KETIKA SARJANA ITU DI KEBIMBANGAN | ARSAD CORNER

KETIKA SARJANA ITU DI KEBIMBANGAN

Rabu, 04 April 20123komentar


 Bingung
“Maaf Pak..mohon izin untuk bertemu, kira2 bapak ada waktu untuk saya jam berapa??, begitu isi SMS yang masuk ke HP Hidayat. “Oke...nanti jam 13.00 Wib ya”, jawab Hidayat  yang kebetulan  Direktur Utama tempat Jimmy bekerja. Tak berselang lama, Jimmy  sudah tiba di hadapan Hidayat. Jimmy melihat di meja Hidayat berantakan dan terlihat kalau Sang Dirut memang sedang sibuk. Menyadari hal itu, Jimmy memilih untuk  langsung “to the point”.

“Begini Pak...pertama saya mohon maaf menggangu waktu bapak. Kedua, saya ingin meminta pendapat bapak karena saat ini saya sedang kebingungan yang luar biasa..??”. Begitu kalimat yang meluncur dari bibir Jimmy sebagai pembuka. “Memangnya bingung kenapa ???, cerita saja siapa tahu saya bisa bantu carikan solusi”, jawab Hidayat dengan bijak.


“Begini Pak...beberapa waktu yang lalu saya membaca di sebuah koran lokal tentang lowongan pekerjaan dan kemudian saya mendaftarkan diri..  Setelah melalui beberapa tahapan ujian, saya diterima dan akan mulai kerja awal bulan April. Disisi lain, saat ini saya masih berstatus karyawan di perusahaan bapak. Sejujurnya, saya tidak enak menyampaikan hal ini, apalagi kepercayaan yang diberikan bapak untuk menangani project di kota “X” masih satu tahun lagi baru kelar. Sejujurnya langkah ini saya ambil karena saya merasa kalau sampai saat ini perusahaan kita belum ada kejelasan rencana ke depan nya. Saya selalu bertanya-tanya, kalau satu tahun ke depan project di kota “X” selesai, terus anak dan istri saya  dikasih makan apa..???. Saya sebenarnya sangat berharap untuk bisa bertahan, tetapi kebelumjelasan ini membuat saya semakin khawatir dengan masa depan saya dan keluarga. Sementara itu, dalam 3 (tiga) hari ini saya harus mengambil sikap apakah menerima pekerjaan baru tersebut atau tetap bertahan. Oleh karena itu, saya mohon pertimbangan dan arahan dari bapak langkah apa yang sebaiknya saya ambil”. Kemudian Jimmy diam dan menunggu respon dari Sang Dirut.  

Dengan tenang Hidayat menjawab, “ mengapa harus bingung, Anda  komunikasikan saja kepada istri dan keluarga serta bertanya pada Tuhan lewat sholat istikharoh, Insya Allah akan dapat petunjuk jalan mana yang sebaiknya di pilih. Selaku Dirut dan juga selaku pribadi, saya tidak bisa memaksakan keyakinan saya tentang masa depan perusahaan ini pada Anda. Kalau ditanya apakah saya masih yakin, tentu saya masih meyakininya. Saya yakin niat baik pasti ketemu jalannya. Namun demikian, saya menghormati ketika para karyawan termasuk Anda mengalami kejenuhan dan tidak memiliki keyakinan cukup untuk bertahan.  Kalau ditanya pada saya, sejujurnya saya ingin Anda bertahan dan ikut dalam mimpi besar saya tentang membangun kebermaknaan bagi banyak orang lewat perusahaan ini. Namun, sampai detik ini saya belum bisa memastikan kapan mimpi besar itu bisa  dimulai. Harapan masih ada dan senantiasa terbuka lebar. Saya pun ingin mimpi besar itu segera dimulai, tetapi segala sesuatunya masih menunggu keberpihakan Tuhan. Oleh karena itu, dalam konteks realitas kekinian, sejujurnya saya belum bisa mendefenisikan rencana pasti perusahaan ini. Namun sampai detik ini saya masih meyakini bahwa suatu waktu Tuhan akan memberi kesempatan. So...keputusan akhir saya serahkan sepenuhnya ada Anda”, pungkas Hidayat.

Kemudian Jimmy menjawab, ”Sejujurnya saya berharap mimpi besar itu akan segera dimulai  pak, saya dan rekan sejawat  memang sangat berharap  dimulainya mimpi besar itu. Namun, kebelumpastian  membuat saya danjuga  teman-teman resah”.
Dalam posisi yang tenang diserta senyum, kemudian Hidayat menjawab; “Saya faham keresahan kawan-kawan dalam situasi ini. Pada titik inilah sesungguhnya semua kita di uji. Dalam fikiran saya, tak ada satupun orang yang tahu apa sesungguhnya yang akan terjadi esok hari. Namun demikian, realitas yang menyesakkan sering menjadi faktor pendorong bagi seseorang untuk terjebak men-Tuhan kan logika dan rasanya. Akibatnya, ketika realitas tak sesuai dengan harapan kemudian banyak orang menjadi stress dan gamang dalam menjalani hidup. Itu manusiawi, tetapi saya pun menyadari bahwa saya orang aneh dan selalu meyakini yang mungkin kebanyakan orang sama sekali tak meyakini  dan bahkan tak jarang orang bilang saya itu gila. Namun, sedikitpun saya tidak pernah sakit hati atas semua itu. Saya selalu meyakini niat baik akan ketemu jalannya. Kebelumberhasilan ini bisa jadi karena memang kita belum siap secara mental. Jadi, apapun yang terjadi dalam proses perjuangan ini saya fahami sebagai dinamika yang memperkaya pengalaman dan menjadikanmental  kita lebih siap untuk memulai mimpi besar itu. Saya memegang teguh bahwa Tuhan itu seperti prasangka hamba-Nya. Ketika saya meyakini  maka suatu waktu Tuhan pun kan meng-amin-inya. Jadi bagi saya ini hanya masalah waktu dan kesiapan mental  untuk masuk ke tahapan yang lebih besar.  Namun demikian, sekali lagi saya katakan...pilihan sepenuhnya ada pada Anda. Apapun ketetapan Anda baik bertahan atau memilih  bekerja di tempat yang baru, saya akan menghargai dan menghormatinya. Untuk itu,  fikirkan dengan tenang, diskusikan dengan keluarga dan minta petunjuklah  pada Tuhan. Kalau sudah ada kemantapan hati, segera kabari saya ya....”

Mendengar dan mencermati kalimat-kalimat  yang  diakhiri dengan nada penutup dari Sang Dirut, dalam keadaan semakin bingung kemudian Jimmy berpamitan dan mengatakan; “ baiklah pak, saya akan ikuti saran bapak dan segera memberi kabar kalau  saya sudah memiliki kemantapan hati, kalau begitu saya mohon pamit pak dan terima kasih atas waktu bapak”. Mendengar itu, dengan senyuman yang khas, Hidayat kemudian menyampaikan kalimat penutupnya; “ oke...terima kasih juga sudah datang dan selamat berkontemplasi dan sampaikan salam saya pada keluarga”. Sambil mengantar Jimmy sampai  ke pintu.

Mendatangi Rumah Sang Dirut
Minggu malam terasa  begitu sesak bagi Jimmy sebab besok pagi   harus mengambil pilihan apakah bertahan di perusahaan yang lama ataukah memilih pindah dan bekerja di perusahaan baru. Dari sisi establish nya, di perusahaan  yang menawarkannya pekerjaan lebih menjanjikan karena merupakan perusahaan lama dan juga terkenal  Sehingga potensi keberlanjutan dan keterjawaban masa depan lebih memungkinkan, walau sebagai awalan salary yang ditawarkan lebih kecil dibanding tempatnya bekerja saat ini.  Sementara itu, di tempatnya bekerja saat ini belum tersusun perencanaan jangka panjang, sehingga kondisi ini menyebabkan Jimmy ragu, apalagi  perencanaan  baru sebatas mimpi besar yang belum terukur kepastiannya. Ditengah kebingungan untuk melakukan pilihan, akhirnya malam itu Jimmy nekat mendatangi rumah Hidayat untuk mendapatkan tambahan keyakinan untuk membuat keputusan. “Assalamu ‘alaikum...???”, sambil mengetuk pintu dan khawatir kalau-kalau Sang Dirut tidak sedang di rumah. “Alaikum Salam....” jawab dari dalam rumah. Terimakasih Tuhan, ujar Jimmy dalam bathin ketika mengetahui suara yang  menjawab salamnya adalah Hidayat.

Setelah dipersilahkan duduk, Jimmy memulai kalimatnya: “ Mohon maaf Pak...malam-malam begini saya mengganggu istrahat dan liburan bapak. Sampai detik ini saya masih bingung harus membuat keputusan apa. Saya sudah diskusi dengan istri dan keluarga, semua menyerahkan sepenuhnya keputusan pada saya. Saya pun sudah sholat istikharoh seperti saran bapak tapi belum menemukan kemantapan hati. Memang ada hal aneh sesudah saya melakukan istikharoh beberapa kali, dimana  tiba2  sahabat lama saya datang bersilaturrahmi ke rumah. Ketika saya tanya maksud kedatangannya, ternyata semata-mata hanya ingin bersilaturrahmi karena sudah sangat lama tidak bersua.  Momen pertemuan dengan sahabat   itu juga saya manfaatkan untuk bercerita tentang kebingungan yang sedang menghinggapi saya. Di luar dugaan, dia menyarankan saya untuk tetap bertahan dan tidak mengambil peluang itu. Hal ini membuat saya bertambah bingung. Apalagi kalimat itu keluar dari seorang sahabat lama yang sangat tekun dalam urusan ibadah.  Sejujurnya, pendapat dia sangat bertentangan dengan hati saya. Tetapi menyadari kadar ketaqwaan sahabat ini lebih baik dari saya, hal ini membuat saya kembali dalam kebimbangan. Padahal sebelum beliau datang, saya sudah mantap untuk menangkap peluang itu. Di sisi lain, karena kedatangannya juga tanpa rencana sama sekali, kemudian hal ini saya hubungkan dengan do’a  di istikharoh saya. Atas kebingungan yang memuncak ini lah kemudian saya memutuskan untuk bertemu lagi dengan bapak. Saya ingin berdiskusi sebagai teman dan sahabat. Saya benar-benar bingung pak...,padahal besok pagi saya harus membuat keputusan.”  Kemudian Jimmy terdiam dan tertunduk dengan wajah penuh bingung.

Mendapati Jimmy yang benar-benar bingung, kemudian Sang Dirut berkata; “ Jimmy, anda tak akan mendapat apapun dari saya malam ini, karena sesungguhnya kemantapan dan kebenaran pilihan itu ada pada Allah. Kalau saya berdiri sebagai Dirut perusahaan, saya berkeinginan anda tetap bertahan dan mengabaikan peluang itu. Namun, saya tidak boleh egois dan memaksakan pada satu pilihan, karena ini menyangkut keyakinan hidup.  Saya hanya menyarankan kembalikan semuanya pada niat dan tujuan hidup anda sendiri. Dalam pandangan saya, anak dan istri itu adalah bentuk titipan dan Tuhan akan memberikan rezeki pada mereka lewat tangan anda. Seberapa dekat anda dengan rezeki itu dipengaruhi oleh seberapa dekat anda pada Sang Pencipta. Bangunlah prinsip “menjadi karyawan Tuhan” walau anda bekerja di sebuah perusahaan. Jadikanlah Tuhan sebagai tempat meminta rezeki, sebab Tuhan maha penghitung kebaikan maupun keburukan sebiji zarroh sekalipun. Perusahaan sesungguhnya hanya media bagi anda untuk bekerja dan mencurahkan segala kemampuan. Sementara itu, tentang hasil apa yang anda hasilkan biarkan menjadi urusan Tuhan. Perusahaan hanya salah satu penyampai  rezeki bagi anda. Pasrahkan diri dan biarkan keadilan Tuhan menjadi menjawab seperti apa anda esok hari.  Jadikan segenap keringat  sebagai faktor yang layak untuk  melantunkan pinta pada Sang Kuasa. Percayalah, ketika menurut Tuhan anda mendapat rezeki 10 (sepuluh) tetapi perusahaan hanya memberi 5 (lima), maka Tuhan akan menggenapinya dengan jalan yang tak pernah diduga sebelumnya. Sebaliknya juga demikian, bila menurut takaran Tuhan anda dapat 5 (lima) tetapi perusahaan tempat anda bekerja memberikan 10 (sepuluh), maka Tuhan pun akan menguranginya dengan cara yang juga tidak pernah kita duga. Untuk itu, tak ada alasan manusia untuk ragu tentang hari esok ketika mem-pasrahkan diri disertai dengan usaha keras dan kesungguhan. Jangan biarkan “logika dan rasa” menjadi Tuhan dalam hidup anda, sebab seringkali mengedepankan logika dan rasa membawa pada titik kefrustasian dan keresahan yang sesungguhnya belum tentu terbukti. Tuhan seperti prasangka hamba-Nya. Tuhan tidak pernah tidur dan selalu memperhatikan keselarasan do’a dengan usaha seorang manusia. Jadilah karyawan Tuhan dan tugas manusia sebatas berusaha. Walau saya sebagai Dirut, namun bukanlah  mesin penjawab akan seperti apa hari esok. Saya hanya bisa mengajak kalian untuk selalu berfikir dan berusaha membentuk masa depan lewat media berbentuk perusahaan ini, sedangkan hasil akhirnya saya pasrahkan pada Tuhan. Oleh karena itu, niatkanlah segala sesuatu yang anda lakukan sebagai ibadah dan semata-mata mencari kemuliaan dipandangan Tuhan”. Ambillah keputusan dengan bersandar sepenuhnya pada Tuhan. Lakukanlah istikharoh sekali lagi dan tetapkan pilihan saat masih di sajadah persujudan. Serahkan semua pada-Nya tentang hari esok. Insya Allah...dengan cara begitu anda akan mendapati ketenangan hidup, termasuk kemantapan dalam melakukan pilihan. Hanya itu yang bisa saya katakan pada anda malam ini.”

Jimmy terdiam dan menarik nafas panjang. Dia tak mendapat jawaban seperti yang dia harapkan saat pertama melangkahkan kaki dari rumah. Namun, petuah Sang Dirut  membangunkan  percaya diri nya untuk segera mengambil keputusan. Jimmy seperti tercerahkan. Kemudian sesaat kemudian, Sang Dirut menambahkan lagi kalimatnya; “atau begini saja, kalau anda masih dalam kebingungan, saya memberi anda opsi yang mungkin aneh dari kacamata perusahaan manapun. Kalau sampai besok pagi anda masih bingung, saya sarankan anda terima saja peluang tersebut. Jika dalam perjalanannya anda tidak betah atau merasa   salah mengambil pilihan, maka anda bisa kembali lagi ke perusahaan ini. Saya berharap opsi ini membuat anda tenang dan tidak terbebani untuk mengambil keputusan apapun besok pagi”. Tak lama berselang, Jimmy kemudian berpamitan dan mohon di do’akan Hidayat agar besok pagi bisa menemukan keyakinan dalam memilih.

Kesokan Harinya...
Jam 08.00 wib saat Sang Dirut dalam perjalanan menuju kantor tiba-tiba HP nya berbunyi pertanda SMS masuk. Saat berhenti dilampu merah, Sang Dirut sempatkan membaca sms itu yang berbunyi; “ Ass Pak...saya baru ke perusahaan yang menawarkan saya kerjaan untuk menyampaikan terimakasih atas kepercayaan mereka dan sekaligus menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa memenuhi tawaran tersebut, mudah-mudahan keputusan ini adalah jalan Tuhan yang penuh rahmat dan berkah..aminnn”. Begitu membaca SMS itu, kemudian Hidayat tersenyum membaca SMS itu dan kemudian menjawab singkat karena keburu traffic light menunjukkan hijau;” Alaikum salam...aminnn” dan kemudian Sang Dirut melanjutkan perjalanannya.

Tak lama berselang sebelum mencapai kantor, tiba-tiba HP nya berdering lagi dan dia lihat panggilan dari nomor yang belum terdaftar di phonebook nya, namun Hidayat tetap mengangkat sambil menancapkan headset di telinganya sehingga bisa sambil melanjutkan perjalanannya. Ternyata telepn itu dari Pimpinan/owner perusahaan yang menawarkan lowongan pada Jimmy. Kebetulan Hidayat kenal dengan owner ini dan pernah bertemu di bebera evant, namun Hidayat sengaja tidak menyampaikan hal ini pada Jimmy. Setelah menyapa apa kabar, kemudian Sang Owner mengkonfirmasi 2 (dua) hal; (i) apakah benar Jimmy adalah karyawannya dan; (ii) apakah diperkenankan jika Jimmy beliau angkat menjadi  karyawannya. Atas 2 (dua) pertanyaan itu, Hidayat menyampaikan memang betul kalau Jimmy adalah karyawannya. Kalau tentang pertanyaan ke-2, Sang Dirut sepenuhnya menyerahkan pada Jimmy, karena itu masalah pilihan hidup. Kemudian sang owner menimpali lagi apakah Hidayat masih punya anak didik yang sekiranya bisa diperbantukan di perusahaannya jika memang Jimmy tidak diperkenankan. Atas pertanyaan itu, Sang Dirut mengatakan kalau saat ini anak didiknya lagi kosong, kalaupun ada belum memiliki kapasitas yang layak dan siap bekerja di perusahaan sang owner. Hidayat tersenyum dengan pembicaraan yang barusan selesai dengan sang owner.


Sehari Setelah Mengambil Keputusan.
Keesokan hari  tepatnya jam 09.36 Wib, HP sang dirut berdering menandakan SMS masuk; :Assalamu ‘alaikum Pak...barusan Pak X (sang owner) telepon saya, katanya beliau Cuma ingin bincang-bincang dengan saya jam 10.00 wib nanti. Mohon izin dan do’anya  ya pak mudah-mudahan selalu di jalan Tuhan.” Karena SMS itu masuk ketika sedang meeting, kemudian Sang Dirut menjawab singkat:” Oke...sippp”.

Pada jam 12.06 Wib, HP Hidayat berdering lagi pertanda ada SMS masuk, ternyata dari Jimmy yang intinya meminta waktu sebentar. Setelah di setujui,  sesaat kemudian Jimmy sudah hadir di ruangan Hidayat.

Maaf Pak mengganggu waktu bapak lagi...saya mau menyampaikan satu hal yang sama sekali tak pernah saya duga sebelumnya. Barusan saja saya diskusi dengan Pak X (Sang Owner). Secara prinsip beliau ikhlas menerima keputusan saya. Namun anehnya, beliau malahan meminta izin untuk mencantumkan nama saya di perusahaannya untuk kepentingan khusus. Namun, saya tidak terikat jam kerja dan hanya dimintai tolong bila sewaktu-waktu keahlehadiran ian saya di butuhkan. Awalnya saya merasa ini aneh sehingga saya sempat menanyakan mengapa harus saya, padahal masih banyak orang yang kebetulan mempunyai background pendidikan sama seperti saya. Beliau hanya bilang  apresiate dengan saya dan bahkan memberi opsi kalau sewaktu-waktu saya ingin berkontribusi aktif (full tiime) di perusahaannya dipersilahkan. Atas tawaran ini saya menyanggupinya. Namun, sampai detik ini saya tidak habis fikir kok bisa jadi begini, semua di luar dugaan saya. Saya jadi plong dan hal ini mengingatkan saya pada petuah bapak tentang menjadi karyawan Tuhan. Tuhan telah membuktikan kekuasaan-Nya dengan cara yang sama sekali tidak saya duga sebelumnya.  Oleh karena itu, disamping saya melaporkan hal ini ke bapak, saya juga ingin menyampaikan terima kasih atas petuah bapak. Insya Allah ke depan saya akan terus meningkatkan kedekatan saya pada Tuhan”.

Mengetahui hal ini, Sang Dirut hanya tersenyum kemudian berkata; “ Berterima kasih lah pada Tuhan, semua ini atas kehendak-Nya. Kalau kemarin anda di uji dengan kebingungan, saat ini anda di uji dengan kesenangan. Kembalikan semuanya pada niat ibadah dan jadilah karyawan Tuhan serta menyerahkan diri pada-Nya tentang hasil dari semua yang anda upayakan dan perjuangkan. Sampaikan semua ini pada Istri dan keluarga anda di rumah. Ambillah hikmah dari situasi ini dan jadikan sebagai motivasi untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Ingat...setiap niat baik selalu ketemu jalannya walau sering harus berliku dan bahkan melemahkan semangat. Namun demikian, semakin banyak kesulitan yang ditemui dalam berbuat kebaikan, semakin besar pula peluang kemuliaan dipandangan Tuhan.”

Setelah mendengar semua nasehat Sang Dirut, akhirnya Jimmy berpamitan dengan wajah sumringah.  Sebuah pengalaman yang unik....     

-----------------------------------------------------SEMOGA MENGINSPIRASI..............................................................................

Share this article :

+ komentar + 3 komentar

zubaidah dalimunthe
17 April 2012 pukul 03.19

ini luar biasa ....terkadang kita sebagai manusia lebih mentuhankan logika.bang ar.. ..dalam tulisannya selalu mencantumkan"dalam niat baik pasti ketemu jalannya "ya...ini motivasi buat bowu ida bersikap sbg yg saat ini d percayakan Allah sbg Imam bagi ma'mumnya d sebuah sekolah yg mendidik anak-anak yg tak berdosa,thank to my brother........

17 April 2012 pukul 04.47

terimakasih Bou Ida sudah mengapresiasi tulisan abang, semoga pemikiran sederhana ini menginspirasi kebaikan bagi percepatan sekolah banil authon yang coba dirintis dan dikembangkan oleh Bou Ida dan Ambo Kamal. Sejujurnya abang salut dengan istiqomah kalian membangun sebuah sekolah yang berkomitmen tinggi dalam mencerdaskan peserta didik. Abang tahu betul bagaimana kalian mengorbankan segalanya untuk sebuah impian tentang sebuah sekolah...semangat..niat baik pasti ketemu jalannya.Aminn...

23 Mei 2012 pukul 01.43

ok bg mantap....kami teruskan pesan abang
kita akan trus blajar sampai waktu kita habis untuk belajar di dunia ini.

Posting Komentar

.

 
Copyright © 2015. ARSAD CORNER - All Rights Reserved