Aku punya
keyakinan kuat kamu pun tak jauh beda denganku. Ke-tak berpihakan waktu dan
kenyataan rumit telah menjadi dinding
atas rasa dan cita dari sebuah cinta. Aku terus bermohon tetapi tidak pada mu
lagi, karena hanya akan mendapatkan jawaban bernuansa lelah. Aku memilih
meyakini sepenuhnya dan selalu menegaskannya pada materi do’a yang selalu sama.
Ntah sampai kapan...bagiku akan selamanya sama sebab akupun tak bernah berniat
merubahnya atas nama alasan apapun.
Bagiku kamu
begitu indah, selalu terasa ada ketika kamu
tak sedang di sampingku. Aroma mu begitu kuat terekam dalam seluruh nafasku.
Bahkan terkadang ada mu bisa memporakporandakan tumpukan do’a sama tentangmu.
Sebab kala itu betul terjadi, ku takut tak bisa menguasai diri dan kemudian berekspresi
diatas kerinduanku.
Aku tak lagi
memanjakan rasaku untuk meyakini cinta ini. Aku pun tak lagi mengumbar kalimat
penyemangat bagimu untuk memelihara keberadaanku di benakmu. Aku memilih
membiarkanmu untuk menjadi sesuatu seperti harapmu. Aku bahkan tak berani
berharap agar do’a ku menjadi benteng penghalang kehadiran jenisku di kehidupan
mu menyajikan cinta yang sempurna.
Aku tak sedang
mengeluh tentang lelah penantian ini, aku tak sedang gundah dengan tumpukan do’a
sama yang belom berjawab ini. Air mata ini menjelaskan betapa aku beradu dengan
ego ku. Aku tak sedang resah, sapa sama itu hanya akan datang kala aku dalam kondisi
tak bisa mengendalikan rindu dan rasa ini.
Seharusnya kamu
tak bertanya dan membiarkan sapaku seperti sebelum-sebelumnya, walau rasa ini
berharap jawabmu untuk meyakinkan kamu dalam keadaan baik-baik saja.
Maafkanku...doaku
tetap sama seperi sapa ku yang tak berbeda, karena tak satupun ada yang
berubah...semua tetap sama.
Posting Komentar
.