat berlomba atas nama lebih baik dipandangan Allah SWT, layak menjadi
sikap-sikap yang terus diajarkan dan dituntunkan kepada segenap peserta didik,
mulai dari proses belajar dalam kelas
maupun dalam bentuk praktek yang variatif sehingga berhasil menanamkan betapa
pentingnya memiliki sikap peduli, empati dan bahkan berbagi dengan orang lain
dalam arti luas.
4.
Tentang konfirmasi pembayaran SPP. Adalah hal yang sangat bisa
difahami ketika manajemen Al-Irsyad melakukan konfirmasi atas setiap
keterlambatan pembayaran SPP atau sejenis lainnya. Hanya saja, pemilihan
media "surat" yang dititipkan melalui
siswa/i yang bersangkutan (baca: telat bayar SPP) berpotensi mendatangkan "beban psichologis" bagi peserta
didik. Atas hal ini, kami menyarankan untuk mengoptimalkan media lainnya dimana
siswa/i tidak dilibatkan agar tetap bisa focus pada proses kegiatan belajar.
C. Penghujung
Buah fikir
sederhana yang tersaji dalam tulisan ini
semata-mata diinspirasi oleh keinginan kuat berkontribusi pemikiran walau hanya
sebentuk gagasan sederhana. Keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman
dalam dunia pendidikan mungkin menjadikan tulisan ini masih memerlukan koreksi,
perbaikan, penyempurnaan dan bahkan penjabaran yang lebih baik sehingga
menemukan titik efektivitasnya.
Demikian
disampaikan, semoga tulisan ini lebih dilihat dari sudut semangat dan keinginan
kuat untuk berkontribusi, ketimbang dari sudut kualitas berkalimat dan
bergagasan.
Purwokerto, 11 Maret 2015
Penyusun,
Bunda M. Daffa, M.Rafiano dan
M.Daviano


Posting Komentar
.