disampaikan pada Koordinasi dan Konsolidasi Nasional "Menggagas Pengembangan Koperasi Pemuda Indonesia menjadi koperasi Berkelas Dunia.
”impian” selalu efektif menjadi sumber energi
dan inspirasi dalam melakukan hal-hal besar yang bersifat futuristic. Tak mengherankan kalau kemudian para pemimpi selelau
terlihat seperti orang yang tak pernah kehabisan energi. Keyakinan tinggi akan ketercapaian
dan bayang indah keberhasilan selalu menjadi sumber semangat untuk terus
berupaya dan berupaya. ”Impian” tak pernah nyata dengan tiba-tiba,
tetapi selalu melalui jalan berliku, melelahkan dan bahkan tak jarang menemui
kendala yang melemahkan semangat. Pada
kenyataannya, sesungguhnya banyak pemimpi
yang tidak benar-benar menginginkan mimpinya menjadi nyata. Hal ini
terlihat dari tidak ditemukannya relevansi kuat antara langkah yang diambil
dengan impian itu sendiri. Pada akhirnya, Tuhan Sang Penentu hasil akhir tak
menemukan alasan yang cukup untuk menyajikan sebuah keberhasilan. Ini memang
tak mudah, sehingga sangat wajar kalau hanya sedikit orang yang benar-benar
menggapai impiannya , yaitu hanya pada orang yang mampu megintegrasikan waktu, energi dan talenta dengan brilian.
Demikian
halnya ketika koperasi pemuda bermimpi membangun koperasi berkelas dunia. Hal
itu akan dicapai lewat kerja keras dan cerdas, jika tidak semua itu hanya
tinggal jargon dan faktor pengikis kepercayaan terhadap para aktivis koperasi
pemuda itu sendiri.
Era
sudah berubah, reformasi lekat dengan
ketauladanan berkarya. Retorika sudah tak cukup lagi menjadi mesin reputasi dan
sumber kepercayaan. Hal ini sesungguhnya
sangat relevan dengan koperasi yang sejak kelahirannya merupakan sebuah
ideologi yang terukur. Oleh karena itu, era reformasi sesungguhnya momentum
bagi segenap aktivis koperasi pemuda
membuktikan diri sebagai kader
yang layak di apresiate dan di beri kepercayaan melalui keterlahiran
fakta-fakta lapangan yang mengundang decak kagum.
Tak
ada yang instan dalam melahirkan sebuah karya besar. Hal itu memerlukan waktu,
ketekunan, kesabaran serta kebesaran jiwa dalam dinamika lapangan yang begitu
melelahkan. Sesuatu yang ada berawal
dari tiada dan sesuatu yang besar berawal dari kecil. Pada titik inilah segenap
aktivis koperasi pemuda ditantang untuk bisa membuktikan bahwa ketangguhan
koperasi tidak hanya pada tingkat ”telusur logika” tetapi juga pada tingkat
empiris.
B. Sistem
Kaderisasi Kunci Meraih Mimpi.
Sebagai
sebuah catatan penting, dalam faham koperasi ”modal” bukanlah hal utama
(just
servant), karena sesungguhnya
koperasi lahir bukan untuk agenda pertumbuhan modal, tetapi pertumbuhan
manfaat. Artinya, kebermanfaatan
koperasi bagi hidup anggotanya adalah tujuan yang diutamakan dari berbagai
aktivitas dan agenda yang dijalankan. Oleh
karena itu, apabila masih ada aktivis koperasi yang menyuarakan ketidakberkembangan dikarenakan kurangnya modal, itu menggambarkan
rendahnya pemahaman, minimnya kuallitas dan rendahnya ”semangat juang” orang-orang
di dalamnya.
Aktivis
koperasi harus futuristic dan selalu berkeyakinan bahwa harapan selalu ada sepanjang
tidak berhenti berupaya. Aktivis
koperasi yang piawai harus berpandangan bahwa
mengeluh tak kan pernah merubah apapun dan mengedepankan keterbatasan hanya akan menguras
energi secara percuma. Spirit semacam inilah yang harus ditumbuhkembangkan
sehingga harapan ketercapaian mimpi lebih terbuka. Namun demikian, membangung
kader-kader yang memiliki mental tangguh
dan pantang menyerah memang bukan perkara mudah layaknya membalikkan telapak
tangan. Disamping itu, militansi kader sangat sulit berharap dari proses alamiah
sehingga diperlukan langkah-langkah integratif bagi keterbentukannya. Pada
titik inilah diperlukan ”pola kaderisasi”
yang mampu mencetak para kader koperasi secara bertahap dan
berkesinambungan.
Selanjutnya,
pola kaderisasi ini dijadikan mesin
pencetak kader-kader handal yang akan menggerakkan koperasi mencapai visinya.
Jika tidak dilakukan dan hanya berharap pada proses alamiah, maka masa depan
koperasi menjadi sulit untuk raba atau di prediksi.
C. Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Kaderisasi
Oleh
karena itu, hal ini memerlukan ”koreksi bijak” dan seyogyanya pemuda
sebagai calon pemimpin bangsa mengambil posisi terdepan. Pemuda koperasi harus membekali dirinya dengan pengetahuan
yang cukup sehingga mampu menciptakan ”contoh baik”. Untuk itu, sebagai langkah awal pemuda
koperasi harus membentuk pola edukasi
yang terangkum dalam ”sistem kaderisasi”.
Sebagai
stimulan awal, pada ”sistem kaderisasi” tersebut minimal melekat prinsip-prinsip dasar,
yaitu; (i) memiliki nilai kayakinan dan kebanggaan; (ii) memiliki relevansi
kuat antara cita-cita koperasi dan cita-cita pribadi kader itu sendiri dan;
(iii) memiliki demensi moral yang kuat.
C.1. Memiliki Nilai Keyakinan dan Kebanggaan
Sebagai sebuah catatan bahwa banyak aktivis koperasi
pemuda pada akhirnya mengabdi pada sektor kapitalis. Hal ini menunjukkan bahwa
rendahnya keyakinan dan kebanggaan terhadap koperasi itu sendiri. Minimnya
contoh koperasi besar dan populernya
aksi-aksi negatif di lingkungan koperasi (seperti korupsi dan
penyimpangan lainnya), menjadi faktor penyumbang ”melemahnya semangat” dan ”
hilangnya kebanggaan” terhadap koperasi itu sendiri. Ideologisasi keluhuran
nilai-nilai koperasi pada segenap kader koperasi mutlak diperlukan sehingga
melahirkan keyakinan dan kebanggaan bagi seluruh kader.
C.2. Memiliki relevansi kuat antara cita-cita koperasi
dan cita-cita pribadi kader itu sendiri
Sistem kaderisasi harus memiliki relevansi kuat antara
cita-cita koperasi dan cita-cita pribadi kader itu sendiri. Dengan demikian,
langkah-langkah pencapaian cita-cita koperasi linier dengan cita-cita pribadi kader
koperasi. Dalam situasi ini, para kader akan sepenuhnya mendedikasikan dirinya
untuk kemajuan koperasi sebab pada saat yang sama sesungguhnya dia sedang
mencapai mewujudkan cita-citanya. Ini memang tak mudah, tetapi relevansinya
harus segera tertemukan. Jika tidak koperasi akan selalu
berada pada titik konflik dan ragam tanya yang tak pernah berjawab. Kemudian
pada titik frustrasi tertentu, kader koperasi akan meninggalkan koperasi dan
kemudian memilih jalan berbeda.
C.3. Memiliki Dimensi Moral Yang Kuat
D. Penutup

Demikian
tulisan singkat ini sebagai sebuah pengantar dan sekaligus sebagai stimulan
dalam sesi diskusi. Semoga menginspirasi.....!!!!!!!
Posting Komentar
.