Ada perasaan terluka ketika melihat jubelan insan berbakat harus berlomba untuk mendapatkan tiket. Ada sisi kemanusiaan yang terjajah ketika manusia dinilai manusia lainnya. Keunikan masing-masing orang harus terpertaruhkan. Ambisi untuk memenangkan cenderung menggoda mereka untuk tidak jadi dirinya sendiri. Mereka bertaruh, mempertaruhkan apa yang menurut mereka baik dan berharap sang juri atau sang voter menerima cara mereka tentang defenisi “bagus dan layak”.
“Ini ajang idol
yang fokus pada kualitas bernyanyi”, begitu ungkap salah seorang juri. Ini
seolah menjadi fatwa agar sang pengikut lomba mengukur diri sebelum mendaftar.
Namun demikian, potensi populer dikemudian hari, hidup layak dengan label
selebritis, membuat kaum muda sangat menginginkannya sampai-sampai yang
sebenarnya jauh dari layak pun nekat untuk ikut serta. Bukan hanya sampai di
situ, saat babak eliminasi pun tak jarang Sang Juri kecewa dengan penampilan
beberapa peserta. Bahkan beberapa juri sampai mengeluarkan kata mengumpat dan
kurang etis sebagai bentuk ekspresi kekecewaan kualitas yang ditampilkan.
Buntutnya, beberapa pihak melaporkan dewan juri ke komisi penyiaran indonesia
(KPI).
Malam ini, perjalanan panjang IDOL 2012 memasuki fase 15 (lima
belas) besar. Segenap peserta bertarung memperebutkan 10 (sepuluh) orang yang
berhak masuk ke ajang spektakuler. 5
(lima) orang dipilih berdasarkan perolehan
SMS terbanyak dan 5 (lima) orang lagi berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian
juri. Artinya, 5 (lima) orang pasti tersisi malam ini.
“IDOL 2012 lebih
menunjukkan karakter dan bibit yang lebih bervariasi”, itu ungkapan ketiga
juri. Sampai-sampai, ketika 5 (lima) orang hasil voting SMS dan 5 (lima) orang versi juri sudah
terdefenisikan, 2 (dua) dari 3 (tiga) juri meminta jatah tambahan dengan alasan
di dalam kelompok 5 (lima) yang tersisi, ada bakat luar biasa dan sangat
disayangkan untuk tidak disertakan di fase spektakuler. Awalnya, anang tidak
setuju atas gagasan Dhani mapun Agnes dengan alasan bersikukuh dengan aturan
main. Namun, setelah MC berkomunikasi dengan produser, akhirnya disetujui 2
(dua) orang tambahan versi juri untuk disertakan pada ajang spektakuler. Ini
diluar kebiasaan...tetapi, sekali lagi panitia pemegang hak penuh atas
penetapan atau perubahan aturan main.
Sekali lagi ini perlombaan dimana ada sekelompok untuk dinilai dan disisi lain ada kelompok yang
berposisi sebagai penilai. Ini ajang
bagi mereka yang ikhlas untuk diperbandingkan dan siap atas apapun akhir dari
perjuanggan keras. Ini bukan ajang
pendeteksian keunikan setiap penyanyi dan kemudian di siapkan ruang
pengembangan diri sesuai dengan karakter yang menonjol dari seorang penyanyi. Dalam ajang IDOL, sesi pengembangan diri
hanya disiapkan ketika peserta mampu lolos sampai tahap tertentu.
Sesungguhnya ada ketidakrelaan ketika manusia yang satu
dibandingkan dengan manusia lainnya. Tetapi ini hanyalah game dimana pesertanya datang dengan sukarela dan tak ada paksaan
dari pihak manapun. Sebagai penonton, pilihan yang tersedia adalah menjadi
penikmat atau passive dan atau aktif menjadi voter bagi penyanyi yang di idolakan.
Ini pemainan yang tidak lepas dari nuansa industri,
karena penyelenggaran event besar ini tidak mungkin gratis dan paasti
memerlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Panitia tentu berharap untung
sebagaimana peserta juga berharap sama ketika kepopuleran sudah diraihnya. Ini pun menjadi tidak gratis ketika emosi
pemirsa terjebak pada upaya dukung mendukung dan tergoda memainkan jemari di
angka 9288. Ini memang permainan yang sempurna, menghibur dan sekaligus menyulut
emosi subyektivitas menjadi air mata kebahagiaan atau kekesalan.
IDOL hanya salah satu ajang men-drive talenta bernyanyi, sehingga tak ada alasan bagi yang
belum berkesempatan untuk tampil di ajang ini memandangnya sebagai fase terkuburnya mimpi.
Posting Komentar
.