Sementara itu, keterlahiran
sebuah organisasi dan atau perusahaan, berawal dari adanya mimpi dan inisiatif
dari seseorang atau sekelompok orang.
Kemudian pada tahap perkembangan dimana sumber daya manusia (SDM) yang ada
sudah tak mungkin meng-cover
segala aktivitas yang di jalankan, maka pada titik itulah diperlukan tambahan
SDM.
Pada titik inilah muncul
tanya SDM seperti apa yang layak untuk
diajak bergabung. Pada titik ini pula,
organisasi atau perusahaan yang ada berada pada titik uji yang sangat rawan,
sebab bila kemasukan orang yang salah (the wrong man) bisa
berakibat pada keruntuhan organisasi dan perusahaan. Atas dasar itulah
diperlukan metode yang brilian dalam rekruitmen dan juga penempatan (placement)
B. Manusia Adalah Makhluk Yang Unik
Dalam perspektif
pengelompokan, disatu sisi ada sebagian
manusia yang berperan sebagai agen
of change (penggubah) tetapi ada sebagian manusia yang memilih passive
dan memilih menyesuaikan dengan setiap perubahan walau sebagian ada yang
bersikap memberontak sebelum melakukan penyesuaian. Variasi karakter semacam inilah yang
memerlukan “racikan” sehingga melahirkan kombinasi efektif bagi akselerasi
pencapaian tujuan-tujuan organisasi atau perusahaan.
Satu hal yang menjadi catatan,
setiap manusia menginginkan keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidupnya,
setidaknya menurut persespsinya sendiri-sendiri. Setiap manusia akan merasa
bahagia bila di dalam satu komunitas dia bisa mendefenisikan dirinya
sebagaimana yang dia inginkan. Dengan
demikian, dia akan merasa enjoy dan menjadi dirinya sendiri. Namun dalam kenyataannya, sesungguhnya
kemerdekaan (menjadi diri sendiri) tak lepas dari toleransi, dimana manusia
yang satu juga harus mengerti bahwa manusia yang lain juga sama-sama
menginginkan untuk “menjadi diri sendiri”. Atas dasar itu, setiap manusia
dituntut memiliki kemampuan beradaptasi
dan fleksibel tanpa mengihilangkan jati diri, jika tidak akan menimbulkan
konflik yang sering kali mengorbankan kepentingan organisasi atau
perusahaan.
C. Hakekat Mengelola SDM
D. Integritas Sebagai Tujuan Akhir Pembinaan
1.
Merasa diawasi Tuhan walau tidak sedang
diawasi oleh atasan.
2.
Selalu membuat menjadi lebih
baik. Hal ini bisa diwujudkan lewat upaya-upaya memperbaiki sesuatu
yang belum baik dan atau menaikkan nilai dari apa yang sesungguhnya sudah baik.
3.
Berorientasi pada keterjagaan dan
keterlahiran karya. Artinya, hal-hal
yang berkaitan dengan imbalan (salary, fasilitas dan lain sebagainya) difahami
sebagai imbas bukan sebagai target atau sasaran.
Mewujudkan 3 (tiga) ciri
tersebut diatas pada setiap SDM memang
bukan perkara mudah, tetapi ketika sebuah organisasi atau perusahaan di huni
oleh orang-orang yang melekat ciri demikian, maka organisasi dan perusahaan berpeluang untuk lebih
maju dan berkembang.
E. 2 (dua) Cara Mempersepsikan SDM
Pada organisasi yang
mempersepsikan SDM sebagai alat (tools), biasanya SDM dimanfaatkan semaksimal
mungkin untuk tujuan organisasi. SDM di tuntut mematuhi serangkaian
aturan dengan imbalan jasa yang sudah ditentukan pula. Pada kondisi ini,
ruang-ruang apresiasi dan aspirasi sangat sulit didapati. Disamping itu,
biasanya dominasi kalangan elit organisasi tak memberi ruang bagi pengembangan
potensi yang ada pada SDM.
Sementara itu, pada organisasi
yang mempersepsikan SDM sebagai modal yang paling bernilai , tentu sangat
responsif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan SDM mulai dari pola
rekruitmen, pendidikan dan pelatihan, penempatan dan juga urusan reward
dan punishment. Pada organisasi semacam ini, SDM difahami sebagai
makhluk unik yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Pendalaman
atas masing-masing talenta dijadikan sebagai dasar untuk melakukan penempatan
dan pengkombinasian dalam satu team work yang dinamis. Di sisi
lain, organisasi semacam ini biasanya menerapkan sistem manajemen terbuka dalam
artian mengapresiate setiap gagasan yang dinilai mampu mengakselerasi
pencapaian target-target dan atau mengembangkan tujuan-tujuan organisasi .
Implikasi positif dari aplikasi pola-pola semacam ini adalah munculnya gairah
setiap orang yang terlibat untuk mendedikasikan segala potensinya dan pada
akhirnya berkontribusi positif bagi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan.
Namun demikian, pola ini masih jarang diterapkan, khususnya pada organisasi
yang masih kecil dan pengelolaaannya masih bersifat tradisional. Pola ini
banyak diterapkan pada organisasi modern dan responsif terhadap perubahan iklim yang mulai meniadakan jarak dan bat
as-batas kewilayahan seiring dengan kemajuan teknologi.
F. Visi dan Misi Perusahaan Sebagai Sumber Inspirasi
Kelahiran sebuah organisasi distimulan oleh sebuah keinginan atau mimpi
yang kemudian didefenisikan ke dalam visi dan misi. Disamping sebagai tujuan,
visi dan misi juga berfungsi sebagai sumber penyemangat dalam setiap tahapan
pencapaiannya. Simbol-simbol semangat kemudian diciptakan dengan me-referensi
pada visi dan misi tersebut. Nilai-nilai yang terkandung dalam visi dan misi
itu diedukasikan kepada segenap SDM yang terlibat dalam operasionalisasi
organisasi. Dengan demikian, akan terbentuk persepsi yang sama terhadap
defenisi dan sekaligus tujuan perusahaan pada semua lini organisasi. Disamping
itu, visi dan misi ini akan mendorong setiap orang yang terlibat untuk
menyesuaikan diri dan sekaligus berkontribusi optimal lewat sumbangsih potensi
yang melekat pada diri masing-masing
G. Menjadi Karyawan Tuhan Sebagai Sebuah Tawaran
Hal ini memerlukan solusi
mengingat setiap orang adalah manusia yang mempunyai harapan dan berkeinginan
kuat menikmati kebahagiaan. Mindset berfikir tentu menjadi
muasal dari keterbentukan tindakan dan harapan dari setiap orang. Oleh karena
itu, edukasi dan pembinaan “mindset”
bagi segenap SDM mutlak diperlukan, sehingga prinsip rasionalitas akan
mempengaruhi defenisi “keberhasilan” dari setiap orang memiliki potensi ketercapaian lewat organisasi atau
perusahaan tempatnya bermukim dan berkarya.
Sebagai sebuah tawaran,
memilih “menjadi karyawan Tuhan”
adalah jalan tengah yang mendamaikan bagi setiap orang, baik mereka yang
berprofesi sebagai owner (pemilik
organisasi/perusahaan) maupun mereka yang berprofesi sebagai karyawan organisasi atau perusahaan. Pada cara
baca ini, semua orang mendefenisikan diri merasa penting untuk baik dan mulia
di pandangan Tuhan. Untuk itu, setiap orang akan terdorong untuk mengoptimalkan
segenap energi dan talenta-nya bagi keterciptaan karya yang memiliki manfaat
dan kebermaknaan luas bagi manusia lainnya. Segenap talenta yang dimilikinya,
difahami sebagai titipan Tuhan yang bentuk men-syukurinya diwujudkan dengan
memanfaatkannya bagi perluasan kebaikan bagi orang lain. Setiap orang akan
mengambil tanggungjawab untuk memberikan yang terbaik dari apa yang dia miliki.
Sebab dengan cara–cara demikian diyakini sebagai cara mendapatkan kemuliaan dan
keberpihakan dari Tuhan-nya. Bagi mereka yang meyakini hal ini, tidak akan
pernah berfikir “dapat apa” setelah
melakukan apapun, sebab mereka percaya bahwa Tuhan maha adil dan maha
penyayang. Mereka tak akan iri pada capaian siapapun, sebab mereka yakin Tuhan
akan mendatangkan nikmat sesuai kadar upaya yang mereka lakukan dengan ikhlas. Mereka tak akan peduli
yang namanya lelah, sebab semakin lelah berarti semakin mulia dipandangan-Nya.
Bahkan mereka tak peduli berapa penghasilan yang mereka dapatkan setelah
mendedikasikan segala kemampuannya, sebab mereka yakin pada kemurahan Tuhan,
mereka yakin Tuhan tak pernah tidur dan selalu berbuat adil dalam urusan
peng-karunia-an nikmat bagi semua usaha yang dilakukan manusia. Mereka tidak
pernah resah dengan sebagian sikap atasan yang mungkin kurang adil, sebab yang
mereka butuhkan adalah media untuk membentuk kebaikan-kebaikan bagi manusia
lainnya.
Konsep ini memang terlihat
aneh dalam nuansa kekinian di organisasi dan perusahaan. Akibat men-Tuhan kan
logika dan rasa, banyak manusia menggunakan akal dan rasa nya sebagai cara
menjemput “impian”. Konsep ini hanya sebuah tawaran walau sepenuhnya
menyadari tergolong radikal ditinjau dari kekinian zaman.
Demikian beberapa pemikiran
sederhana tentang SDM (Sumber Daya
Manusia) yang dipaparkan pada forum terhormat ini. Semoga tulisan ini bisa
menginspirasi peserta dan juga menstimulan dalam sesi diskusi. Sebelum
mengakhiri, izinkanlah saya berpesan 1 (satu) hal; “bahagiakanlah orang lain agar Tuhan
membahagiakanmu”.
Posting Komentar
.