di edit oleh : Ariadji,S.Sos
Sejarah ini
menunjukkan bahwa Purwokerto telah memiliki modal sosial itu sejak dulu.
Sehingga kini, seharusnya Purwokerto mampu mencipta karya yang jauh lebih besar
yang layak ditauladani di bidang koperasi. Karya yang tak hanya sekedar
menjawab persoalan lokal melainkan mampu mewujud menjadi inspirasi bagi banyak
wilayah sosial pada belahan bumi lainnya dan menjadi suara betapa koperasi
adalah kendaraan masa depan yang aman bagi segenap insan sebagaimana
dicita-citakan Bung Hatta.
Semangat
besar inilah yang kemudian menyatu dalam diskusi pada 26 Februari 2012
bertepatan dengan kunjungan senior International Cooperative Alliance (ICA) ke
Purwokerto, yaitu Bruce Thardorson
dan Robby Tulus. Itulah hari ketika
para aktivis koperasi Purwokerto mengepalkan tangan dan mendeklarasikan “Membangun
Purwokerto Sebagai Kota Koperasi”. Mulai
hari itu pula tagline itu menjadi arah perjuangan koperasi di Banyumas
tercinta ini.
Tetapi
semangat juang menuju Kota Koperasi sesungguhnya bukan hanya persoalan sejarah
semata. Tetapi karena keyakinan para pegiat koperasi di kota ini mengenai keluhuran
nilai-nilai yang diperjuangkan koperasi yang termaktub dalam ‘jati
diri koperasi’. Bedah filosofi para pegiat ini telah sampai pada
keyakinan, gerakan koperasi senyatanya mampu melakukan banyak hal dan bukan
hanya berkutat pada masalah ekonomi. Koperasi yang berbasis kolektivitas adalah
instrumen yang sangat progresif membangun karakter budaya masyarakat menuju
masyarakat mandiri dan produktif. Koperasi juga mengajarkan solidaritas sosial
sebagai modal utama menghadapi tantangan jaman yang multi dimensi.
Di
Purwokerto, gerakan koperasi juga telah mencapai titik yang tak bisa disebut
titik biasa. Beragam karya telah lahir di segala penjuru kota ini. Seringnya
kunjungan, studi banding dan penelitian mengenai koperasi yang datang ke kota
ini dari berbagai belahan kota lain adalah fakta, di sini koperasi bukan hanya
berdenyut tapi memiliki arus yang semakin menguat. Kader-kader koperasi Purwokerto juga menorehkan
prestasi dengan mendapatkan penghargaan nasional maupun internasional. Selain
itu, para punggawa koperasi di kota ini juga aktif di kepengurusan beberapa organisasi
koperasi nasional dan berkali-kali berbicara di forum-forum internasional.
Pada waktu
yang sama, ragam manfaat juga telah dirasakan segenap lapisan masyarakat
melalui berbagai program inovatif yang digelar koperasi-koperasi. Di
Purwokerto, koperasi juga telah menjelma menjadi ikon baru, sebuah entitas yang
tak lagi hanya dihuni kelompok masyarakat golongan tua melainkan riuh-rendah
kreativitas anak muda yang mewarnai berbagai kegiatan koperasi. Di sini
koperasi membangun gerakan peduli, menolong warga tak mampu, membangun budaya
baca, gerakan peduli pendidikan, sekolah kewirausahaan bahkan membangun sekolah
menulis.
Gerakan
koperasi di Banyumas tak hanya bicara ekonomi tetapi sekaligus mengembalikan
karakter budaya masyarakat yang penuh kegotong-royongan dan setia kawan. Ini
adalah gerakan melawan gelombang konsumerisme dan hedonisme yang merunyak kehidupan masyarakat saat
ini. Ini tentang perjuangan komprehensif
multi dimensi dan sarat tantangan yang luar biasa.
“Koreksi
bijak”, itulah kalimat yang tepat
menggambarkan langkah awal “Membangun Purwokerto Menjadi Kota Koperasi”. Ini harus
dilakukan, mengingat banyak koperasi yang terjebak disatu sisi saja yaitu
perjuangan ekonomi. Akibatnya, koperasi terjebak pada wacana pertumbuhan modal
dan kehilangan jati dirinya. Bahkan interaksi
antara anggota dan koperasinya telah terjebak pada pada hubungan transaksional
semata. Transaksi subyektif yang seharusnya dilandasi rasa kepemilikan perlahan
luntur bersamaan praktek koperasi yang kian dekat dengan praktek kapitalis.
Praktik
koperasi kapitalistik adalah salahsatu yang membuat gerakan koperasi Purwokerto
tidak hanya gerah tapi lantas bergerak. Koperasi harus menjadi lembaga yang
mengakar dan mengedepankan kolektivitas (kebersamaan) sebagai cara untuk
mencapai tujuan.
Untuk itu, koreksi
bijak dipilih sebagai cara mengembalikan koperasi-koperasi ke konsepsinya yang
sejati. Purwokerto sedang terus berupaya melakukan perubahan mindset
berkoperasi. Edukasi sosial adalah salah
satu prioritasnya. Dilakukan dengan beragam pendekatan, demi mencapai koperasi
sebagai gerakan yang mengakar dan besar. Pendidikan yang efektif diyakini akan
meng-koreksi pemahaman yang kurang tepat tentang apa, mengapa dan bagaimana
seharusnya berkoperasi. Selanjutnya, perubahan cara baca ini akan mempengaruhi
langkah-langkah koperasi dalam menjalankan dan mengembangkan ragam
aktivitasnya. Akhirnya, secara bertahap
dan berkesinambungan tapi pasti, koperasi akan kembali menjadi “kumpulan
orang” dan bukan “kumpulan modal”.
Ketika
koperasi sudah dipahami sebagai “kumpulan orang” yang berkomitmen untuk hidup
bersama, pada titik inilah koperasi akan menjadi gerakan sosial (social movement) yang
mandiri dan koperasi akan menjadi pahlawan bagi anggota untuk mencapai
tujuan-tujuan hidupnya. Empowering (pemberdayaan) akan
mengarah pada terbentuknya spirit dan kemampuan dalam menyelesaikan
permasalahan-permasalahan ekonomi, sosial dan budaya. Pada situasi ini, dengan
basis kegotongroyongan dan kesetiakawanan yang kuat maka segala potensi-potensi
yang ada akan mudah untuk dikembangkan, baik perdagangan, jasa dan bahkan
industri.
Ini memang
tampak utopis, tetapi jika berbagai elemen mulai menyadari indahnya cita-cita
ini, semuanya menjadi mungkin dan nyata. Tak ada kata ragu lagi. Pendekatan
ketauladanan lewat karya nyata diyakini sebagai media kampanye paling mujarab
dalam mensosialisasikan dan mengedukasikan nilai-nilai kebaikan dan kedahsyatan
ber-koperasi.
“Membangun
Purwokerto Menjadi Kota Koperasi” adalah simbol semangat kuat segenap aktivis lintas generasi yang ada di
lingkungan Kabupaten Banyumas. Filosofi yang terkandung dalam konsepsi koperasi
dan catatan sejarah gemilang adalah sumber inspirasi untuk mengembangkan energi
dan ragam aksi. Membangun koperasi yang mengakar bukanlah sesuatu yang mustahil
dan menjadikan koperasi sebagai alat untuk membangunan tatanan perekonomian
berdimensi sosial yang berkeadilan bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Koperasi
tidak hanya akan membuat hidup masyarakat lebih efisien dan produktif tapi juga
menjadi sadar pentingnya kearifan lokal dengan ragam potensi yang ada di
wilayahnya sendiri.
Pada
akhirnya, “Membangun Purwokerto Sebagai Kota Koperasi” akan linier dengan
hakekat tujuan pembangunan, yaitu men-sejahterakan dan mewujudkan masyarakat
yang bermartabat dalam arti
sesungguhnya. Dan meski sebagian telah
tersaji, tapi sesungguhnya perjuangan baru dimulai.**
Posting Komentar
.