disampaikan pada acara " WORKSHOP PENINGKATAN KERJASAMA ANTAR KOPERASI" yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan UKM KEMENKOP RI, di Hotel Aston, Purwokerto, 25 Juni 2012
A.
PEMBUKA

Dalam
bahasa sederhana, membangun koperasi berbasis ikatan emosional kolektif akan
lebih berpeluang memiliki daya tahan untuk mengembangkan ragam aktivits
dibanding dengan membangun koperasi berlandaskan spirit pertumbuhan modal yang
mendorong ragam praktek eksploitasi.
B.
MENGGAGAS TREND SHU 0
(nol)
SHU
(Sisa Hasil Usaha) dalam koperasi sesungguhnya tidak sama dengan “laba” di perusahaan non koperasi walau keduanya
sama-sama menghitung selisih pendapatan dan biaya. Pada non koperasi, konsumen murni diposisikan
sebagai pembeli atas apa yang ditawarkan. Sementara itu, pada koperasi konsumen
juga bisa berstatus sebagai pemilik (baca: anggota) dan mempunyai hak untuk mempengaruhi kebijakan
harga (baca : pendapatan) dan juga biaya.
Oleh karena itu, dalam pemikiran radikal sesungguhnya SHU 0 (nol)
juga tidak masalah sepanjang anggota bahagia dengan hal tersebut.
Pada
koperasi konsumsi dimana besar kecilnya omzet dipengaruhi oleh kuantitas
transaksi anggotanya, fungsi dan peran unit layanan (baca: unit-unit usaha)
menjadi menarik didiskusikan kaitannya dengan kadar kesetiakawanan dan kegotongroyongan.
Kebijakan “margin” menjadi persoalan menarik karena hal ini berkaitan
dengan seberapa besar anggota (sebagai pemilik dan juga pelanggan) harus
berkorban untuk memperoleh “solusi” atas “kebutuhan atau masalah” yang sedang
dihadapinya. Kalau kemudian ternyata
seorang anggota berkorban lebih besar ketimbang mentransaksikan kebutuhannya di
tempat lain (baca: non koperasi), apakah
sebuah kesalahan ketika sang anggota bertransaksi di perusahaan lain (non:
koerasi) ?. Saatnya koperasi-koperasi konsumsi menata ulang paradigma tentang
penetapaan margin pada unit–unit usaha
khususnya dalam melayani anggota, sebab hal ini relevan dengan sisi-sisi
kesetiakawanan, kegotongroyongan dan juga muasal keterlahiran koperasi. Kurang bijak ketika demi pencapaian
SHU besar lewat meng-eksploitasi anggotanya, sebab dipastikan hal ini tidak
akan membahagiakan anggotanya dan hal itu berarti hakekat tujuan berkoperasi
tidak akan pernah tercapai sampai
kapanpun. Pertanyaan yang menarik kalau SHU 0 (nol) benar-benar diterapkan,
apakah koperasi bisa berkembang???.
SHU 0
(nol) sebenarnya sebuah tag line membangunkan kesadaran segenap aktivis
koperasi tentang tujuan berkoperasi sesungguhnya. Kolektivitas (kebersamaan)
yang terbangun di segenap unsur organisasi sesungguhnya modal awal untuk
mencapai apa yang disebut dengan “efisiensi kolektif”. Artinya, ketika semua anggota
berkomitmen menyatukan komitmen dan
memilih satu-satunya tempat transaksi kebutuhannya di koperasi, maka dipastikan akan terbentuk akumulasi
permintaan yang semakin besar dan selanjutnya harga perolehan akan
semakin rendah. Dengan demikian, setiap angggota akan menikmati harga yang
lebih murah. Inilah yang disebut dengan “efisiensi kolektif”. Pada titik ini,
transaksi di koperasi menjadi multi makna dimana tidak lagi sebatas media
pilihan memenuhi kebutuhan hidup yang lebih murah, tetapi juga media
untuk membangunkan kesadaran betapa hebatnya makna kebersamaan di
koperasi. Selanjutnya, pada tingkat
akumulasi kesadaran yang tinggi, maka hal –hal yang berkaitan dengan pengembangan koperasi
menjadi mudah untuk di komunikasikan. Jadi, dalam hal ini usaha hanyalah salah
satu “media uji” keberhasilan pembangunan kebersamaan yang merupakan
“roh” dari koperasi itu sendiri.
Pada
tingkat spirit yang sama, Aplikasi SHU 0 (nol) memerlukan sedikit modifikasi
pada koperasi produksi atau koperasi distribusi yang melibatkan
anggotanya dalam proses produksi atau distribusi. Pada koperasi semacam
ini, koperasi mengambil margin hanya dari transaksi non anggota. Sementara itu, ketika anggotanya
juga ikut mengkonsumsi hasil produksi,
maka di beri perlakuan khusus dalam bentuk harga lebih murah.
Sub
thema ini bermaksud mengajak segenap
aktivis koperasi untuk berfikir ulang
tentang hakekat berkoperasi dan sekaligus mengajak melakukan komparasi (perbandingan)
tingkat kedahsyatan koperasi ketika dipandang sebagai “kumpulan orang yang berkomitmen”
atau “koperasi sebagai badan usaha”.
C. KEMITRAAN MUTUALISME ANTAR
KOPERASI
Koperasi
adalah ideologi yang menjunjung tinggi “kerjasama” dan hakekat pembangunan koperasi identik dengan upaya-upaya mempertinggi nilai kerjasama itu sendiri.
Demikian halnya ketika antar koperasi membangun sebuah kerjasama saling menguntungkan, sesungguhnya
koperasi-koperasi itu tidak sedang belajar tentang membangun kerjasama tetapi
hanya memperluas kerja sama. Oleh karena itu, sesungguhnya
koperasi-koperasi yang sukses mencapai kondisi mengakar, membangun
kerjasama bukanlah hal sulit karena
koperasi-koperasi sudah dipersatukan
secara ideologis.
Secara
praktis, ada 2 (dua) hal minimal yang
perlu diperhatikan dalam membangun kerja sama, yaitu :
- “Trust” atau “kepercayaan”. Kepercayaan adalah modal terpenting dalam membangun kerja sama yang nyaman dan langgeng. Kepercayaan tidak lahir dalam waktu singkat, tetapi merupakan akumulasi dari track record (rekam jejak) kebaikan dan konsistensi. Oleh karena itu, koperasi harus membangun mesin reputasi dalam bentuk karya-karya nyata berbasis kebersamaan. Satu hal yang menjadi catatan bahwa reputasi tidak bisa dibentuk lewat manipulasi persepsi, sebab waktu akan menguji kebenaran reputasi itu sendiri.
- Kebermaknaan. Dalam perspektif produktivitas, kemitraan yang terbangun di antara koperasi men-syaratkan adanya perekat berbentuk peningkatan nilai kebermanfaatan. Dengan demikian, bayang kebermanfaatan itu akan menjadi penyemangat dan sekaligus sumber energi dalam proses pencapaian hal-hal yang dikerjasamakan.
D. MENILIK RAGAM POTENSI KEMITRAAN
Sebagai
sebuah organisasi berbasis kumpulan orang yang berkomitmen hidup bersama, terhimpun dalam ikatan emosional berlandaskan
saling percaya dan keinginan untuk hidup saling men-sejahterakan merupakan modal kuat untuk mengkomunikasikan
banyak hal secara terbuka, mulai dari hal-hal yang berkaitan dengan ragam kebutuhan
maupun hal-hal yang berkaitan dengan optimalisasi bakat/talenta yang
melekat pada pribadi-pribadi anggota di masing-masing koperasi. Ragam kebutuhan
dan ragam talenta merupakan 2 (dua) inspirasi untuk membentuk ragam aktivitas
koperasi, baik secara mandiri maupun bermitra dengan koperasi lain.
Sebagai
stimulan, berikut ini dipaparkan beberapa gagasan yang mungkin dikerjasamakan
antar koperasi :
1.
Join Education.
Satu hal yang menjadi catatan penting, kebelum-mengakaran
sebuah koperasi sesungguhnya berawal dari lemahnya pemahaman tentang apa,
mengapa dan bagaimana seharusnya ber-koperasi. Akibatnya, anggota tidak
memahami nilai-nilai beda yang seharusnya melekat pada diri mereka
ketika menjadi bagian dari sebuah koperasi. Solusi paling manjur adalah menyelenggarakan
pendidikan. Melalui “pendidikan”
diharapkan akan mempu membentuk
keyakinan dan pemahaman yang benar tentang koperasi. Pada tahap
selanjutnya, penyelenggaraan pendidikan ini
akan menjadi stimulan pertumbuhan “tindakan
berpihak” yang dalam jangka panjang akan berimbas bagi percepatan pertumbuhan dan perkembangan
sebuah koperasi.
Menyelenggarakan pendidikan koperasi yang berkualitas dan
tepat sasaran (baca: berimplikasi kuat dengan percepatan perkembangan koperasi)
memang bukan perkara mudah. Namun demikian, mengingat “pendidikan koperasi”
adalah senjata paling ampuh dalam membangun koperasi, terselenggaranya pendidikan dengan baik mutlak menjadi sebuah “kebutuhan”. Oleh karena
itu, koperasi-koperasi bisa menjalin kerja
dalam hal pendidikan (join education).
2.
Join
Business
Dalam mewujudkan kemampuan diri memenuhi aspirasi
ekonomi, sosial dan budaya, koperasi perlu menyelenggarakan aktivitas
usaha. Usaha koperasi bisa mendasarkan
diri pada peta kebutuhan anggota, potensi/bakat yang melekat pada anggota dan
atau peluang yang mungkin bisa
dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi dan kelembagaan.
Bicara operasionalisasi usaha koperasi, tentu tidak bisa
melepaskan diri dari prinsi-prinsip umum
walau dibeberapa hal terdapat kekhususan yang merupakan pembeda koperasi
dibanding dengan usaha lainnya. Oleh
karena itu, usaha koperasi juga sangat memperhatikan efisiensi, efektivitas dan produktivitas
dalam arti luas. Atas dasar itu, koperasi perlu mengembangkan ragam strategi
yang mengarah pada tujuan yang sama, yaitu “perluasan kebermanfaatan
berkoperasi bagi stake holder nya”.
Salah satu strategi yang bisa diambil adalah
mengembangkan kerjasama antar koperasi dengn prinsi saling memperkuat dan
menambah nilai manfaat. Berikut dijelaskan beberapa gagasan kerja sama antar koperasi di bidang usaha yang
mungkin bisa di jalankan :
- Join Buying (Membeli Bersama). Pada koperasi konsumsi, join buying sangat mungkin dilakukan karena diastikan lebih efisien yang diakibatkan oleh pembelian dalam skala yang lebih besar. Harga perolehan yang lebih rendah tentu akan membentuk harga jual yang lebih rendah pula dan hal ini sangat menguntungkan anggota koperasi. Di sisi lain, ketika koperasi juga melayani non anggota, maka range margin yang di dapatkan akan lebih besar.
- Join marketing.
Dalam sudut pandang “peta kebutuhan”, koperasi yang
merupakan kumpulan orang juga merupakan “kumpulan kebutuhan”. Artinya, antar
koperasi yang memiliki kemampuan untuk memproduksi produk tertentu bisa
kerjasama dalam hal pemasarannya dengan koperasi lain yang anggotanya
membutuhkan produk tersebut.
- Join Management
Me-manage usaha koperasi sesungguhnya memiliki tingkat
keunikan tersendiri. Hal ini mengingat koperasi bukanlah organisasi bebas
nilai, tetapi menganut pada konsepsi “jati diri” sekaligus pembeda yang nyata
dengan bentuk usaha lainnya. Pada titik
inilah, koperasi dituntut untuk bisa mengelola ragam usaha dengan baik dan
mendasarkan diri pada nilai-nilai koperasi.
Jika tidak, koperasi berpotensi terjebak pada praktek kapitalis dan
spirit pertumbuhan nilai uang. Namun demikian, secara rasional menghadirkan
seorang profesional yang faham koperasi mulai dari konsepsi sampai dengan
operasionalisasi tidaklah muda dan juga tidak murah. Rendahnya apresiasi
koperasi terhadap manajemen (baca: pengelola) merupakan penyumbang terbesar
jarangnya mendapati para profesional terlibat dalam pengembangan koperasi.
Akibatnya, mendapatkan pelayanan berbasis nilai koperasi dan semangat
kegotongroyongan masih tergolong jarang. Mayoritas pelayanan tersaji seadanya
dan hampir tak mencerminkan semangat untuk berkembang. Hal ini sangat
disayangkan, sebab hal ini tak hanya membuat koperasi secara kelembagaan kurang
berkembang, tetapi juga berakibat kurang bahagianya segenap stake holder
menjadi bagian dari keluarga koperasi.
Oleh karena itu, dalam meng-akselerasi pembangunan
koperasi perlu dikaji untuk melibatkan para profesional yang benar-benar
mumpuni. Aplikasi stratetgi ini tidak harus dilakukan sendirian, tetapi bisa
saja beberapa koperasi bekerja sama untuk mengangkat seorang profesional untuk
menangani koperasi-koperasi yang secara budaya pengelolaan memiliki kesamaan
pola. Inilah yang dimaksud dengan join management. Disamping join management membangun
peluang sebuah koperasi lebih berkembang, juga menjadi lebih efeisien tanpa
mengurangi efektivitas.
- Join Teknologi Informasi
Di kekinian zaman, teknologi informasi banyak
mempengaruhi tata kelola usaha dan juga pelayanan. Kecanggihan teknologi telah
terbukti bisa menggerus waktu, jarak, meningkatan validitas, mempengaruhi
budaya dan bahkan citra organisasi dan
perusahaan. Namun demikian, pelibatan teknologi dalam tata kelola organisasi
dan usaha koperasi memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, kerja sama
antar koperasi di bidang teknologi juga berpotensi menciptakan efisiensi tanpa mengurangi
substansi teknologi dalam menunjang informasi, pelayanan dan lain sebagainya.
- Interlanding
Sampai saat ini, koperasi belum punya lembaga penjamin
likuiditas sehingga pola pelayanan masih mengandalkan kondisi internal
masing-masing koperasi. Sebenarnya,
koperasi juga bisa membentuk kerjasama mutual dengan koperasi
lainnya. Sebab, pada satu waktu sebuah
koperasi mengalami over likuid dan di koperasi yang lain ada yang sedang
membutuhkan suntikan dana untuk
mendukung pelayanan. Ketika terjadi kerja sama interlanding maka hal ini akan sangat membantu
perkembangan koperasi masing-masing yang bekerja sama. Namun demikian, hal ini
mensyaratkan “TRUST” satu sama lain.
- Join Investmen (Investasi bersama).
Kalau ditilik dari sudut kebutuhan, sesungguhnya
masing-masing anggota dari primer
memiliki kesamaan. Akumulasi kesamaan ini bisa di drive menjadi inspirasi keterlahiran “join Investmen” diantara beberapa
koperasi. Sebagai contoh, join business
dalam hal pembangunan supermarket, hotel, pembanguna perumahan dan lain
sebagainya.
- Dan lain sebagainya.
Banyak hal lain yang bisa dikerjasamakan antar koperasi
sepanjang hal tersebut memperluas kebermanfaatan koperasi bagi segenap stake
holdernya dan tidak bertentangan dengan aturan dan undang-undang yang berlaku.
E. PENGHUJUNG
Mengembangkan
kerjasama antar koperasi sesungguhnya bukanlah perkara sulit bagi
koperasi-koperasi yang sudah mengakar, sebab pada hakekatnya tindakan itu
hanyalah memperluas kerjasama dimana koperasi sudah terlatih secara
internal. Namun demikian, minimnya kreativitas, kurangnya saling
percaya dan rendahnya keterlatihan dalam hal berbagi peran dalam pencapaian
maupun distribusi hasil, menjadi faktor-faktor yang menyebabkan
minimnya kerjasama antara koperasi itu.
Namun demikian, kesadaran dan keyakinan potensi “lompatan kebermanfaatan”
dari sebuah kerjasama, diharapkan akan men-stimulan gairah koperasi-koperasi
untuk segera menjalin kerjasama dalam
nuansa produktivitas berbasis kolektivitas.
Sebagai
penghujung, keberhasilan adalah akibat positif dari tindakan-tindakan efektif.
Semoga koperasi semakin bisa menggali ragam potensi yang melekat pada
koperasi sejak kelahirannya pertama
kali. Sebagai penyemangat...keberhasilan tidak datang tiba-tiba tanpa melalui
upaya nyata disertai kesungguhan, ketekunan, kesabaran dan keikhlasan dalam
memperjuangkan sesuatu.
+ komentar + 1 komentar
Mimpi yang dimimpikan sendiri itu hanya menjadi sebats mimpi, beda halnya dengan mimpi yang dilakukan bersama-sama, itu akan menjadi realitas ujar penyanyi lawas John Lennon. Begitu pula koperasi-kah? :)
Posting Komentar
.