Disampaikan
Pelatihan Organisasi “PELOR” HIMAGROTEK,Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman, di Auditorium
Fakultas Pertanian, Unsoed, Purwokerto, Jawa Tengah, Sabtu, 15 Maret 2014
A. Prolog
Menjadi
manusia lebih baik adalah sebuah kemuliaan. Untuk itu, manusia harus mempunyai
nilai manfaat dan makna bagi orang lain, baik perkataan, fikiran, maupun
tindakannya. Untuk itu, seyogyanya manusia
selalu berupaya mengembangkan hard skill berupa ilmu pengetahuan
maupun soft skill berbentuk keberanian bergagasan, kemampuan
berkomunikasi dan mengembangkan hubungan-hubungan positif, kemampuan memimpin
dan lain sebagainya sehingga peluang kebermaknaan diri akan terbuka lebar.
Intinya, mengembangkan “kapasitas” diri merupakan cara
efektif mempertinggi capaian-capain dan sekaligus memperluas kebermanfaatan
diri bagi orang banyak. Sebagai catatan kecil, bermakna adalah sebuah
kebahagiaan luar biasa dimana banyak hal baik yang layak dikenang dan bisa menginspirasi
kebaikan bagi banyak orang. Hal semacam
ini sering disebut sevbagai “ketauladanan” yang merupakan amunisi efektif dalam menebarkan kebaikan dan sekaligus mengajarkan hal-hal
positif bagi sesama.
Untuk
mencapai titik kemampuan “bermakna” dalam arti memiliki
“kapasitas” mumpuni, maka diperlukan kemauan untuk prihatin. Prihatin yang dimaksud adalah kesadaran dan
keikhlasan untuk menahan diri dari keinginan yang hanya bermakna sesaat dan mengalihkannya
pada hal-hal positif berdimensi jangka panjang yang berkontribusi positif bagi pembentukan kebaikan-kebaikan
di masa mendatang. Hal ini memerlukan komitmen pribadi, sebab memilih bertindak diluar kebiasaan banyak orang merupakan tiket strategis memperoleh capaian
yang lebih
baik dari kebanyakan orang. Adalah
hal wajar seseorang menjadi peraih IP (Indeks Prestasi) tertinggi ketika dia
memilih sibuk mempelajari buku-buku kuliah
saat temen-temen lainnya asik bermain, Adalah sesuatu yang fair kalau seseorang menjadi jawara di bidang olah raga ketika dia berlatih
lebih serius bahkan sudah mulai berlatih saat temen-temen lainnya belum bangun
dan asik dengan mimpinya. Adalah sesuatu yang pantas ketika seserang terlihat
lebih percaya diri dibanding lainnya karena dia selalu menjeburkan diri secara
sengaja pada aktivitas-aktivitas yang membuatnya selalu berkomunikasi dengan banyak orang dari
berbagai latar belakang dan ragam kalangan lapisan masyarakat. Dalam bahasa
lainnya, hal yang menyebabkan seorang atelit
menjadi palari yang pertama menginjak garis finish adalah karena yang lainnya membiarkan (dalam makna luas) dia
berlari lebih cepat. Intinya, tak ada hasil atau capaian luar biasa dari upaya yang biasa. Hasil luar
biasa hanya mungkin didapat dari upaya yang luar biasa pula.
Oleh
karena itu, berbuatlah lebih untuk sebuah cita-cita, sebab akumulasi keringat
fikiran dan tenaga adalah tiket yang pantas untuk membentuk sebuah
keberhasilan. Jangan pernah pernah iri pada mereka yang lebih unggul dalam capaian karena mereka
melakukan hal-hal yang tidak terfikirkan
oleh anda sebelumnya.
B. Perdebatan Organisasi atau Kuliah
Sejak
dahulu kala, perdebatan tentang “organisasi atau kuliah” merupakan tema yang
terus berlangsung. Sebagian dari penganut IP Minded berpandangan bahwa organisasi tak penting dan bisa merusak
kuliah. Hal ini menjadi tampak menjadi benar ketika banyak fakta organisatoris memiliki
IP yang rendah dan lulusnya juga lebih lama. Disisi lain, sebagian
organisatoris berpandangan bahwa mereka yang
IP Minded
adalah orang-orang yang berfikir sempit dan egois serta apatis bahkan abai
dengan persoalan-persoalan sekitarnya. Mana yang benar?.
Secara
administratif, ketika didepan atau di belakang namanya tersematkan sebuah gelar
akademis, maka seseorang sah masuk dalam kategori sarjana sesuai bidang
keilmuan yang ditekuni. Itu kebenaran
yang tak terbantahkan terlepas dari stratifikasi
penguasaan atas keilmuan yang diseriusi saat ngampus. Kehidupan pasca kampus,
baik di tempat kerja maupun di tempat tinggal,
memiliki kompleksitas yang berbeda jauh dan memerlukan pensikapan
cerdas. Berbagai latar belakang ( karakter dan tingkat pendidikan) berbaur
dalam satu komunitas dan interaksi antar personal bisanya membentuk dinamika yang terus berlangsung.
Pada kondisi semacam ini, kecerdasan sosial memegang peranan
penting, baik untuk membentuk penerimaan
diri maupun dalam urusan mengembangkan pengaruh. Disamping itu, dimensi
moral juga menuntut seorang sarjana lebih baik dan lebih bijak
ketimbang mereka yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan sampai ke
tingkat universitas. Alasannya sederhana, karena sarjana selalu diasumsikan
lebih luas dalam urusan pengetahuan dan wawasan sehingga masyarakat
menuntut mereka memiliki sikap yang lebih bijaksana dan bersifat
mengayomi baik dalam urusan “interaksi antar individu” maupun
dalam urusan pekerjaan. Untuk itu,
seorang sarjana memiliki tanggungjawab yang sangat berat baik dalam koteks
keilmuannya maupun dalam hal sikap dan tindakannya.
Untuk
itu, idealnya seorang mahasiswa memandang bahwa menjadi bagian dari civitas kampus
adalah kesempatan emas untuk mengembangkan kapasitas diri baik dalam
hard
skill (keilmuan) maupun soft skill alias ketrampilan seperti kemampuan
manajerial, komunikasi, kepemimpinan dan lain sebagainya. 2 (dua) hal ini sesungguhnya
bersifat saling melengkapi dan bukan saling menggantikan atau meniadakan. Dalam
tinjauan demikian, maka perdebatan mana lebih penting kuliah (media pembentukan
hard skill) dan organisasi (media pembentukan soft skill) layaknya segera di akhiri.
C. Menelisik
Makna Ber-Organisasi
Organisasi
adalah kumpulan orang dari
berbagai latar belakang dan karakter. Organisasi juga memiliki visi dan misi
yang dalam pencapaiannya memerlukan partisipasi optimal dari segenap unsur yang
terlibat. Nilai-nilai perjuangan akan membimbing setiap orang untuk tetap
menjadi bagian dari barisan demi mewujudnya apa yang menjadi mimpi bersama. Oleh
karena itu, kondusifitas iklim organisasi menjadi harga mati untuk
membentuk capaian-capaian kolektif. Konsistensi komitmen dan moral perjuangan
semua unsur menjadi kunci eksistensi sebuah
organisasi. Hal-hal semacam itu “mengikat”
atau dengan kata lain “menjebakkan” setiap orang di dalamnya untuk ikut berproses dan terlibat dalam setiap dinamika
organisasi sesuai porsinya masing-masing.
Keterlibatan ini kemudian secara alamiah mempengaruhi perkembangan kapasitas
diri dari masing-masing orang. Begitu seterusnya hingga perkembangan
organisasi dan kapasitas diri orang-orang yang
terlibat berjalan linier.
Me-referensi
alinia diatas, disamping organisasi adalah membiasakan diri mengemban sebuah
misi penting, tidak berlebihan juga berkesimpulan
bahwa ber-organisasi itu identik dengan “menjebakkan” diri dalam media
strategis pengembangan kapasitas diri. Sebagai penegasan dan juga stimulan
untuk meningkatkan animo berorganisasi, berikut ini disajikan beberapa hasil
penelusuran kemanfaatan yang akan diperoleh dari berorganisasi, yaitu
:
- Membangun dan mengembangkan percaya diri melalui ke-pernah-an2
- Membangun dan mengembangkan kemampuan komunikasi dengan berbagai lapisan, latar belakang dan karakter
- Membangun dan mengembangkan kecerdasan emosional, sebab sering berada pada situasi yang menguras energi dan menguji emosi.
- Membangun dan mengembangkan kemampuan bergagasan, sebab untuk meningkatkan eksistensi organisasi selalu dituntut untuk terus mengembangkan ide-ide brilian.
- Membangun dan mengembangkan kemampuan beranalisa. Organisasi tidak lepas dari situasi yang memerlukan pencermatan dan analisa rigit sebelum mengambil sikap atau keputusan strategis.
- Mengasah kepemimpinan. Hakekat kepemimpinan adalah pengaruh dan perwujudan visi dan misi organisasi memerlukan pengaruh-pengaruh yang secara terus menerus di injeksikan baik dalam konteks menyemangati dan mengontrol segenap internal maupun kaitannya dengan memasyarakatkan isu-isu yang diusung organisasi.
- Mengasah kemampuan manajemen. Organisasi memerlukan manajemen untuk men-sinergikan segala potensi internal maupun eksternal organisasi.
- Mengasah kemampuan negosiasi. Organisasi tidak lepas dari perbedaan yang memerlukan negosiasi baik di tingkat internal maupun kaitannya dengan hubungan eksternal organisasi.
- Mengembangkan jaringan/networking.
- Membangun empati, kepedulian dan apresiasi.
- Membangun pribadi yang lebih fleksibel dan bisa bekerja dalam team work.
- Membangun kemampuan dalam me-manage ego sehingga pribadi menjadi lebih bijaksana
- Membudayakan tanggungjawab dan berjiwa besar.
- Membangun kemampuan dalam me-manage waktu dan melakukan pilihan aktivitas yang tepat dengan cerdas.
D. Menilik
Kepemimpinan dan 2 (dua) Tugas Utama Pemimpin
Secara
praktis “kepemimpinan” di defenisikan sebagai “pengaruh”. Bicara muasal
pengaruh, bisa bersumber dari satu jabatan atau kekuasaan, bisa dari
kepribadian yang baik dan bijaksana dan bisa pula dari kemampuan diri dalam
mempengaruhi keyakinan, fikiran dan tindakan orang lain.
Kaitannya
dengan sebuah organisasi, kepemimpinan mutlak diperlukan. Disamping untuk
mempengaruhi setiap unsur organisasi agar memberikan partisipasi yang optimal
dalam mewujudkan visi dan misi organisasi maupun dalam hal membahasakan
eksistensi organisasi kepada pihak eksternal.
Oleh
karena itu, proses dan keseharian organisasi merupakan momen yang sangat baik
untuk belajar kepemimpinan. Beragamnya karakter dan latar belakang dalam sebuah
organisasi merupakan tantangan tersendiri untuk bisa diterima dan sekaligus
menebar pengaruh-pengaruh positif.
Dari
sudut filosopi organisasi, seorang pemimpin memiliki 2 (dua tugas utama yang
penting, yaitu ; (i) Membangun karya spektakuler pada zaman kepemimpinannya
dan; (ii) Membentuk pengganti yang
meneruskan dan atau bahkan lebih baik darinya. Pada masa kepemimpinannnya,
seorang pemimpin harus mampu men-drive organisasi membentuk capaian-capaian
yang baik dan latak dikenang. Untuk itu, seorang pemimpin harus mampu
mempengaruhi seluruh unsur organisasi untuk bergerak bersama dalam porsi
masing-masing. Untuk itu, hal pertama yang harus di bentuk tentu penyamaan
persepsi dari segenap unsur organisasi tentang arah yang akan di tuju.
Selanjutnya, seorang pemimpin mendorong setiap orang di lingkungan organisasi
berkontribusi secara optimal. Singkat kata, tugas pemimpin tidak hanya
menyelesaikan persoalan jangka pendek tetapi juga sekaligus membentuk harapan
jangka pandang bagi masa depan sebuah organisasi. Oleh karena itu, seorang
pemimpn juga harus menjalankan fungsi kaderisasi sehingga saat estafet
kepemimpinan berlangsung, organisasi
tetap berjalan dengan stabil.
E. Menata Pengelolaan Organisasi
Organisasi adalah kumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Untuk
ketercapaian itu, segenap unsur organisasi dan sumber daya dioptimalkan secara
efektif bagi terbentuknya capaian secara bertahap dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, pengelolaan atau manajemen
organisasi memegang peranan penting dan menentukan. Efisiensi dan efektivitas
perlu menjadi perhatian agar kesinambungan gerakan organisasi lebih terjamin. Fakta menunjukkan bahwa
banyak organisasi yang jatuh bangun dan
gerakan-gerakan yang dilakukan cenderung sporadis dan tak jarang kemudian
tenggelam dan tidak berbekas. Hal ini disebabkan oleh in-konsistensi dan juga buruknya kualitas pengelolaan organisasi dan sumber
daya.
Oleh karena itu, tahapan-tahapan manajemen mulai dari
perencanaan, pen-gorganisasian, operasionalisasi/kasi, kontrol dan evaluasi harus menjadi bagian
dari budaya organisasi. Profesionalisme dalam arti adanya the right man on the right place
perlu menjadi komitmen organisasi dalam menjalankan dan mengembangkan berbagai
program.
F. Membangun Team Work Yang Tangguh.
Organisasi yang hebat pasti memiliki team work yang
solid dimana semua bagian mampu memberikan kontribusi yang optimal dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi. Ada beberapa saran dalam membangun sebuah
team work yang solid, antara lain :
- semua insan organisasi harus menyadari bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga berkolaborasi adalah jalan terbaik untuk melahirkan sinergitas.
- Semua orang adalah penting, tetapi tidak ada alasan untuk merasa lebih penting daripada lainnya.
- Bekerjasama adalah proses penyatuan energi dan potensi, sehingga akselerasi hanya lahir dari keinginan semua orang untuk berproses bersama.
- Kepentingan organisasi lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi. Oleh karena itu, konflik-konflik kepentingan harus diselesaikan berdasarkan semanga- dan ruh perjuangan organisasi.
- Bekerja sama tidak serupa dengan bekerja bersama. Dalam bekerja sama terdapat distribusi peran dan tanggungjawab proporsional dan semua bagian merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Terbangunnya team work yang tangguh
adalah sebuah kebutuhan mutlak dari organisasi. Oleh karena itu, padunya segala
karakter dan meleburnya ego-ego pribadi menjadi ego kolektif wajib dibangun
agar team work terbentuk dan memiliki daya tahan yang kuat.
G. Penutup
H.Gallery
+ komentar + 2 komentar
Assalamualaikum, Pak Arsad :)
Subhanallah, sungguh tulisan yang sangat membangun dan menginspirasi. Saya pribadi selaku ketua umum Himagrotek mengucapkan banyak terimakasih untuk materi yang bapa berikan, sehingga peserta Pelor sangat antusias mengikutinya. Insya Allah materi yang bapa sampaikan akan sangat bermanfaat bagi kami. Semoga komunikasi kita tidak berhenti sampai disini ya pa. Saya mewakili panitia dan pengurus mohon maaf bila pelayanan dari kami kurang berkenan dan kurang layak, karena masih belajar pa. Terimakasih, semoga Allah membalas jasa baik bapa. Wassalamualaikum wr.wb :)
Fildzah K.N.H
'Alaikum salam Fildzah K.N.H
Thanks atas apresiasinya, semoga bisa menyemangati kawan2 dan pada akhirnya berpengaruh ada peningkatan eksistensi organisasi Himagrotek. Saya berharap Himagrotek akan melahirkan karya2 spektakuler yang berimbas pada kematangan segenap kader-kadernya...bismillah...selama kekompakan terjaga, akan banyak hal yang hadir dalam kejayaan organisasi...semangattt...
Posting Komentar
.