BELAJAR BERSAMA : MELIPAT GANDAKAN | ARSAD CORNER

BELAJAR BERSAMA : MELIPAT GANDAKAN

Kamis, 26 September 20130 komentar





Bagi mereka yang terjebak men-Tuhan kan akal dan logikanya, mungkin tulisan sebaiknya tidak dibaca, ketimbang membuang waktu anda. Tetapi, mungkin menjadi inspirasi bagi mereka yang   mulai belajar, atau sedang belajar dan atau sudah lama meyakini sepenuhnya bahwa Tuhan adalah penentu segalanya.


Dalam tensi yang baru belajar ber-Tuhan, penulis pernah di tanya seorang sahabat yang lagi galau atas usahanya yang lagi sedikit crowded. Dalam tanyanya, sahabat ini pengen penjelasan apa hubungan kedekatan terhadap Tuhan dengan produktifitas?. Dalam ilmu yang masih dangkal, penulis mencoba menjelaskan dalam nalar  sederhana. “setiap orang yang masih mengakui adanya benar dan salah, ketika melakukan sebuah salah pasti akan meresahkan hatinya. Akibatnya, keresahan ini mengurangi konsentrasi sehingga tidak powerfull dalam melakukan sesuatu. Logisnya, sesuatu yang dikerjakan dengan powerfull tentu lebih baik hasilnya dibandingkan yang tidak powerfull”. Demikian sebaliknya, ketika seseorang menjaga kedekatannya dengan Tuhannya, maka hatinya akan damai dan tenang sehingga akan powerfull dalam melakukan apapun”. Sang sahabat cukup terhenyak juga dengan penjelasan itu. Tatapan kosong kemudian terlihat diraut wajahnya. Sesaan kemudian, dia membenarkan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dibanding semua kemampuan akal dan fikiran manusia. Penulis pun meng-iyakan sambil mendengarkan dengan seksama kalimat-kalimat bernada kesadaran dan keinginan meningkatkan kualitas ber-Tuhan.

Disesi sebuah diskusi panel, seorang peserta bertanya pada nara sumber tentang bagaimana cara meningkatkatkan omzet penjualn. Nara sumber itu kemudian mengisahkan bagaimana dia setiap pagi memasukkan Rp 50.000,oo ke kotak amal sebelum usaha mie ayamnya beroperasi. Dari kebiasaannya itu, dia mengatakan bahwa omzetnya luar biasa, bisa sampai 15 juta sebulan. Angka itu jauh dari ekspektasi awalnya saat meng-akuisisi usaha mie ayam tersebut dari pemilik lama. Beliau juga bertestimoni, bahwa ada seorang kristiani taat yang mempunya kebiasaan baik  dengan membagi makan sore kepada tukang becak sebelum usaha angkringannya beroperasi. Hasilnya pun luar biasa, yaitu rata-rata memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp 250.000,oo.   Berbagi” di tingkat horizontal sebagai media untuk meminta daya dukung Tuhan adalah cara yang dilakukan oleh 2 (dua) pelaku usaha tersebut.

Ada pula pelajaran menarik dari seorang sahabat. Suatu waktu saat lebaran, dia dan istrinya bermaksud mengunjungi sebuah panti asuhan. Ketika memasuki pertigaan menuju panti asuhan itu, dia meminta istrinya memasukkan uang cash ke dalam amplop itu sebesar Rp 500.000,oo. Sayang, sesampai di tempat tujuan, mereka hanya mendapati penjaga panti, sementara pengurus maupun segenap penduduk panti sedang pulang kampung ke keluarganya masing-masing. Akhirnya mereka pamitan dan dia berniat untuk men-transfer kan uang tersebut ke rekening yang biasa dia kirimin kalau sedang ada rejeki yang bisa dibagi. 3 (tiga) minggu berlalu, dia kemudian teringat pernah janji  hati untuk mentransfer uang ke panti tersebut. Dia pun mentransfer uang lewat internet bankingnya sebesar Rp 250.000,oo. Satu hari kemudian, dia terkaget mendapatkan informasi bahwa kirimannya belum sampai. Dia kemudian complain ke bank dan pegawai bank mempersilahkan isi form complain dan dijanjikan dalam 14 hari akan dikembalikan ke rekeningnya bila transfer itu benar-benar tidak masuk. Sambil mengisi form, dia terfikir bila menunggu 14 hari adalah terlalu lama, sementara kawan-kawan dipanti asuhan pasti sangat membutuhkannya. Setelah selesai mengisi form complain itu, dia pun berinisiatif melihat saldo di rekening bank nya, ternyata ada sekitar Rp 754.000,oo. Akhirnya dia berinisiatif untuk mentransfer lagi sejumlah Rp 250.000,oo dan kemudian dia kabarkan kepada pengelola panti asuhan tersebut. Alhamdulillah, tak lama kemudian dapat kabar kalau sudah masuk. Keesokan harinya, dia dikagetkan berita dari pengasuh panti asuhan itu bahwa transfer yang sempat tertunda itu ternyata sudah masuk. Kemudian pengasuh pesantren itu menawarkan apakah mau di kembalikan (di transfer balik). Seketika dia jawab ndak usah di transfer balik dan sampaikan salam untuk adek-adek di panti asuhan. Setelah mendengar hal itu, dia ingat saat memerintahkan istrinya memasukkan uang cash Rp 500.000,oo waktu itu. Dia tersenyum dan berkesimpulan bahwa Tuhan telah mengingatkannya kembali tentang niat awalnya untuk berbagi Rp 500.000,oo. Akhirnya dia berkesimpulan, jangan pernah menunda atau merubah sebuah niat baik. Hmm....seminggu berselang dia mendapat rezeki  tambahan sebesar Rp 1.500.000,oo dan juga salah satu temennya mengembalikan setengah pinjamannya  Rp 5.000.000,oo (total pinjaman temennya Rp 5.000.000,oo). Hebatnya lagi, rejeki tiba2 itu dan pengembalian pinjaman itu datang di saat dia benar-benar sedang membutuhkannya.


Kepada para sahabat pembaca yang budiman...
Beberapa kisah atau testimoni diatas memberi pesan dan pelajaran betapa “berbagi” adalah sumber energi dan pelipat ni’mat Tuhan dalam hidup. Dalam kontek manusia adalah insan yang selalu punya motif, Allah telah menjanjikan pelipat gandaan atas apa yang dibagi kepada orang lain. Kalau demikian adanya, ketika seseorang menikah dan memiliki anak, adalah menjadi lebih diterima akal memberi nafkah istri dan anak2 adalah sebuah ibadah, sebab hakekatnya juga sama yaitu berbagi dari apa yang telah dihasilkan dari upaya keras dan cerdas. Semoga kalimat ini menginspirasi sahabat-sahabat yang belum nikah untuk segera menikah sehingga akan terjebak dalam satu situasi yang baik, “selalu berbagi”.

Teringat nasehat seorang sahabat saat bersama di kereta dari Purwokerto menuju Jakarta. Beliau menyarankan, “teruslah merencanakan pengeluaran-pengeluaran yang baik (baca: berbagi), maka pemasukanmu akan lebih baik nantinya”. Kalimatnya sederhana, tetapi maknanya begitu dalam. Uniknya lagi, dalam pantauan keseharian, sahabat satu ini sangat ringan dalam berbagi dan bahkan dia tidak berfikir untuk mendapat balasan dari siapapun atas kebaikan yang dia lakukan. Dia hanya bilang kalau kita berbuat baik, maka kita akan ketemu juga dengan orang-orang baik. Sepertinya sahabat satu ini penganut hukum gravitasi. Tetapi yang saya amati, hidup beliau selalu happy dan fine2 saja.

“Berbagi” memang sebuah fenomena unik. Ada temen mengatakan bahwa berbagi lah dengan ikhlas dan atau bahkan dengan terpaksa, sebab berbagi akan memacu adrenaline kreativitas. Lain lagi pendapat seorang pengusaha mantan wartawan sebuah harian nasional, beliau berpendapat bahwa berbagi itu bisa menjadi addictive (baca: candu)  karena seringnya hal-hal baik dan tak pernah di duga sebelumnya datang ke dalam hidupnya sesudah berbagi.  Tergelitik hati, ketika  Tuhan berjanji melipatgandakan dari setiap yang dibagi, mengapa kemudian tidak tertarik berbagi sebanyak-banyaknya. Dalam cara baca “semangat berbagi”, menjadi kurang menarik untuk mempersoalkan apakah sang pengemis dilampu merah adalah drama terorganisir dari organisasi pengemis. Lebih indah ketika memandang mereka adalah media pengingat tentang betapa banyak yang belum beruntung dalam hidupnya, terlepas dari kebodohan, kemalasan dan alasan horizontal lainnya. Kalau dimensinya diperluas, maka berbagi yang edukatif  menjadi tema menarik untuk dituliskan. Artinya, tindakan berbagi yang kita lakukan, hendaklah mendorong dia untuk bangkit dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Artinya, bantuan tersebut haruslah menjadikan dirinya menjadi produktif dan bahkan ditargetkan suatu waktu juga akan menjadi bagian dari barisan berbagi.

Kalau demikian dahsyatnya berbagi, maka berbagi menjadi strategi yang menarik untuk melipatgandakan ni’mat dalam hidup. Berbagi tidaklah harus berbentuk materi, telinga anda pun bisa tergolong berbagi saat menyediakan diri untuk menjadi pendengar yang baik bagi orang-orang yang lagi stress atau galau dalam hidupnya. Mulut dan bibir juga bisa berbagi lewat mengucapkan kelaimat-kalimat yang menyemangati. Ni’mat bukanlah sebatas materi, ni’mat juga bisa berbentuk kesehatan diri dan keluarga, bisa juga berbentuk keselamatan didunia, kelancaran ragam urusan2 yang baik dan bahkan terhindar dari fitnah dan kecelakaan adalah sebuah ni’mat. Orang sering mengalami sebuah kejadian aneh atau sering disebut miracle (keajaiban), seperti selamat dari sebuah kecelakaan hebat, tiba-tiba mendapat jawaban dari kesulitan luar biasa, terhindar dari kerugian dari satu jalan yang tak pernah diduga sebelumnya dan lain sebagainya. Mungkin....miracle  itu sesungguhnya tidak terjadi tanpa sebab, tetapi  dampak positif dari ragam kebaikan yang dilakukan dimasa lalu dan bahkan sudah lupa. Kalau begitu pembacaannya, haruskah anda merasa berat untuk melakukan hal-hal baik?. Masih berfikirkan anda untuk membagi sebagian dari apa yang dititipkan Tuhan padamu?. 

Teringat satu kisah yang diceritakan oleh sahabat. Dahulu kala, ada satu kerajaan yang hanya memiliki satu orang puteri ingin mencari mantu yang akan dijadikan putera mahkota. Kemudian dibuatlah sebuah sayembara dimana setiap peserta harus masuk ke dalam satu kuburan buatan. Setiap peserta dikafani layaknya orang mati. Setiap peserta diberi kesempatan menarik tali bila menyerah menghadapai pertanyaan para malaikat.  Mengingat hadiah sayembara adalah menjadi putera mahkota dan juga akan mendapatkan istri seorang puteri raja yang cantik, berbondong-bondong peserta mendaftarkan diri. Melihat antrian yang panjang, seorang tukang kapak yang biasa hidup di hutan belantara kemudian menyaksikan sayembara itu. Satu per satu peserta masuk ke dalam kubur buatan dan satu per satu peserta menyerah sebelum waktu dinyatakan habis oleh panitia. Peserta terakhirpun ternyata gugur. Melihat hal ini, sang tukang kapak pun penasaran dan ingin mencoba. Akhirnya dia diberi kesempatan untuk mencoba. Semua orang memandangnya miris, karena dia hanyalah seorang tukang kapak. Setelah dia dikafani, kemudian dia dimasukkan ke dalam kubur dengan satu bantuan tali yang terhubung ke atas. Dia berhasil menjawab semua pertanyaan malaikat dan kemudian dia keluar sebagai pemenang. Semua orang terhenyak dan tak percaya atas apa yang mereka saksikan. Sang raja pun tersenyum bahagia karena sudah menemukan putera mahkota yang akan menjadi penggantinya kelak dan juga akan menjadi pendamping hidup puteri cantiknya. Namun apa yang terjadi kemudian. Sang Tukang Kapak itu mengatakan mengundurkan diri dan tidak akan mengambil hadiahnya (menjadi putera mahkota dan memperistri sang puteri raja). Semua orang heran, termasuk puteri raja dan raja yang sedang berkuasa. Dia kemudian mengatakan.”Selama hidupku aku hanya punya harta 1 (satu) kapak ini (sambil mempertontonkan kapaknya). Gara-gara sattu kapak ini saja, aku sudah dihujani pertanyaan malaikat tentang dari mana aku mendapatkan dan bagaimana pemanfaatan kapak ini, apalagi kalau kemudian aku kemudian hari menjadi raja dengan segala kekayaan yang ada menjadi tanggungjawabku, betapa susahnya aku mempertanggungjawabkannya.” Setelah memberi penjelasan itu, kemudian dia meninggalkan keramaian dan kembali kehutan bersama satu kapak yang menjadi satu-satunya harta dan juga alat setia dalam perjuangannya mempertahankan hidup.

Mungkin, cerita diatas cukup antagogis dalam kekinian zaman, walau mungkin cerita itu fiksi tetapi mengingatkan satu hal bahwa apapun yang kita peroleh atau miliki dan bagaimana memanfaatkannya akan dimintai pertanggungjawaban di kemudian hari. Kalau begitu adanya, terbersit tanya “masih menarikkah untuk menjaga kepemilikan harta yang banyak atau lebih tergoda  untuk membaginya kepada sesama sehingga banyak orang yang bahagia dari tindakan baik itu?”. Semoga Tuhan membimbing kita dalam menjawabnya.

Mari belajar bersama membentuk hidup yang lebih bermakna lewat berbagi...sebab kematian hanya berbalut kain kafan dan segala harta yang ada akan ditinggalkan. Teringat canda edukatif yang dilontarkan seorang kawan dalam diskusi ringan, dia bilang bahwa "orang yang mengumpulkan harta untuk 7 (tujuh) turunan adalah orang yang mendoakan 7 (tujuh) generasinya tidak memiliki kemampuan untuk berkarya di zaman masing-masingnya". Terus sahabat yang lain bertanya, "baiknya gimana dong?". Dengan nada rendah beliau menjawab;"mungkin lebih baik kalau dibagi saja ke orang-orang dan meyakini bahwa hal-hal baik yang dilakukan bukan hanya akan mendatangkan kebaikan pada dirinya, tetapi juga pada kerurunannya". Segenap peserta diskusi itu terdiam sambil berfikir.  



Terima Kasih Jum’at yang menginspirasi....semoga Tulisan sederhana ini menginspirasi kebaikan bagi segenap sahabat pembaca setia....
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved