Aku tak tahu sampai titik mana ikhlas ini tlah terbangun.
Aku tak faham kebisuan ini berawal dari ketidakyakinan ataukah sebagai bentuk pengabdian penuh pada Tuhan untuk sebuah mimpi. Perjalanan ini
begitu pajang. Penantian ini telah begitu memakan waktu, tampak masih jauh dari akal sehat walau bisa
saja hanya sejengkal dalam jangkauan Tuhan. Pergolakan
logika senantiasa berujung pada kata tak mungkin, tetapi apa yang tak mungkin
dihadapan-Mu. Ku yajini mimpi itu kan datang saat ku benar-benar siap menerimanya. Adakah kalimat itu
hanya sebatas penyemangat untuk tetap berdiri walau diketiadaan asa sekalipun???.
Tanya itu belum pernah berjawab.
Sampai detik ini, aku masih diberi kesempatan untuk
berdiri diatas bumi kaya-Mu dan masih bebas menghela dibentangan udara. Keadaan ini pun tak menemukan
nalar dan semata-mata karena izin-Nya. Bukankah seharusnya rasa syukur membimbingku
pada keyakinan tentang sebuah impian. Tak ada alasan untuk mendefenisikan
lelah. Atas jauhnya jalan penuh liku, atas cemas yang mengkhawatiran rasaku, atas rekam jejak dahaga
di bibir capaian yang berulang, kubangun pembacaan sebagai cara Mu membentuk kesiapanku
ketika keterwujudan mimpi itu menghampiriku.
Semua ini tampak tak wajar dari kadar kenormalan alam
sadar. Sepenuhnya aku menyadari bahwa mimpi itu pun belum menemukan alur menuju titik finishnya. Semua kujalani
dengan kesabaran. Niat tulus terus ku
dengungkan dalam do’a yang berulang. Pergulatan ini menjadi seperti ketauhidan.
Segala ragam cambuk kehidupan, celah kebelum sempurnaan, bahkan bayang
kematian, ku tegaskan sebagai kekayaan cara-Mu membuatku menjadi kuat dan
istiqomah pada niat dan sumpahku.
Mungkin esok kan menjadi nyata, mungkin esok hanya
sebatas mimpi, mungkin esok Engkau cukupkan hidupku, mungkin esok Engkau awali
mimpiku, sepenuhnya ku ikhlaskan pada Mu Sang Penguasa hidup. Di luar pagar
mimpi suci ini banyak yang beranggapan ku tlah gila dan sebagian lagi seperti akan datang
untuk sebuah ambisi dan mengambil posisi sebagai penikmat...semua ku serahkan pada Mu.
Aku hanyalah hamba lemah yang jauh dari sempurna. Aku
hanyalah manusia pemimpi untuk sebuah keindahan dan ketentraman hidup. Aku terlalu perasa dan sering terluka melihat orang-orang berseberangan di
ajang pengumpulan harta dan perebutan tahta. Aku hanya manusia pembelajar untuk tak men-Tuhankan
duniawi hingga melalaikan syukur dan terjebak dengan ambisi yang tak pernah ada habisnya. Aku hanya pembelajar...pembelajar
untuk berbuat sesuatu yang bermakna. Aku manusia yang tak luput dari salah dan jejak
dosa, tetapi ku ingin berbuat sesuatu sebelum kematian datang menjemputku. Aku
masih percaya dan mengimpikan keindahan yang Engkau janjikan. Aku ingin
tersenyum saat ajal menjemputku, karena itu berarti aku kan bertemu dengan-Mu.
Bimbing aku untuk niat dan mimpi ini. Jauhkanku dari yang
melalaikan. Hindarkan aku dari pengganggu yang merintangi jalan menuju semua
itu. Ampuni aku dengan segenap kelemahan dan ragam kekhilafan yang telah ku
lakukan di pandangan-Mu. Beri aku kesempatan berbuat sesuatu yang menginspirasi orang untuk berbuat sama. Beri aku kesempatan
Tuhan ku... Hanya restu-Mu yang membawaku pada satu titik, satu titik yang
engkau kehendaki, satu titik yang kudefenisikan sebagai impian. Bangunkanku ikhlas dalam arti yang seharusnya, seikhlas-Mu memberiku
arah yang sebaiknya ku tuju. Jauhkanku dari keputusasaan, sebab itu sama saja
pupusnya keimananku terhadap Mu.....
Aku tak sedang gundah, aku sedang bersusah payah dan sekuat tenaga membangun
lipatan energi dipenantian karunia dan keberpihakan-Mu. Semua yang kulangkahkan adalah wujud dari tasbih
penantian yang telah kutambatkan sejak mula. Untuk keyakinan tak tergoyahkan ku
kan terus melangkah....sampai Engkau membimbingku untuk berhenti atau
meneruskannya....
di titik asa dan realitas yang memerlukan perkuatan
Posting Komentar
.