A. Pembuka
Pentingnya
pengembangan kewirausahaan, baik dari perspektif negara (menurunkan angka
pengangguran) maupun sisi kepentingan koperasi (mensejahterakan anggotanya),
merupakan titik strategis untuk menyusun “agenda bersama” yang dikemas dalam “pengembangan
wirausaha”. Alasan lainnya adalah, obyek yang dibangun oleh negara dan
juga koperasi sesungguhnya sama, yaitu rakyat dan sebagian besar juga berstatus
sebagai anggota koperasi.
B. Sedikit Menguak Wirausaha
Berwirausaha identik
dengan sebuah pertaruhan keyakinan, keyakinan bahwa keberhasilan akan datang
menghampiri. Keyakinan inilah sebagai sumber energi dalam berjuang. Keyakinan pula
yang menjadi sumber gairah untuk terus melangkah apapun yang merintangi di
prosesnya. Hal ini pula yang kemudian menggiring banyak orang mengatakan bahwa
berwirausaha adalah tentang “ketangguhan
mental”. Hal ini bisa difahami karena berwirausaha lekat dengan
perjuangan dan pantang menyerah sampai titik darah penghabisan. Dalam bahasa
lain, pantang pulang sebelum mendapatkan hasil. Hal ini menegaskan totalitas
perjuangan diperlukan dalam meraih sebuah mimpi dalam berwirausaha. Hambatan
atau rintangan difahami sebagai bagian dari warna proses dan tidak akan pernah
menyurutkan langkah untuk mencapai titik keberhasilan atau keter-raihan mimpi.
C. Menilik Sisi Kegilaan Dunia Wirausaha
Banyak pelaku wirausaha mengatakan bahwa dunia wirausaha itu dunia penuh
kegilaan. Kesimpulan ini tidak berlebihan, mengingat beberapa hal yang
dijelaskan berikut ini:
- Meyakini yang belum
terjadi. Di dunia ini, tidak satupun yang bisa memastikan bahwa investasi
sejumlah uang di hari ini akan mendatangkan keuntungan di esok hari. Dalam
bahasa lain, esok hari adalah persoalan ghaib dan merupakan
hak prerogatif Tuhan. Pada titik inilah diperlukan keyakinan yang kuat.
Kalau pun ada contoh usaha serupa di kota “X” terbukti berhasil, juga bukan menjadi
sebuah jaminan kalau akan menuai keberhasilan yang sama di kota “Y”. Kalau
pun ada tersedia kajian ilmiah tentang peta kebutuhan semacam studi
kelayakan, itu hanyalah referensi tambahan yang
membantu keterbangunan keyakinan untuk melangkah. Yang jelas, wirausaha
harus berani meyakini apa yang belum di lihat.
- menganut azas kebebasan
bertanggungjawab. Wirausaha bebas di mulai kapanpun menginginkan
untuk memulainya. Semakin cepat memulai,
semakin besar peluang meraih kemanfaatan. Tak ada satupun yang mengatur
kapan harus memulai dan bahkan kapan harus berakhir. Pilihan tergantung
pada wirausahawan itu sendiri dan
setiap pilihan memilki konsekuensi. Inilah yang disebut dengan kebebasan
bertanggungjawab.
- Resiko Berbanding lurus dengan hasil. Mengingat bahwa berwirausahan penuh
ketidakpastian, maka di titik ini seorang wirausahawan
dituntut memiliki keberanian terhadap
resiko yang mungkin muncul dari sebuah keputusan, baik resiko negatif maupun
implikasi positif. Ditinjau dari takaran, besar kecilnya resiko biasanya
berbanding lurus dengan hasil yang berpeluang untuk di capai. Ini adalah bagian dari kegilaan
dunia wirausaha yang dalam perjalanannya memerlukan mentalitas tangguh.
- dan lain sebagainya
D. Sekelumit Faham
Koperasi
Dari perspektif
ideologi koperasi, secara singkat operasionalisasi koperasi di lakukan dengan beberapa tahap berikut ini
:
- Penyatuan pemahaman. Hal ini menjadi
fundamental
dan merupakan dasar bagi setiap
orang bergabung atau tidak ke dalam sebuah koperasi. Untuk itu, sebaiknya
sebelum seseorang menyatakan bergabung dengan koperasi, idealnya terlebih
dahulu di beri “pendidikan” yang minimal mengajarkan
apa, mengapa dan bagaimana berkoperasi. Dengan demikian, bergabungnya
seseorang menjadi keluarga besar koperasi didasarkan pada keyakinan yang
cukup dan keikhlasan mengambil tanggungjawab proporsional untuk ikut
membesarkan perusahaan koperasi yang dimiliki secara bersama-sama.
- Penyatuan kepentingan dan
potensi. Satu hal yang perlu disadari bahwa setiap orang yang bergabung di koperasi
membawa kepentingan. Untuk itu, penyatuan kepentingan perlu dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya konflik berkepanjangan yang berpotensi
mengganggu stabilitas organisasi. Disamping itu, penyatuan potensi juga
perlu di lakukan sebagai bagian dari perkuatan koperasi secara kelembagaan
maupun secara perusahaan. Proses penyatuan ini kemudian dimobilisasi
menjadi defenisi tujuan yang menjadi arah koperasi.
- Perumusan Aktivitas. Aktivitas
adalah turunan dari tujuan yang sudah dirumuskan sebelumnya. Aktivitas
merupakan tahapan dalam mencapai tujuan bersama yang merupakan refresentasi
(perwakilan) kepentingan dari mayoritas anggotanya. Secara umum, tujuan
aktivitas koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota yang dalam
tingkatan teknis perumusannya bisa digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu :
·
Aktvitas mencerdaskan anggota dalam hal penggunaan
pendapatan. Dalam hal ini, unit-unit layanan anggota (baca: unit usaha) yang
akan di pilih dan di laksanakan diarahkan pada keterciptaan “nilai lebih” yang dalam bahasa lain
di defenisikan sebagai efisiensi kolektif. Inilah yang
menjadi tantangan koperasi, sehingga nilai-nilai kebermanfaatan aktivitas
koperasi berhubungan langsung dengan peningkatan kesejahteraan anggota dalam
arti luas.
·
Aktvitas mencerdaskan anggota dalam hal peningkatan
pendapatan. Dalam hal ini, koperasi secara kelembagaan harus berinisiatif
mendorong anggotanya meningkatkan produktivitasnya. Melalui metode edukasi yang
variatif dan motivasional, koperasi mendorong anggotanya untuk menumbuhkembangkan
ragam kreativitasnya menjadi sebuah aksi produktif yang berkelanjutan. Langkah
ini tidak hanya berimplikasi pada peningkatan produktivitas anggotanya, tetapi
juga bisa berimplikasi bagi pertumbuhan dan perkembangan usaha koperasi. Pada
situasi ini, koperasi harus menjunjung tinggi asas subsidiary dimana apa
yang telah dilakukan oleh anggota sebaiknya tidak dilakukan oleh koperasi dan
demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, antara koperasi dan anggota tidak
terjadi aksi saling meniadakan atau bersaing secara tidak sehat. Disinilah
komitmen tinggi koperasi dalam hal etika, sehingga aktivitas koperasi dan
aktivitas anggota sesungguhnya bersifat saling mendukung.
- Distribusi Peran dalam
pencapaian tujuan. Dalam mencapai
tujuan kolektifnya, koperasi menggunakan metode pemberdayaan (empowering)
melalui pelibatan segenap unsur organisasi (pengurus, pengawas dan
anggota) secara proporsional sesuai dengan tanggungjawabnya masing-masing.
- Duduk bersama menilik
pencapaian dan auto koreksi berjamaa’ah. Sebagai organisasi
berbasis pemberdayaan, maka apapun hasil akhir harus dibaca
sebagai hasil bersama. Artinya, koperasi tidak mengenal keberhasilan
atau kebelum-berhasilan perorangan. Inilah wujud kebersamaan di
koperasi didalam setiap tahapannya mulai dari perumusan tujuan sampai
dengan pencapaiannya selalu berbasis kebersamaan. Oleh karena itu,
disamping capaian sebagai dasar melakukan auto koreksi berjama’ah segenap
unsur organisasi, duduk bersama juga di manfaatkan sebagai momentum me-refresh
spirit dan sekaligus
mengembangkan tujuan-tujuan koperasi berikutnya.
E. Menakar
Relevansi Kewirausahaan dan Pengembangan Koperasi.
Koperasi dan wirausaha
adalah 2 (dua) kata yang sangat relevan, baik dalam pengembangan koperasi
secara kelembagaan, maupun pengembangan anggota sebagai pribadi yang masing-masing
memiliki tujuan dan cita-cita. Secara kelembagaan, kelahiran usaha-usaha
kolektif anggota memerlukan gagasan brilian dari para anggota yang memiliki
bakat wirausaha. Disisi lain, anggota yang menekuni wirausaha memerlukan
koperasi dalam rangka memperkuat diri sekaligus menciptakan akselerasi
(percepatan).
Di sesi
implementasinya, kombinasi 2 (dua) kepentingan ini, yaitu kepentingan kolektif
(perusahaan koperasi sebagai milik bersama) dan usaha anggota (sebagai milik
pribadi anggota sebagai alat perjuangan pribadinya mencapai cita-cita), harus
di manage
(kelola) sedemikian rupa, sehingga keduanya saling memperkuat dan tidak saling
meniadakan. Kepentingan kolektif dan kepentingan memajukan usaha milik anggota
harus berjalan seiring dan seirama.
Sebagai illustrasi, ketika sebuah koperasi di huni oleh anggota yang
berprofesi sebagai wirausaha di bidang produksi atau industri, maka secara kelembagaan
koperasi bisa memperankan diri sebagai :
1.
Membantu permodalan. Akumulasi simpanan anggota
atau akses dana lainnya bisa dijadikan sebagai alternatif permodalan yang lebih
efisien untuk kepentingan produksi usaha anggota.
2.
Akses teknologi. Secara kelembagaan, koperasi
bisa membantu akses teknologi yang
membuat hasil produksi anggota lebih berkualitas
3.
Akses Pemasaran. Pada kapasitas produksi
usaha anggota yang masih memungkinkan di
tingkatkan, koperasi bisa memerankan diri sebagai agen pemasaran ke arah yang
lebih luas. Koperasi juga bisa menyediakan outlet atau semacam ruang pajang bagi
produk-produk milik anggota sehingga mempermudah produk-produk tersebut dijangkau/di dapatkan
oleh konsumen.
4.
Asistensi
manajemen. Dalam rangka meningkatkan kinerja usaha anggota,
koperasi bisa melakukan asistensi manajemen. Lewat aplikasi manajemen yang
baik, performance usaha anggota menjadi lebih baik sehingga mempertinggi
peluang untuk berkembang.
5.
dan lain sebagainya
Sebagai imbal balik,
perputaran uang dari usaha anggota menggunakan jasa dari unit simpan pinjam
koperasi itu sendiri . Dengan demikian, unit simpan pinjam koperasi akan
menjadi buffer financial institution (institusi pertahanan keuangan) bagi
usaha-usaha anggotanya.
Hal sama juga bisa
dilakukan pada koperasi yang beranggotakan para pedagang, tinggal menyesuaikan
formula saja. Misalnya, ketika koperasi terdiri dari anggota berprofesi sebagai
pedagang di pasar, maka koperasi bisa memerankan diri sebagai
distributor/grosir. Intinya, formula yang diterapkan berorientasi pada pola
kemitraan yang saling menguntungkan.
Kalau demikian bisa
diwujudkan, maka mendefenisikan koperasi sebagai pencetak dan sekaligus gudang
wirausahawan menjadi sangat mungkin. Dalam cara baca lain, perwujudan koperasi
sebagai sokoguru ekonomi bangsa menjadi rasional diharapkan.
F. Penutup
+ komentar + 1 komentar
sungguh koperasi memang ajang belajar yang bagus ya bagi pemuda...sisi organisasi,sisi wirausaha, manajemen, sosial, n lainnya..hanya saja yang masih menjadi persoalan disekitar saya adalah yang mendapatkan manfaat lebih tentang itu semua kebanyakan hanya pengurus, itupun bagi yang benar2 mendalami...kadang walaupun dikoperasi tp jiwa koperasinya masih kurang melembaga..teman teman mahasiswa yang mengambil prodi koperasi pun tak banyak yang benar2 mendalami koperasi dengan gabung di dalam koperasi, padahal jika dibandingkan antara praktek dan teori yang diberi dalam perkuliahan itu berbeda. yang paling saya rasakan adalah ketika saya gabung dikoperasi,saya belajar tentang keuangan,tak semua sama dengan yang diajarkan dikuliah..jadi, koperasi bisa dijadikan batu loncatan untuk kita praktek tentang apa yang sudah kita pelajari diperkuliahan.membaca tulisan diatas saya menjadi ingat ketika mengikuti acara dikmen di stain purwokerto. dulu pak arsad juga ngisi di acara tersebut kalau tidak salah. bagus banget pak...dari penjelasan banyak yang bisa dibayangkan ketika praktek. akan tetapi aplikasi dari yang diperoleh pada saat dikmen juga harus di sesuaikan dengan sistem koperasi masing-masing
Posting Komentar
.