MENAKAR RELEVANSI WIRAUSAHA dan KOPERASI | ARSAD CORNER

MENAKAR RELEVANSI WIRAUSAHA dan KOPERASI

Rabu, 21 November 20121komentar


Disampaikan pada kegiatan Pelatihan Perkoperasian dan Kewirausahaan   yang di selenggarakan oleh Dinperindagkop Kab Banyumas, 22 November 2012 di Aula KUD ARIS Banyumas, Jawa Tengah


A.  Pembuka

Penangguran adalah persoalan bangsa  yang bisa diselesaikan dengan cara penciptaan lapangan kerja. Untuk mendukung hal tersebut, kewirausahaan sebagai satu alternatif solusi yang layak di upayakan pengembangannya. Disatu sisi hal ini akan menciptakan insan-insan mandiri, disisi lain hal ini mempengaruhi geliat ekonomi sebuah daerah atau bangsa. Dampak berikutnya dari tumbuhnya para wirausahaan adalah peningkatan keterserapan tenaga kerja dan hal ini berkaitan dengan pengurangan angka penganggguran. Dalam cara baca yang lebih jauh, rendahnya pengangguran berimlikasi dengan  penurunan keresahan sosial yang mungkin ditimbulkan dari pengangguran itu sendiri.


Sementara itu, koperasi sebagai lembaga ekonomi yang  operasionalisasinya mengedepankan empowering (pemberdayaan) berpotensi besar  memerankan diri  mencetak dan menumbuhkembangkan wirausahawan.  Pendidikan yang merupakan kekuatan dan sumber keunggulan koperasi, memungkinkan koperasi mengkampanyekan dan sekaligus menyemangati segenap unsur organisasi  untuk menekuni kewirausahaan. 

Pentingnya pengembangan kewirausahaan, baik dari perspektif negara (menurunkan angka pengangguran) maupun sisi kepentingan koperasi (mensejahterakan anggotanya), merupakan titik strategis untuk menyusun “agenda bersama” yang dikemas dalam “pengembangan wirausaha”. Alasan lainnya adalah, obyek yang dibangun oleh negara dan juga koperasi sesungguhnya sama, yaitu rakyat dan sebagian besar juga berstatus sebagai anggota koperasi.   


B.  Sedikit Menguak Wirausaha
Semua ingin jadi wirausaha sukses, tetapi sayangnya tidak semua berkesempatan meraihnya. Semua ingin punya banyak perusahaan, tetapi sedikit orang yang bisa melampauinya. Semua orang menginginkan kejayaan hinggap selamanya, tetapi tak jarang diantara mereka yang mencapai kesuksesan kembali ke titik nol bahkan minus karena salah dalam me-manage atau mental yang tidak siap dengan keberhasilan.

Berwirausaha identik dengan sebuah pertaruhan keyakinan, keyakinan bahwa keberhasilan akan datang menghampiri. Keyakinan inilah sebagai sumber energi dalam berjuang. Keyakinan pula yang menjadi sumber gairah untuk terus melangkah apapun yang merintangi di prosesnya. Hal ini pula yang kemudian menggiring banyak orang mengatakan bahwa berwirausaha adalah tentang  “ketangguhan mental”. Hal ini bisa difahami karena berwirausaha lekat dengan perjuangan dan pantang menyerah sampai titik darah penghabisan. Dalam bahasa lain, pantang pulang sebelum mendapatkan hasil. Hal ini menegaskan totalitas perjuangan diperlukan dalam meraih sebuah mimpi dalam berwirausaha. Hambatan atau rintangan difahami sebagai bagian dari warna proses dan tidak akan pernah menyurutkan langkah untuk mencapai titik keberhasilan atau keter-raihan mimpi.


C.  Menilik Sisi Kegilaan Dunia Wirausaha
Banyak pelaku wirausaha mengatakan bahwa dunia wirausaha itu dunia penuh kegilaan. Kesimpulan ini tidak berlebihan, mengingat beberapa hal yang dijelaskan berikut ini:   
  1. Meyakini yang belum terjadi. Di dunia ini, tidak satupun yang bisa memastikan bahwa investasi sejumlah uang di hari ini akan mendatangkan keuntungan di esok hari. Dalam bahasa lain, esok hari adalah persoalan ghaib dan merupakan hak prerogatif Tuhan. Pada titik inilah diperlukan keyakinan yang kuat. Kalau pun ada contoh usaha serupa di kota “X”  terbukti berhasil, juga bukan menjadi sebuah jaminan kalau akan menuai keberhasilan yang sama di kota “Y”. Kalau pun ada tersedia kajian ilmiah tentang peta kebutuhan semacam studi kelayakan, itu hanyalah referensi tambahan yang membantu keterbangunan keyakinan untuk melangkah. Yang jelas, wirausaha harus berani meyakini apa yang belum di lihat.
  2. menganut azas kebebasan bertanggungjawab. Wirausaha bebas di mulai kapanpun menginginkan untuk memulainya. Semakin cepat  memulai, semakin besar peluang meraih kemanfaatan. Tak ada satupun yang mengatur kapan harus memulai dan bahkan kapan harus berakhir. Pilihan tergantung pada  wirausahawan itu sendiri dan setiap pilihan memilki konsekuensi. Inilah yang disebut dengan kebebasan bertanggungjawab.
  3. Resiko Berbanding lurus  dengan hasil.  Mengingat bahwa berwirausahan penuh ketidakpastian, maka di titik ini seorang wirausahawan dituntut memiliki keberanian terhadap resiko yang mungkin muncul dari sebuah keputusan, baik resiko negatif maupun implikasi positif. Ditinjau dari takaran, besar kecilnya resiko biasanya berbanding lurus dengan hasil yang berpeluang untuk di capai.  Ini adalah bagian dari kegilaan dunia wirausaha yang dalam perjalanannya memerlukan mentalitas tangguh.
  4. dan lain sebagainya


D.  Sekelumit Faham Koperasi
Seperti defenisi konsepsinya, koperasi merupakan kumpulan orang-orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui perusahaan yang mereka miliki bersama-sama dan mereka kendalikan secara demokrasi.  Perusahaan koperasi selanjutnya berjalan diatas nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang juga menjadi faktor pembeda dirinya dengan badan usaha lainnya.  Disamping itu, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut merupakan alat perusahaan koperasi membangun keunggulannya dalam arti luas.

Dari perspektif ideologi koperasi, secara singkat operasionalisasi koperasi  di lakukan dengan beberapa tahap berikut ini :
  1. Penyatuan pemahaman. Hal ini menjadi fundamental dan merupakan dasar  bagi setiap orang bergabung atau tidak ke dalam sebuah koperasi. Untuk itu, sebaiknya sebelum seseorang menyatakan bergabung dengan koperasi, idealnya terlebih dahulu di beri “pendidikan” yang minimal mengajarkan apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi. Dengan demikian, bergabungnya seseorang menjadi keluarga besar koperasi didasarkan pada keyakinan yang cukup dan keikhlasan mengambil tanggungjawab proporsional untuk ikut membesarkan perusahaan koperasi yang dimiliki secara bersama-sama.
  2. Penyatuan kepentingan dan potensi. Satu hal yang perlu disadari bahwa setiap orang yang bergabung di koperasi membawa kepentingan. Untuk itu, penyatuan kepentingan perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya konflik berkepanjangan yang berpotensi mengganggu stabilitas organisasi. Disamping itu, penyatuan potensi juga perlu di lakukan sebagai bagian dari perkuatan koperasi secara kelembagaan maupun secara perusahaan. Proses penyatuan ini kemudian dimobilisasi menjadi defenisi tujuan yang menjadi arah koperasi.   
  3. Perumusan Aktivitas. Aktivitas adalah turunan dari tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya. Aktivitas merupakan tahapan dalam mencapai tujuan bersama yang merupakan refresentasi (perwakilan) kepentingan dari mayoritas anggotanya. Secara umum, tujuan aktivitas koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota yang dalam tingkatan teknis perumusannya bisa digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :
·               Aktvitas mencerdaskan anggota dalam hal penggunaan pendapatan. Dalam hal ini, unit-unit layanan anggota (baca: unit usaha) yang akan di pilih dan di laksanakan diarahkan pada keterciptaan  “nilai lebih” yang dalam bahasa lain di defenisikan sebagai efisiensi kolektif. Inilah yang menjadi tantangan koperasi, sehingga nilai-nilai kebermanfaatan aktivitas koperasi berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan anggota dalam arti luas. 
·               Aktvitas mencerdaskan anggota dalam hal peningkatan pendapatan. Dalam hal ini, koperasi secara kelembagaan harus berinisiatif mendorong anggotanya meningkatkan produktivitasnya. Melalui metode edukasi yang variatif dan motivasional, koperasi mendorong anggotanya untuk menumbuhkembangkan ragam kreativitasnya menjadi sebuah aksi produktif yang berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya berimplikasi pada peningkatan produktivitas anggotanya, tetapi juga bisa berimplikasi bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha koperasi. Pada situasi ini, koperasi harus menjunjung tinggi asas subsidiary dimana apa yang telah dilakukan oleh anggota sebaiknya tidak dilakukan oleh koperasi dan demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, antara koperasi dan anggota tidak terjadi aksi saling meniadakan atau bersaing secara tidak sehat. Disinilah komitmen tinggi koperasi dalam hal etika, sehingga aktivitas koperasi dan aktivitas anggota sesungguhnya bersifat saling mendukung. 
  1. Distribusi Peran dalam pencapaian tujuan. Dalam mencapai tujuan kolektifnya, koperasi menggunakan metode pemberdayaan (empowering) melalui pelibatan segenap unsur organisasi (pengurus, pengawas dan anggota) secara proporsional sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing.
  2. Duduk bersama menilik pencapaian dan auto koreksi berjamaa’ah. Sebagai organisasi berbasis pemberdayaan, maka apapun hasil akhir harus dibaca sebagai hasil bersama. Artinya, koperasi tidak mengenal keberhasilan atau kebelum-berhasilan perorangan. Inilah wujud kebersamaan di koperasi didalam setiap tahapannya mulai dari perumusan tujuan sampai dengan pencapaiannya selalu berbasis kebersamaan. Oleh karena itu, disamping capaian sebagai dasar melakukan auto koreksi berjama’ah segenap unsur organisasi, duduk bersama juga di manfaatkan sebagai momentum me-refresh spirit  dan sekaligus mengembangkan tujuan-tujuan koperasi berikutnya. 


E.  Menakar Relevansi Kewirausahaan dan Pengembangan Koperasi.
Koperasi dan wirausaha adalah 2 (dua) kata yang sangat relevan, baik dalam pengembangan koperasi secara kelembagaan, maupun pengembangan anggota sebagai pribadi yang masing-masing memiliki tujuan dan cita-cita. Secara kelembagaan, kelahiran usaha-usaha kolektif anggota memerlukan gagasan brilian dari para anggota yang memiliki bakat wirausaha. Disisi lain, anggota yang menekuni wirausaha memerlukan koperasi dalam rangka memperkuat diri sekaligus menciptakan akselerasi (percepatan).

Di sesi implementasinya, kombinasi 2 (dua) kepentingan ini, yaitu kepentingan kolektif (perusahaan koperasi sebagai milik bersama) dan usaha anggota (sebagai milik pribadi anggota sebagai alat perjuangan pribadinya mencapai cita-cita), harus di manage (kelola) sedemikian rupa, sehingga keduanya saling memperkuat dan tidak saling meniadakan. Kepentingan kolektif dan kepentingan memajukan usaha milik anggota harus berjalan seiring  dan seirama.

Sebagai illustrasi, ketika sebuah koperasi di huni oleh anggota yang berprofesi sebagai wirausaha di bidang produksi atau industri, maka secara kelembagaan koperasi bisa memperankan diri sebagai :
1.            Membantu permodalan. Akumulasi simpanan anggota atau akses dana lainnya bisa dijadikan sebagai alternatif permodalan yang lebih efisien untuk kepentingan produksi usaha anggota.
2.            Akses teknologi. Secara kelembagaan, koperasi bisa membantu  akses teknologi yang membuat hasil produksi anggota lebih berkualitas
3.            Akses Pemasaran. Pada kapasitas produksi usaha anggota yang masih memungkinkan  di tingkatkan, koperasi bisa memerankan diri sebagai agen pemasaran ke arah yang lebih luas.  Koperasi juga bisa  menyediakan outlet atau semacam ruang pajang bagi produk-produk milik anggota sehingga mempermudah  produk-produk tersebut dijangkau/di dapatkan oleh konsumen. 
4.            Asistensi  manajemen. Dalam rangka meningkatkan kinerja usaha anggota, koperasi bisa melakukan asistensi manajemen. Lewat aplikasi manajemen yang baik, performance usaha anggota menjadi lebih baik sehingga mempertinggi peluang untuk berkembang.
5.            dan lain sebagainya

Sebagai imbal balik, perputaran uang dari usaha anggota menggunakan jasa dari unit simpan pinjam koperasi itu sendiri . Dengan demikian, unit simpan pinjam koperasi akan menjadi buffer financial institution (institusi pertahanan keuangan) bagi usaha-usaha anggotanya.  

Hal sama juga bisa dilakukan pada koperasi yang beranggotakan para pedagang, tinggal menyesuaikan formula saja. Misalnya, ketika koperasi terdiri dari anggota berprofesi sebagai pedagang di pasar, maka koperasi bisa memerankan diri sebagai distributor/grosir. Intinya, formula yang diterapkan berorientasi pada pola kemitraan yang saling menguntungkan.

Kalau demikian bisa diwujudkan, maka mendefenisikan koperasi sebagai pencetak dan sekaligus gudang wirausahawan menjadi sangat mungkin. Dalam cara baca lain, perwujudan koperasi sebagai sokoguru ekonomi bangsa menjadi rasional diharapkan.


F.  Penutup
Demikian pemikiran sederhana ini disampaikan sebagai sebuah stimulan dalam membangun sebuah koperasi yang  meng-anggota dan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya bakat-bakat wirausaha di lingkungan unsur organisasi koperasi. Setiap potensi harus didukung sehingga peluang berkembang menjadi lebih terbuka. Formula saling memperkuat harus dijadikan model, sehingga nilai-nilai manfaat berkoperasi menjadi lebih nyata dan memiliki relevansi kuat dengan peningkatan kesejahteraan anggota. Semoga menginspirasi...amin.

Share this article :

+ komentar + 1 komentar

Nur Afriyanti
22 November 2012 pukul 00.16

sungguh koperasi memang ajang belajar yang bagus ya bagi pemuda...sisi organisasi,sisi wirausaha, manajemen, sosial, n lainnya..hanya saja yang masih menjadi persoalan disekitar saya adalah yang mendapatkan manfaat lebih tentang itu semua kebanyakan hanya pengurus, itupun bagi yang benar2 mendalami...kadang walaupun dikoperasi tp jiwa koperasinya masih kurang melembaga..teman teman mahasiswa yang mengambil prodi koperasi pun tak banyak yang benar2 mendalami koperasi dengan gabung di dalam koperasi, padahal jika dibandingkan antara praktek dan teori yang diberi dalam perkuliahan itu berbeda. yang paling saya rasakan adalah ketika saya gabung dikoperasi,saya belajar tentang keuangan,tak semua sama dengan yang diajarkan dikuliah..jadi, koperasi bisa dijadikan batu loncatan untuk kita praktek tentang apa yang sudah kita pelajari diperkuliahan.membaca tulisan diatas saya menjadi ingat ketika mengikuti acara dikmen di stain purwokerto. dulu pak arsad juga ngisi di acara tersebut kalau tidak salah. bagus banget pak...dari penjelasan banyak yang bisa dibayangkan ketika praktek. akan tetapi aplikasi dari yang diperoleh pada saat dikmen juga harus di sesuaikan dengan sistem koperasi masing-masing

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved