A. Permulaan
B. Keberpihakan Regulasi Sebagai Sebuah Kajian
Dalam kontek pembangunan ekonomi berbasis pemberdayaan, peran rakyat menjadi satu bagian yang diharapkan terlihat secara nyata. Atas dasar itu, diperlukan ketersediaan regulasi yang mendorong dan memberi kesempatan seluas-luasnya bagi rakyat untuk mengambil peran. Keadilan dalam pemberian kesempatan juga bukan berarti harus sama, tetapi juga harus memperhatikan adanya perbedaan tingkat kemampuan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, proteksi (baca: perlindungan) perlu di ciptakan sehingga pelaku ekonomi kecil mempunyai percaya diri untuk tetap menjalankan bisnisnya. Jika tidak, pelaku ekonomi hanya akan tersentralisasi pada kelompok minoritas yang memiliki modal besar dan sumber daya unggul, sementara itu pelaku ekonomi tradisional akan bangkrut atau menjadi karyawan si empunya modal.
C. Ketika
Warung Pengecer dan Toko Tradisional Berdarah-darah
D. Waralaba
Sesungguhnya Bukanlah Tanpa Cela
E. Membangun
Perbedaan Sebagai Sumber Pertahanan
Sebagai stimulan,
berikut ini dijabarkan 3 (tiga) pengalaman empiris (kisah nyata) dari beberapa toko di lingkungan Kab. Banyumas:
- Mengubah
konsentrasi persediaan barang dagangan. Sebuah toko tradisional
mengalami penurunan omzet sejak kehadiran sebuah toko modern waralaba
disekitarnya. Dia pelajari dengan seksama untuk mendapatkan apa keunggulan
dan kelemahan. Setelah melakukan pemetaan, dia kemudian merubah strategi
dalam hal persediaan barang dagangan. Di satu sisi dia merubah besaran
margin (baca: keuntungan) dari setiap item barang-barang pabrikasi, di
sisi lain dia menjual apa yang tidak dijual oleh toko modern waralaba itu.
Bahkan, secara radikal persediaan barang dagangan pabrikasi berfungsi
hanya menjadi pelengkap saja (bukan sebagai sumber utama keuntungan yang
diharapkan). Dengan strategi ini, dia sukses mempertahankan diri dan
bahkan semakin berkembang.
- Berbelanja
Sekaligus Menabung. Seorang pedagang toko tradisional berumur
sekitar 50 tahunan membuat satu terobosan dengan memberikan cash
back (pengembalian uang) kepada konsumennya saat lebaran. Setiap
kali konsumen (penduduk yang berdomisili tetap di desanya) selesai membayar transaksinya, dia
menegaskan bahwa konsumen itu telah menabungkan sejumlah Rp X dari total nilai belanjanya. Apa
yang terjadi kemudian???. Cerita ini menyebar dari mulut ke mulut
dan pada akhirnya masyarakat di
sana berduyun-duyun berbelanja di toko itu. Apalagi ketika lebaran kemarin
toko itu membayarkan tabungan setiap konsumen loyalnya, aksi ini
mengundang simpati dan membuat pelanggan semakin yakin dan mencintai toko
tersebut. Sebuah aksi unik yang terbukti ampuh.
- Menjual
harga pokok. Ketika seorang pedagang toko tradisional mendengar
informasi bahwa 2 (dua) bulan lagi toko modern waralaba akan beroperasi di
desanya, pedagang toko tradisional itu memutar otaknya untuk mencari
terobosan demi bertahan hidup. Terfikir olehnya menerapkan menjual dengan
harga pokok dan menyerahkan kepada konsumen mau kasih keuntungan berapa
untuknya. Awalnya, masyarakat sekitar merasa aneh dan menjadi pembicaraan
disetiap sudut desa. Seiring berjalannya waktu, akhirnya para konsumen
menjadi terbiasa dan bahkan merasa nyaman berbelanja di toko itu. Uniknya,
pelanggannya semakin ramai dan tidak terpengaruh dengan beroperasinya toko
modern waralaba itu. Strategi ini telah membentuk konsumen loyal secara
alamiah. Sebuah tindakan yang layak dihadiahi kata “brilian”.
3 (tiga) contoh “aksi
unik” pada cerita diatas menggambarkan kecerdasan dalam mensikapi keadaan.
Mereka tidak tergoda untuk merubah toko mereka seperti toko modern waralaba
itu, tetapi mereka memilih membentuk perbedaan sehingga terhindar dari
persaingan berdarah-darah dan sulit di kendalikan.
F. Penghujung
Posting Komentar
.