Bingung
“Maaf
Pak..mohon izin untuk bertemu, kira2 bapak ada waktu untuk saya jam berapa??, begitu
isi SMS yang masuk ke HP Hidayat. “Oke...nanti
jam 13.00 Wib ya”, jawab Hidayat
yang kebetulan Direktur Utama
tempat Jimmy bekerja. Tak berselang lama, Jimmy
sudah tiba di hadapan Hidayat. Jimmy melihat di meja Hidayat berantakan
dan terlihat kalau Sang Dirut memang sedang sibuk. Menyadari hal itu, Jimmy
memilih untuk langsung “to
the point”.
“Begini Pak...pertama
saya mohon maaf menggangu waktu bapak. Kedua, saya ingin meminta pendapat bapak
karena saat ini saya sedang kebingungan yang luar biasa..??”. Begitu
kalimat yang meluncur dari bibir Jimmy sebagai pembuka. “Memangnya bingung kenapa ???, cerita saja siapa tahu saya bisa bantu
carikan solusi”, jawab Hidayat dengan bijak.
“Begini
Pak...beberapa waktu yang lalu saya membaca di sebuah koran lokal tentang
lowongan pekerjaan dan kemudian saya mendaftarkan diri.. Setelah melalui beberapa tahapan ujian, saya
diterima dan akan mulai kerja awal bulan April. Disisi lain, saat ini saya
masih berstatus karyawan di perusahaan bapak. Sejujurnya, saya tidak enak
menyampaikan hal ini, apalagi kepercayaan yang diberikan bapak untuk menangani
project di kota “X” masih satu tahun lagi baru kelar. Sejujurnya langkah ini
saya ambil karena saya merasa kalau sampai saat ini perusahaan kita belum ada
kejelasan rencana ke depan nya. Saya selalu bertanya-tanya, kalau satu tahun ke
depan project di kota “X” selesai, terus anak dan istri saya dikasih makan apa..???. Saya sebenarnya sangat
berharap untuk bisa bertahan, tetapi kebelumjelasan ini membuat saya semakin
khawatir dengan masa depan saya dan keluarga. Sementara itu, dalam 3 (tiga)
hari ini saya harus mengambil sikap apakah menerima pekerjaan baru tersebut
atau tetap bertahan. Oleh karena itu, saya mohon pertimbangan dan arahan dari
bapak langkah apa yang sebaiknya saya ambil”. Kemudian
Jimmy diam dan menunggu respon dari Sang Dirut.
Dengan tenang Hidayat menjawab, “ mengapa harus bingung, Anda komunikasikan saja kepada istri dan keluarga
serta bertanya pada Tuhan lewat sholat istikharoh, Insya Allah akan dapat
petunjuk jalan mana yang sebaiknya di pilih. Selaku Dirut dan juga selaku
pribadi, saya tidak bisa memaksakan keyakinan saya tentang masa depan
perusahaan ini pada Anda. Kalau ditanya apakah saya masih yakin, tentu saya
masih meyakininya. Saya yakin niat baik pasti ketemu jalannya. Namun demikian,
saya menghormati ketika para karyawan termasuk Anda mengalami kejenuhan dan tidak
memiliki keyakinan cukup untuk bertahan. Kalau ditanya pada saya, sejujurnya saya ingin
Anda bertahan dan ikut dalam mimpi besar saya tentang membangun kebermaknaan
bagi banyak orang lewat perusahaan ini. Namun, sampai detik ini saya belum bisa
memastikan kapan mimpi besar itu bisa dimulai. Harapan masih ada dan senantiasa
terbuka lebar. Saya pun ingin mimpi besar itu segera dimulai, tetapi segala
sesuatunya masih menunggu keberpihakan Tuhan. Oleh karena itu, dalam konteks
realitas kekinian, sejujurnya saya belum bisa mendefenisikan rencana pasti
perusahaan ini. Namun sampai detik ini saya masih meyakini bahwa suatu waktu
Tuhan akan memberi kesempatan. So...keputusan akhir saya serahkan sepenuhnya
ada Anda”, pungkas Hidayat.
Kemudian Jimmy menjawab, ”Sejujurnya saya berharap mimpi besar itu akan segera dimulai pak, saya dan rekan sejawat memang sangat berharap dimulainya mimpi besar itu. Namun,
kebelumpastian membuat saya danjuga teman-teman resah”.
Dalam posisi yang tenang diserta senyum, kemudian Hidayat
menjawab; “Saya faham keresahan
kawan-kawan dalam situasi ini. Pada titik inilah sesungguhnya semua kita di
uji. Dalam fikiran saya, tak ada satupun orang yang tahu apa sesungguhnya yang
akan terjadi esok hari. Namun demikian, realitas yang menyesakkan sering
menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk terjebak men-Tuhan kan logika dan
rasanya. Akibatnya, ketika realitas tak sesuai dengan harapan kemudian banyak orang
menjadi stress dan gamang dalam menjalani hidup. Itu manusiawi, tetapi saya pun
menyadari bahwa saya orang aneh dan selalu meyakini yang mungkin kebanyakan
orang sama sekali tak meyakini dan
bahkan tak jarang orang bilang saya itu gila. Namun, sedikitpun saya tidak
pernah sakit hati atas semua itu. Saya selalu meyakini niat baik akan ketemu
jalannya. Kebelumberhasilan ini bisa jadi karena memang kita belum siap secara
mental. Jadi, apapun yang terjadi dalam proses perjuangan ini saya fahami
sebagai dinamika yang memperkaya pengalaman dan menjadikanmental kita lebih siap untuk memulai mimpi besar itu.
Saya memegang teguh bahwa Tuhan itu seperti prasangka hamba-Nya. Ketika saya
meyakini maka suatu waktu Tuhan pun kan
meng-amin-inya. Jadi bagi saya ini hanya masalah waktu dan kesiapan mental untuk masuk ke tahapan yang lebih besar. Namun demikian, sekali lagi saya
katakan...pilihan sepenuhnya ada pada Anda. Apapun ketetapan Anda baik bertahan
atau memilih bekerja di tempat yang
baru, saya akan menghargai dan menghormatinya. Untuk itu, fikirkan dengan tenang, diskusikan dengan
keluarga dan minta petunjuklah pada
Tuhan. Kalau sudah ada kemantapan hati, segera kabari saya ya....”
Mendengar dan mencermati kalimat-kalimat yang
diakhiri dengan nada penutup dari Sang Dirut, dalam keadaan semakin
bingung kemudian Jimmy berpamitan dan mengatakan; “ baiklah pak, saya akan ikuti saran bapak dan segera memberi kabar kalau
saya sudah memiliki kemantapan hati,
kalau begitu saya mohon pamit pak dan terima kasih atas waktu bapak”.
Mendengar itu, dengan senyuman yang khas, Hidayat kemudian menyampaikan kalimat
penutupnya; “ oke...terima kasih juga
sudah datang dan selamat berkontemplasi dan sampaikan salam saya pada keluarga”.
Sambil mengantar Jimmy sampai ke pintu.
Mendatangi
Rumah Sang Dirut
Minggu malam terasa begitu sesak bagi Jimmy sebab besok pagi harus
mengambil pilihan apakah bertahan di perusahaan yang lama ataukah memilih
pindah dan bekerja di perusahaan baru. Dari sisi establish nya, di
perusahaan yang menawarkannya pekerjaan
lebih menjanjikan karena merupakan perusahaan lama dan juga terkenal
Sehingga potensi keberlanjutan dan keterjawaban
masa depan lebih memungkinkan, walau sebagai awalan salary yang ditawarkan
lebih kecil dibanding tempatnya bekerja saat ini. Sementara itu, di tempatnya bekerja saat ini belum
tersusun perencanaan jangka panjang, sehingga kondisi ini menyebabkan Jimmy
ragu, apalagi perencanaan baru sebatas mimpi besar yang belum terukur kepastiannya. Ditengah kebingungan
untuk melakukan pilihan, akhirnya malam itu Jimmy nekat mendatangi rumah Hidayat
untuk mendapatkan tambahan keyakinan untuk membuat keputusan. “Assalamu ‘alaikum...???”, sambil
mengetuk pintu dan khawatir kalau-kalau Sang Dirut tidak sedang di rumah. “Alaikum Salam....” jawab dari dalam
rumah. Terimakasih Tuhan, ujar Jimmy dalam bathin ketika mengetahui suara
yang menjawab salamnya adalah Hidayat.
Setelah dipersilahkan duduk,
Jimmy memulai kalimatnya: “ Mohon maaf
Pak...malam-malam begini saya mengganggu istrahat dan liburan bapak. Sampai
detik ini saya masih bingung harus membuat keputusan apa. Saya sudah diskusi
dengan istri dan keluarga, semua menyerahkan sepenuhnya keputusan pada saya.
Saya pun sudah sholat istikharoh seperti saran bapak tapi belum menemukan
kemantapan hati. Memang ada hal aneh sesudah saya melakukan istikharoh beberapa
kali, dimana tiba2 sahabat lama saya datang bersilaturrahmi ke
rumah. Ketika saya tanya maksud kedatangannya, ternyata semata-mata hanya ingin
bersilaturrahmi karena sudah sangat lama tidak bersua. Momen pertemuan dengan sahabat itu
juga saya manfaatkan untuk bercerita tentang kebingungan yang sedang
menghinggapi saya. Di luar dugaan, dia menyarankan saya untuk tetap bertahan
dan tidak mengambil peluang itu. Hal ini membuat saya bertambah bingung.
Apalagi kalimat itu keluar dari seorang sahabat lama yang sangat tekun dalam
urusan ibadah. Sejujurnya, pendapat dia
sangat bertentangan dengan hati saya. Tetapi menyadari kadar ketaqwaan sahabat
ini lebih baik dari saya, hal ini membuat saya kembali dalam kebimbangan.
Padahal sebelum beliau datang, saya sudah mantap untuk menangkap peluang itu.
Di sisi lain, karena kedatangannya juga tanpa rencana sama sekali, kemudian hal
ini saya hubungkan dengan do’a di
istikharoh saya. Atas kebingungan yang memuncak ini lah kemudian saya
memutuskan untuk bertemu lagi dengan bapak. Saya ingin berdiskusi sebagai teman
dan sahabat. Saya benar-benar bingung pak...,padahal besok pagi saya harus
membuat keputusan.” Kemudian Jimmy
terdiam dan tertunduk dengan wajah penuh bingung.
Mendapati Jimmy yang
benar-benar bingung, kemudian Sang Dirut berkata; “ Jimmy, anda tak akan mendapat apapun dari saya malam ini, karena
sesungguhnya kemantapan dan kebenaran pilihan itu ada pada Allah. Kalau saya
berdiri sebagai Dirut perusahaan, saya berkeinginan anda tetap bertahan dan
mengabaikan peluang itu. Namun, saya tidak boleh egois dan memaksakan pada satu
pilihan, karena ini menyangkut keyakinan hidup.
Saya hanya menyarankan kembalikan semuanya pada niat dan tujuan hidup
anda sendiri. Dalam pandangan saya, anak dan istri itu adalah bentuk titipan dan
Tuhan akan memberikan rezeki pada mereka lewat tangan anda. Seberapa dekat anda
dengan rezeki itu dipengaruhi oleh seberapa dekat anda pada Sang Pencipta.
Bangunlah prinsip “menjadi karyawan
Tuhan” walau anda bekerja di sebuah perusahaan. Jadikanlah Tuhan sebagai tempat
meminta rezeki, sebab Tuhan maha penghitung kebaikan maupun keburukan sebiji
zarroh sekalipun. Perusahaan sesungguhnya hanya media bagi anda untuk bekerja
dan mencurahkan segala kemampuan. Sementara itu, tentang hasil apa yang anda
hasilkan biarkan menjadi urusan Tuhan. Perusahaan hanya salah satu
penyampai rezeki bagi anda. Pasrahkan
diri dan biarkan keadilan Tuhan menjadi menjawab seperti apa anda esok
hari. Jadikan segenap keringat sebagai faktor yang layak untuk melantunkan pinta pada Sang Kuasa. Percayalah,
ketika menurut Tuhan anda mendapat rezeki 10 (sepuluh) tetapi perusahaan hanya
memberi 5 (lima), maka Tuhan akan menggenapinya dengan jalan yang tak pernah diduga
sebelumnya. Sebaliknya juga demikian, bila menurut takaran Tuhan anda dapat 5
(lima) tetapi perusahaan tempat anda bekerja memberikan 10 (sepuluh), maka
Tuhan pun akan menguranginya dengan cara yang juga tidak pernah kita duga. Untuk
itu, tak ada alasan manusia untuk ragu tentang hari esok ketika mem-pasrahkan
diri disertai dengan usaha keras dan kesungguhan. Jangan biarkan “logika dan rasa” menjadi Tuhan dalam
hidup anda, sebab seringkali mengedepankan logika dan rasa membawa pada titik
kefrustasian dan keresahan yang sesungguhnya belum tentu terbukti. Tuhan
seperti prasangka hamba-Nya. Tuhan tidak pernah tidur dan selalu memperhatikan
keselarasan do’a dengan usaha seorang manusia. Jadilah karyawan Tuhan dan tugas
manusia sebatas berusaha. Walau saya sebagai Dirut, namun bukanlah mesin penjawab akan seperti apa hari esok.
Saya hanya bisa mengajak kalian untuk selalu berfikir dan berusaha membentuk
masa depan lewat media berbentuk perusahaan ini, sedangkan hasil akhirnya saya pasrahkan
pada Tuhan. Oleh karena itu, niatkanlah segala sesuatu yang anda lakukan
sebagai ibadah dan semata-mata mencari kemuliaan dipandangan Tuhan”. Ambillah
keputusan dengan bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Lakukanlah istikharoh sekali
lagi dan tetapkan pilihan saat masih di sajadah persujudan. Serahkan semua
pada-Nya tentang hari esok. Insya Allah...dengan cara begitu anda akan
mendapati ketenangan hidup, termasuk kemantapan dalam melakukan pilihan. Hanya
itu yang bisa saya katakan pada anda malam ini.”
Jimmy terdiam dan menarik
nafas panjang. Dia tak mendapat jawaban seperti yang dia harapkan saat pertama
melangkahkan kaki dari rumah. Namun, petuah Sang Dirut membangunkan
percaya diri nya untuk segera mengambil keputusan. Jimmy seperti tercerahkan. Kemudian sesaat kemudian, Sang Dirut
menambahkan lagi kalimatnya; “atau begini
saja, kalau anda masih dalam kebingungan, saya memberi anda opsi yang mungkin
aneh dari kacamata perusahaan manapun. Kalau sampai besok pagi anda masih
bingung, saya sarankan anda terima saja peluang tersebut. Jika dalam
perjalanannya anda tidak betah atau merasa salah
mengambil pilihan, maka anda bisa kembali lagi ke perusahaan ini. Saya berharap
opsi ini membuat anda tenang dan tidak terbebani untuk mengambil keputusan apapun
besok pagi”. Tak lama berselang, Jimmy kemudian berpamitan dan mohon di
do’akan Hidayat agar besok pagi bisa menemukan keyakinan dalam memilih.
Kesokan Harinya...
Jam 08.00 wib saat Sang Dirut dalam perjalanan menuju kantor tiba-tiba HP
nya berbunyi pertanda SMS masuk. Saat berhenti dilampu merah, Sang Dirut
sempatkan membaca sms itu yang berbunyi; “ Ass
Pak...saya baru ke perusahaan yang menawarkan saya kerjaan untuk menyampaikan
terimakasih atas kepercayaan mereka dan sekaligus menyampaikan permohonan maaf
karena tidak bisa memenuhi tawaran tersebut, mudah-mudahan keputusan ini adalah
jalan Tuhan yang penuh rahmat dan berkah..aminnn”. Begitu membaca SMS itu,
kemudian Hidayat tersenyum membaca SMS itu dan kemudian menjawab singkat karena
keburu traffic light menunjukkan
hijau;” Alaikum salam...aminnn” dan
kemudian Sang Dirut melanjutkan perjalanannya.
Tak lama berselang sebelum
mencapai kantor, tiba-tiba HP nya berdering lagi dan dia lihat panggilan dari
nomor yang belum terdaftar di phonebook nya, namun Hidayat tetap mengangkat
sambil menancapkan headset di telinganya sehingga bisa sambil melanjutkan
perjalanannya. Ternyata telepn itu dari Pimpinan/owner perusahaan yang
menawarkan lowongan pada Jimmy. Kebetulan Hidayat kenal dengan owner ini dan
pernah bertemu di bebera evant, namun Hidayat sengaja tidak menyampaikan hal
ini pada Jimmy. Setelah menyapa apa kabar, kemudian Sang Owner mengkonfirmasi 2
(dua) hal; (i) apakah benar Jimmy adalah karyawannya dan; (ii) apakah
diperkenankan jika Jimmy beliau angkat menjadi
karyawannya. Atas 2 (dua) pertanyaan itu, Hidayat menyampaikan memang
betul kalau Jimmy adalah karyawannya. Kalau tentang pertanyaan ke-2, Sang Dirut
sepenuhnya menyerahkan pada Jimmy, karena itu masalah pilihan hidup. Kemudian
sang owner menimpali lagi apakah Hidayat masih punya anak didik yang sekiranya
bisa diperbantukan di perusahaannya jika memang Jimmy tidak diperkenankan. Atas
pertanyaan itu, Sang Dirut mengatakan kalau saat ini anak didiknya lagi kosong,
kalaupun ada belum memiliki kapasitas yang layak dan siap bekerja di perusahaan
sang owner. Hidayat tersenyum dengan pembicaraan yang barusan selesai dengan
sang owner.
Sehari Setelah Mengambil Keputusan.
Keesokan hari tepatnya jam 09.36 Wib, HP sang dirut
berdering menandakan SMS masuk; :Assalamu
‘alaikum Pak...barusan Pak X (sang owner) telepon saya, katanya beliau Cuma
ingin bincang-bincang dengan saya jam 10.00 wib nanti. Mohon izin dan
do’anya ya pak mudah-mudahan selalu di
jalan Tuhan.” Karena SMS itu masuk ketika sedang meeting, kemudian Sang
Dirut menjawab singkat:” Oke...sippp”.
Pada jam 12.06 Wib, HP Hidayat
berdering lagi pertanda ada SMS masuk, ternyata dari Jimmy yang intinya meminta
waktu sebentar. Setelah di setujui,
sesaat kemudian Jimmy sudah hadir di ruangan Hidayat.
“ Maaf Pak mengganggu waktu bapak lagi...saya mau menyampaikan satu hal
yang sama sekali tak pernah saya duga sebelumnya. Barusan saja saya diskusi
dengan Pak X (Sang Owner). Secara prinsip beliau ikhlas menerima keputusan
saya. Namun anehnya, beliau malahan meminta izin untuk mencantumkan nama saya
di perusahaannya untuk kepentingan khusus. Namun, saya tidak terikat jam kerja
dan hanya dimintai tolong bila sewaktu-waktu keahlehadiran ian saya di
butuhkan. Awalnya saya merasa ini aneh sehingga saya sempat menanyakan mengapa
harus saya, padahal masih banyak orang yang kebetulan mempunyai background pendidikan
sama seperti saya. Beliau hanya bilang
apresiate dengan saya dan bahkan memberi opsi kalau sewaktu-waktu saya
ingin berkontribusi aktif (full tiime) di perusahaannya dipersilahkan. Atas
tawaran ini saya menyanggupinya. Namun, sampai detik ini saya tidak habis fikir
kok bisa jadi begini, semua di luar dugaan saya. Saya jadi plong dan hal ini
mengingatkan saya pada petuah bapak tentang menjadi karyawan Tuhan. Tuhan telah
membuktikan kekuasaan-Nya dengan cara yang sama sekali tidak saya duga sebelumnya. Oleh karena itu, disamping saya melaporkan
hal ini ke bapak, saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas petuah bapak.
Insya Allah ke depan saya akan terus meningkatkan kedekatan saya pada Tuhan”.
Mengetahui hal ini, Sang Dirut
hanya tersenyum kemudian berkata; “ Berterima
kasih lah pada Tuhan, semua ini atas kehendak-Nya. Kalau kemarin anda di uji
dengan kebingungan, saat ini anda di uji dengan kesenangan. Kembalikan semuanya
pada niat ibadah dan jadilah karyawan Tuhan serta menyerahkan diri pada-Nya
tentang hasil dari semua yang anda upayakan dan perjuangkan. Sampaikan semua
ini pada Istri dan keluarga anda di rumah. Ambillah hikmah dari situasi ini dan
jadikan sebagai motivasi untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
Ingat...setiap niat baik selalu ketemu jalannya walau sering harus berliku dan
bahkan melemahkan semangat. Namun demikian, semakin banyak kesulitan yang
ditemui dalam berbuat kebaikan, semakin besar pula peluang kemuliaan
dipandangan Tuhan.”
Setelah mendengar semua
nasehat Sang Dirut, akhirnya Jimmy berpamitan dengan wajah sumringah. Sebuah pengalaman yang unik....
-----------------------------------------------------SEMOGA MENGINSPIRASI..............................................................................
+ komentar + 3 komentar
ini luar biasa ....terkadang kita sebagai manusia lebih mentuhankan logika.bang ar.. ..dalam tulisannya selalu mencantumkan"dalam niat baik pasti ketemu jalannya "ya...ini motivasi buat bowu ida bersikap sbg yg saat ini d percayakan Allah sbg Imam bagi ma'mumnya d sebuah sekolah yg mendidik anak-anak yg tak berdosa,thank to my brother........
terimakasih Bou Ida sudah mengapresiasi tulisan abang, semoga pemikiran sederhana ini menginspirasi kebaikan bagi percepatan sekolah banil authon yang coba dirintis dan dikembangkan oleh Bou Ida dan Ambo Kamal. Sejujurnya abang salut dengan istiqomah kalian membangun sebuah sekolah yang berkomitmen tinggi dalam mencerdaskan peserta didik. Abang tahu betul bagaimana kalian mengorbankan segalanya untuk sebuah impian tentang sebuah sekolah...semangat..niat baik pasti ketemu jalannya.Aminn...
ok bg mantap....kami teruskan pesan abang
kita akan trus blajar sampai waktu kita habis untuk belajar di dunia ini.
Posting Komentar
.