A. PROLOG
Tulisan ini merupakan bagian dari ikut menyemangati "gairah berbagi" yang sudah terbangun dan menjadi "roh" perjuangan komunitas yang bernama "Zona Bombong". Dalam 2 (dua) tahun terakhir ini, mereka terus menebarkan virus semangat berbagi dalam berbagi bentuk seperti membagi-bagi nasi bungkus gratis setiap pagi yang di beri tajuk program "pagi yang dahsyat", membagi-bagikan Alqur'an gratis dan banyak program lain yang kesemuanya dalam alur semangat yang sama, yaitu "berbagi".
Secara obyektif, penulis menilai kelompok ini sangat inspiratif, apalagi digawangi anak-anak muda yang kebanyakan berprofesi sebagai pengusaha. Mereka sedang getol mencari nalar dan belajar meng-imani bahwa "budaya berbagi" memiliki relevansi kuat dengan pertumbuhan usaha. Pertumbuhan yang dimaksud bukan hanya memperkaya diri si pengusaha, tetapi juga bermakna sebgai perluasan kebermaknaan diri bagi banyak orang melalui jalannya perusahaan. Minimal, kian berkembang perusahaan kian banyak pula orang yang berkesempatan hidup di dalamnya.
Oleh karena itu, sebagaimana tulisan terdahulu disampaikan di zona bombong lihat : http://www.arsadcorner.com/2014/10/belajar-bersama-mendalami-kesalehan.html), atas keinginan memperluas hikmah dan makna, tulisan sederhana ini juga di upload dalam blog ini. Sebagai catatan penting, tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf bila terdapat kekeliruan. Juga, mohon berkenan untuk menanyakan kepada yang lebih ahli seperti guru agama atau kyai, bila ada keraguan di dalamnya.
B. TULISAN MATERI VERSI MS-WORD
Tulisan ini merupakan bagian dari ikut menyemangati "gairah berbagi" yang sudah terbangun dan menjadi "roh" perjuangan komunitas yang bernama "Zona Bombong". Dalam 2 (dua) tahun terakhir ini, mereka terus menebarkan virus semangat berbagi dalam berbagi bentuk seperti membagi-bagi nasi bungkus gratis setiap pagi yang di beri tajuk program "pagi yang dahsyat", membagi-bagikan Alqur'an gratis dan banyak program lain yang kesemuanya dalam alur semangat yang sama, yaitu "berbagi".
Secara obyektif, penulis menilai kelompok ini sangat inspiratif, apalagi digawangi anak-anak muda yang kebanyakan berprofesi sebagai pengusaha. Mereka sedang getol mencari nalar dan belajar meng-imani bahwa "budaya berbagi" memiliki relevansi kuat dengan pertumbuhan usaha. Pertumbuhan yang dimaksud bukan hanya memperkaya diri si pengusaha, tetapi juga bermakna sebgai perluasan kebermaknaan diri bagi banyak orang melalui jalannya perusahaan. Minimal, kian berkembang perusahaan kian banyak pula orang yang berkesempatan hidup di dalamnya.
Oleh karena itu, sebagaimana tulisan terdahulu disampaikan di zona bombong lihat : http://www.arsadcorner.com/2014/10/belajar-bersama-mendalami-kesalehan.html), atas keinginan memperluas hikmah dan makna, tulisan sederhana ini juga di upload dalam blog ini. Sebagai catatan penting, tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya mohon maaf bila terdapat kekeliruan. Juga, mohon berkenan untuk menanyakan kepada yang lebih ahli seperti guru agama atau kyai, bila ada keraguan di dalamnya.
B. TULISAN MATERI VERSI MS-WORD
APA HEBATNYA BERBUAT BAIK?
Suatu ketika, seorang karyawan cleaning
service berpenghasilan tetap bertanya, “Kalau Allah SWT menjanjikan lipat ganda atas
rezeki yang dibagi, bagaimana mungkin saya dapat pelipatgandaan karena
jelas-jelas gaji saya setiap bulan adalah sama sebagaimana ditetapkan oleh
perusahaan tempat saya bekerja?”.
Sang pencerah (SP) senyum sejenak sambil
memandangi si penanya. Beberapa menit kemudian SP berkata;” Saudaraku, sebiji
zarroh kebaikan pasti berbalas kebaikan dari Allah SWT”. Berbagi adalah bagian
dari amal baik yang didalamnya banyak makna. Mungkin saja kita berbagi hanya Rp
5.000,oo, tapi bisa jadi bagi si penerima hal itu bermakna lanjutan kehidupan
sebab saat itu dia sedang berperang dengan rasa lapar. Mungkin kita hanya berbagi
darah dengan ikut donor darah, tetapi bagi orang yang sedang sakit dan
membutuhkan, hal itu bermakna nyawa kehidupan. Oleh karena itu, berbagilah
apapun yang bisa engkau bagi untuk kemuliaan dipandangan Allah SWT dan biarlah
rupa balasan yang engkau dapatkan sepenuhnya menjadi urusan Allah SWT. Satu hal
lagi yang menjadi catatan bahwa pelipatan ni’mat oleh Allah itu bisa datang
dari sudut, waktu dan bentuk yang tidak diduga-duga sama sekali. Tidak melulu
akan berbuah uang saat kita berbagi uang, tetapi bisa juga berupa terhindarnya
dari sakit atau kecelakaan, dikaruniai anak2 yang cerdas, dipermudahnya segala
urusan, dijauhkannya dari segala kesulitan yang biasanya membuat hidup begitu
berat dan lain sebagainya. Artinya, berbagi adalah bagian dari cara kita
agar disayang dan di perhatikan Allah.
Bila kita peduli, maka Allah lebih peduli lagi. Bila kita suka mengatasi
kesulitan orang lain, maka Allah akan mempemudah urusan kita. Bila kita seneng
membantu orang lain, maka Allah akan senantiasa membantu kita. Oleh karena itu,
jika engkau ingin di perhatikan atau senantiasa dijaga Allah, maka berbuat
baiklah dengan apa yang engkau bisa disetiap kesempatan. Kalau engkau punya
harta, berbagilah dengan hartamu. Kalau engkau punya tenaga, berbagilah dengan
tenagamu. Kalau engkau punya ilmu, berbagilah dengan ilmu. Kalau engkau hanya
punya senyum, berbagilah dengan senyum. Kalau engkau hanya punya waktu, maka
berbagilah dengan waktu. Intinya, lakukanlah segala kebaikan karena keinginan
untuk mulia dimata Allah dan bukan dikarenakan ingin hebat atau mulia dimata
manusia”.
Dikesempatan lain, SP mengatakan: “bahwa sesungguhnya manusia lah yang butuh
untuk berbuat baik kepada manusia lainnya. Oleh karena itu, seharusnya yang
memberi itu berterima kasih pada yang menerima”. Kenapa demikian?.
Rasakanlah betapa damainya hati ketika
bisa berbagi. Rasakanlah betapa indahnya berkesempatan membantu dan membuat
orang lain senyum dalam bentuk apapun .
Itu sebuah kesempatan dan kepercayaan yang diberikan oleh Allah. Oleh karena itu, latihkanlah sensitivitas
atas apa yang dilihat dan didengar, sebab selalu ada hikmah yang terkandung didalamnya.
Mungkin, banyak orang berfikir kalau memberi sedekah pada pengemis di lampu
merah adalah tidak mendidik dan bahkan
melanggengkan kemiskinan itu sendiri. Tetapi, terfikirkan kah kalau satu
dari mereka memang sedang dalam kesulitan luar biasa untuk sekedar hidup?.
Sebuah kisah nyata di perjalanan seorang murid saat mengantarkan
gurunya pulang ke rumah. Saat itu, sang murid memilih abai dan tidak merespon
seorang pengemis yang mendekati kendarannya saat berhenti dilampu merah. Saat
lampu hijau dan kemudian kendaraan bergerak maju, sang Guru bertanya alasan apa
yang membuat sang murid abai dengan si pengemis. Dengan tegas sang murid mengatakan
bahwa memberi uang kepada pengemis itu tidak mendidik. Sang Guru diam sejenak
dan kemudian meminta sang murid untuk memutar balik arah kendaraan dan
meminta berhenti dilampu merah yang
sama. Saat pengemis yang sama datang kembali, sang guru memberi 2 (dua) pilihan
kepada muridnya yaitu; (i) memberi uang
seikhlasnya pada si pengemis itu atau; (ii)
bawa pengemis itu pulang ke rumahmu, penuhi semua kebutuhannya dan didik
sampai dia malu untuk mengemis lagi di jalanan. Terhenyak sang murid mendengar
2 (dua) pilihan yang diberikan sang guru. Akhirnya, dia memilih memberikan uang kepada pengemis dan
kemudian menjalankan kendaraannya saat lampu hijau menyala. Sang guru hanya
tersenyum melihat tindakan muridnya.
Ada
kalimat yang sangat menginspirasi dari Sang Guru. “Kalau memang engkau pengen mendidiknya, maka bawalah
dia ke rumahmu, penuhi segala kebutuhannya dan kemudian didiklah sampai dia melihat bahwa ada banyak hal yang
lebih baik untuk dilakukan ketimbang menjadi pengemis” .
Mungkin layak untuk direnungkan,
sebenarnya saat berbagi saat bersamaan kita mendidik diri sendiri, yaitu; (i)
mendidik kita untuk lebih bersyukur sebab tidak harus mengemis seperti dia;
(ii) mendidik kita untuk lebih peduli karena diluar sana ternyata masih banyak
yang hidupnya belum beruntung; (iii) mendidik kita untuk terus mengembangkan
kapasitas diri agar kemudian tidak
menjadi beban bagi orang lain; (iv) dan lain sebagainya. Oleh karena itu,
jangan sampai tergoda untuk menghardik pengemis, sebab tanpa disadari bisa jadi
sikap, mental dan tindakan kita juga tidak beda layaknya seorang pengemis dalam
menjalankan profesi kita sehari-hari. M
Sementara itu, mengingat adanya ganjaran
dari Allah SWT atas setiap perbuatan baik, maka sesungguhnya berbagi adalah
jembatan untuk bertemu ganjaran. Atas dasar itu, bukankah seharusnya yang
berbagi berterima kasih kepada yang mau menerima?. Sebab atas keikhlasan mereka
menerima, jembatan untuk bertemu ganjaran Allah yang lebih besar menjadi
terbentuk. Kalau begitu adanya, sangat tidak layak berfikir bahwa berbuat baik
itu hebat, kalau hakekat berbuat baik adalah bagian dari cara manusia
mendapatkan kebaikan yang lebih banyak dari Sang Khalik. Tidak tepat pula untuk
memandang rendah si penerima karena keadaannya yang sedang lemah. Hal ini perlu
ditandaskan agar terhidar dari perasaan riya saat melakukan kebaikan. Hal ini
juga sekaligus pengingat bahwa berbuat baik hendaklah dimaksudkan hanya untuk
kemuliaan dimata Allah SWT, sebab mulia di mata Allah adalah media mendekatkan
pada ragam rahmat, taufik dan hidayah dari Allah SWT.
Sebagai pengingat bagi kita semua,
sebagaimana Dalam Q.S. Al Baqarah :261 dijelaskan bahwa : Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Kalau demikian adanya, bukankah
sebuah kerugian kalau dalam bersedekan manusia masih berhitung-hitung berapa
yang harus dibagi?. Mungkin peduli dan membiasakan berbagi memerlukan latihan
dan memulainya dari kecil dan meningkat secara bertahap. Semoga ayat tersebut
berfungsi sebagai percepatan dalam jumlah berbagi. Amin Ya Robbal ‘Alamin.....
Semoga tulisan sederhana ini bisa
menginspirasi energi untuk menumbuhkembangkan kepedulian dan kebiasaan berbagi
dalam bentuk apapun untuk meningkatkan kemuliaan di pandangan Allah SWT . Mohon
maaf bila terdapat kekeliruan dalam pemaknaan yang semata-mata dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis.
Terinspirasi dari diskusi dengan sahabat
disepanjang
perjalanan pulang
dari Jakarta menuju Purwokerto
C. TULISAN MATERI VERSI JPEG
Posting Komentar
.