PEMBINAAN KADER SEBAGAI PENGGERAK DINAMIKA ORGANISASI | ARSAD CORNER

PEMBINAAN KADER SEBAGAI PENGGERAK DINAMIKA ORGANISASI

Senin, 04 Juni 20120 komentar



disampaikan pada Koordinasi dan Konsolidasi Nasional  "Menggagas Pengembangan Koperasi Pemuda Indonesia menjadi koperasi Berkelas Dunia.

 A. Pendahuluan

"Membangun Koperasi Pemuda  Indonesia berkelas dunia" merupakan cita-cita  yg patut diapresiate oleh sengenap aktivis koperasi pemuda di seluruh Indonesia. Grand tema RAKORNAS KOPINDO ini merupakan bentuk sikap dan sekaligus simbol spirit  untuk mengambil tanggungjawab secara nyata atas masa depan perkoperasian Indonesia. Selanjutnya,  para aktivis koperasi pemuda harus melakukan lompatan kinerja yang berujung pada keterlahiran karya-karya spektakuler dan layak ditauladani oleh koperasi lainnya.
  
 ”impian” selalu efektif menjadi sumber energi dan inspirasi dalam melakukan hal-hal besar yang bersifat futuristic.  Tak mengherankan kalau kemudian para pemimpi selelau terlihat seperti orang yang tak pernah kehabisan energi. Keyakinan tinggi akan ketercapaian dan bayang indah keberhasilan selalu menjadi sumber semangat untuk terus berupaya dan berupaya. ”Impian” tak pernah nyata dengan tiba-tiba, tetapi selalu melalui jalan berliku, melelahkan dan bahkan tak jarang menemui kendala yang melemahkan semangat.  Pada kenyataannya, sesungguhnya banyak  pemimpi yang  tidak benar-benar  menginginkan mimpinya menjadi nyata. Hal ini terlihat dari tidak ditemukannya relevansi kuat antara langkah yang diambil dengan impian itu sendiri. Pada akhirnya, Tuhan Sang Penentu hasil akhir tak menemukan alasan yang cukup untuk menyajikan sebuah keberhasilan. Ini memang tak mudah, sehingga sangat wajar kalau hanya sedikit orang yang benar-benar menggapai impiannya , yaitu hanya pada orang yang mampu megintegrasikan  waktu, energi dan talenta dengan brilian.   

Demikian halnya ketika koperasi pemuda bermimpi membangun koperasi berkelas dunia. Hal itu akan dicapai lewat kerja keras dan cerdas, jika tidak semua itu hanya tinggal jargon dan faktor pengikis kepercayaan terhadap para aktivis koperasi pemuda itu sendiri.

Era sudah berubah, reformasi  lekat dengan ketauladanan berkarya. Retorika sudah tak cukup lagi menjadi mesin reputasi dan  sumber kepercayaan. Hal ini sesungguhnya sangat relevan dengan koperasi yang sejak kelahirannya merupakan sebuah ideologi yang terukur. Oleh karena itu, era reformasi sesungguhnya momentum bagi segenap aktivis koperasi pemuda  membuktikan diri  sebagai kader yang layak di apresiate dan di beri kepercayaan melalui keterlahiran fakta-fakta lapangan yang mengundang decak kagum.

Tak ada yang instan dalam melahirkan sebuah karya besar. Hal itu memerlukan waktu, ketekunan, kesabaran serta kebesaran jiwa dalam dinamika lapangan yang begitu melelahkan.  Sesuatu yang ada berawal dari tiada dan sesuatu yang besar berawal dari kecil. Pada titik inilah segenap aktivis koperasi pemuda ditantang untuk bisa membuktikan bahwa ketangguhan koperasi tidak hanya pada tingkat ”telusur logika” tetapi juga pada tingkat empiris.


B. Sistem Kaderisasi Kunci Meraih Mimpi.
Sebagai organisasi kumpulan orang, maka maju tidaknya koperasi sangat tergantung pada kualitas dan integritas orang-orang yang terlibat di dalamnya. Lewat penyatuan talenta, segenap potensi di mobilisasi  menjadi karya penuh makna bercirikan kolektivitas yang terjaga. Atas dasar itu pula, obyek dan subyek pembangunan koperasi adalah orang-orang yang terlibat di dalamnya.   

Sebagai sebuah catatan penting, dalam faham koperasi ”modal” bukanlah hal utama (just servant), karena sesungguhnya  koperasi lahir bukan untuk agenda pertumbuhan modal, tetapi pertumbuhan manfaat.  Artinya, kebermanfaatan koperasi bagi hidup anggotanya adalah tujuan yang diutamakan dari berbagai aktivitas dan agenda yang dijalankan.  Oleh karena itu, apabila masih ada aktivis koperasi  yang menyuarakan ketidakberkembangan  dikarenakan kurangnya modal, itu menggambarkan rendahnya pemahaman, minimnya kuallitas dan rendahnya ”semangat juang” orang-orang di dalamnya.

Aktivis koperasi harus futuristic dan selalu berkeyakinan bahwa harapan selalu ada sepanjang tidak berhenti berupaya.  Aktivis koperasi yang piawai  harus berpandangan bahwa mengeluh tak kan pernah merubah apapun dan  mengedepankan keterbatasan hanya akan menguras energi secara percuma. Spirit semacam inilah yang harus ditumbuhkembangkan sehingga harapan ketercapaian mimpi lebih terbuka. Namun demikian, membangung kader-kader yang  memiliki mental tangguh dan pantang menyerah memang bukan perkara mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Disamping itu, militansi kader  sangat sulit berharap dari proses alamiah sehingga diperlukan langkah-langkah integratif bagi keterbentukannya. Pada titik inilah diperlukan  ”pola kaderisasi” yang mampu mencetak para kader koperasi secara bertahap dan berkesinambungan. 

Selanjutnya, pola kaderisasi ini  dijadikan mesin pencetak kader-kader handal yang akan menggerakkan koperasi mencapai visinya. Jika tidak dilakukan dan hanya berharap pada proses alamiah, maka masa depan koperasi menjadi sulit untuk raba atau di prediksi.   


C. Prinsip-Prinsip Dasar Sistem Kaderisasi
Kekuatan utama koperasi adalah pada edukasi. Lewat edukasi akan terbentuk pemahaman yang benar tentang ”apa, mengapa dan bagaimana” berkoperasi. Fakta lapangan menunjukkan, banyaknya organisasi berbaju koperasi berperilaku non koperasi, merupakan fakta tak terbantahkan bahwa telah terjadi kekeliruan berkoperasi yang merupakan akibat dari lemahnya edukasi.  Akibat berikutnya adalah tidak terlihatnya relevansi status keanggotaan dengan sikap dan mental orang-orang yang tergabung di dalamnya. Egoisme yang melekat menjadi penyumbang bagi terciptanya konflik-konflik yang diawali dari perseteruan kepentingan. Kolektivitas sebagai ciri koperasi tak lagi terlihat , nilai-nilai luhur koperasi tak lagi menjadi penghalang agenda kepentingan kelompok minoritas yang dominan.  Ironisnya, hal semacam ini terjadi di mayoritas koperasi di negeri tercinta ini.

Oleh karena itu, hal ini memerlukan ”koreksi bijak” dan seyogyanya pemuda sebagai calon pemimpin bangsa mengambil posisi terdepan. Pemuda koperasi  harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup sehingga mampu menciptakan ”contoh baik”.  Untuk itu, sebagai langkah awal pemuda koperasi harus membentuk  pola edukasi yang terangkum dalam ”sistem kaderisasi”. 

Sebagai stimulan awal, pada ”sistem kaderisasi” tersebut   minimal melekat prinsip-prinsip dasar, yaitu; (i) memiliki nilai kayakinan dan kebanggaan; (ii) memiliki relevansi kuat antara cita-cita koperasi dan cita-cita pribadi kader itu sendiri dan; (iii) memiliki demensi moral yang kuat.



C.1.     Memiliki Nilai Keyakinan dan Kebanggaan
Sebagai sebuah catatan bahwa banyak aktivis koperasi pemuda pada akhirnya mengabdi pada sektor kapitalis. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya keyakinan dan kebanggaan terhadap koperasi itu sendiri. Minimnya contoh koperasi besar dan populernya  aksi-aksi negatif di lingkungan koperasi (seperti korupsi dan penyimpangan lainnya), menjadi faktor penyumbang ”melemahnya semangat” dan ” hilangnya kebanggaan” terhadap koperasi itu sendiri. Ideologisasi keluhuran nilai-nilai koperasi pada segenap kader koperasi mutlak diperlukan sehingga melahirkan keyakinan dan kebanggaan bagi seluruh kader.
C.2.  Memiliki relevansi kuat antara cita-cita koperasi dan cita-cita pribadi kader itu sendiri
Sistem kaderisasi harus memiliki relevansi kuat antara cita-cita koperasi dan cita-cita pribadi kader itu sendiri. Dengan demikian, langkah-langkah pencapaian cita-cita koperasi linier dengan cita-cita pribadi kader koperasi. Dalam situasi ini, para kader akan sepenuhnya mendedikasikan dirinya untuk kemajuan koperasi sebab pada saat yang sama sesungguhnya dia sedang mencapai mewujudkan cita-citanya. Ini memang tak mudah, tetapi relevansinya harus segera tertemukan. Jika tidak koperasi akan selalu berada pada titik konflik dan ragam tanya yang tak pernah berjawab. Kemudian pada titik frustrasi tertentu, kader koperasi akan meninggalkan koperasi dan kemudian memilih jalan berbeda.
C.3.   Memiliki Dimensi Moral Yang Kuat
Hidup bersama dalam koperasi bukanlah hal mudah dan memerlukan ikatan emosional  yang kuat. Berkoperasi mensyaratkan keterbangunan percaya satu sama lain sehingga setiap orang ikhlas berkontribusi secara optimal bagi pencapaian tujuan berkoperasi. Untuk itulah, keterjagaan moral dari segenap aktivis koperasi menjadi penting sehingga setiap orang yang terlibat akan berupaya untuk saling memberi tauladan yang baik. Hal ini bisa di bentuk lewat sistem kaderisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur koperasi. 


D. Penutup
Dinamika organisasi koperasi hanya lahir dari kader-kader militan. Karya-karya brilian hanya lahir dari kader koperasi yang siap berjuang dan mendedikasikan dirinya pada kemajuan koperasi.  Sementara itu, militansi  sesungguhnya hanyalah imbas dari terlaksananya pembinaan kader yang kontinue. Oleh karena itu, selaku sekunder koperasi-koperasi pemuda di Indonesia, KOPINDO harus segera menyusun dan mengaplikasikan ”sistem kaderisasi” komprehensif. Dengan demikian, keterwujudan ”koerasi pemuda kelas dunia” menjadi layak untuk dinantikan.

Demikian tulisan singkat ini sebagai sebuah pengantar dan sekaligus sebagai stimulan dalam sesi diskusi. Semoga menginspirasi.....!!!!!!! 
Share this article :

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved